Wadah silaturahmi Angkasa-Era (angkatan 1981) dan Alumni KMI Pabelan
Rabu, September 30, 2009
Undangan halal bil Halal Bandung, 3 Okt 09
Walaupun penyelenggaranya IKPP Jabar, tetapi secara informal mereka menyatakan senang kalau ada alumni dari kota lain sudi mampir bergabung memeriahkan acara Halal-bil Halal IKPP Jabar ini.
kata kang Cecep: "datang ya, ini acara informal, pangggung dibuat biar pada bisa nyanyi-nyanyi terutama untuk anak-anak kita tampil".
Ida Syahidah : "Pokoknya datang, nanti si iteung (panggilan Ida syahidah untuk dirinya), siap deh nyanyi duet".
Kelihatannya acaranya menarik. Jadi datanglah..datanglah. Acara diselenggarakan tgl 3Oktober, jam 9, di kediaman ruman Aman Hanafiah-Hastin Rahmawati, Jl, jatinangor no. 10 (samping pajajaran plaza) pas ujung tol Cileunyi, belok kanan ke arah Jatinangor. dari belokan hanya beberapa centi meter, samping plaza Pajajaran (bisa jadi akan dipasang bendera merah putih atau panitia berdiri di pinggir jalan masuk rumah.
Untuk info lebih jauh hubungi kang Cecep: 08156010784. Iteung Ida Syahidah: 085722727404.
Untuk membantu panitia mempermudah persiapan, bagus kalau teman-teman di luar kota yg mau hadir konfirmasi ke Ida or kang cecep.
Kebetulan salah satu tim Angera ada yang bersuamikan santri Gontor yang berasal dari Drajad lamongan (persis dibelakang/memangku makam sunan Drajad), dan itu sangat dekat dengan Paciran. Jadi sempet tidak sempat harus mengunjungi sahabat-sahabat alumni dari Paciran yang jaraknya sekitar 4-5 KM. Kunjungan pertama ke rumah Baroroh yang ternyata sudah pindah rumah, lalu ke mbak Aisyah, mbak Luluk Mursyidah dan Luluk Khumaidah. Durrotul tidak sempat terkunjungi konon sedang di Kandang, kampung yang agak jauh dari Paciran.
Luluk Khumaidah, kakak kelas kita bersama suaminya. Sudah memiliki anak, dan dengan suaminya mengelola toko ATK dan fotocopi. Saat difoto ini luluk mendorong ndorong jenaka suaminya biar tidak ikut foto...Tapi pertemuan dengan luluk sebentar sekali.
Luluk Musyidah bersama suaminya bapak Ramelan. "saya dudah punya cucu yun, rumahnya di Drajad juga", begitu kata mbak Luluk. Lho kok? padahal belum ada 2 tahun menikah kok sudah bercucu? ". Jadi ceritanya, abi (suaminya) pernah menikah, istri pertamanya meninggal punya anak satu yang sekarang melahirkan ini. Lalu abi menikah lagi punya anak satu, dan istrinya meninggal lagi. Sekarang anak kedua ini sudah menikah juga. Lalu sekarang saya jadi ummi mereka". Aura pengantin baru masih terasa, suaminya juga sangat lucu dan gupuh dengan tamu. Alhamdulillah. Mbak Luluk aktif mengelola pesantren karangasem yang dibesarkan oleh keluarganya.
Aisyah, kakak kelas kita, punya 3 orang putri dan putera yang cakep-cakep. Saat berkunjung ke rumahnya, ibu mbak Aisyah sibuk mengeluarkan kue-kue lebaran dan legen, minuman khas lamongan dari air ental/ siwalan (semacam kolang-kaling/kelapa muda). Mbak Aisyah berwiraswasta, menjahit dan membuat bordir. Keesokan harinya mbak Aisyah dan Baroroh datang ke rumah Drajad untuk lihat foto-foto reuni dan teman-temen Pabelan yang ada dalam laptop. Senang sekali. Baroroh datang malam harinya, sayang tidak bisa bertemu.
Baroroh dengan rumah barunya yang bertingkat dan berwarna pink. Anaknya ramah-ramah, terutama yang pertama, banyak ngobrol dan mengantarkan tim angera pulang ke Drajad. Makasih Baroroh dan maaf pas ke Drajad ketlisipan.
Foto berempat saat getok tular saling kunjung dan berakhir di kediaman mbak Luluk Mursyidah.//yun
Bulan syawal identik dengan bulan silaturrahmi, oleh karena itu moment indah itu amat sayang jika dilewatkan.. Beberapa waktu yang lalu (24/09/09) k Agus Soleh sekeluarga (kebetulan sedang mudik ke Yk) dan Angera berkesempatan silaturrahmi ke Pondok Pabelan. Kami sempat bertemu n ngobrol panjang lebar tentang segala hal... dengan Kyai Najib, Bu Nyai Ulfah n Kyai Balya (kebetulan Kyai Ahamad Mustofa sedang tidak ada di rumah). Sebelum kami pulang, Pak Kyai Balya mempersilahkan kami makan siang... Dengan malu2 tapi mau kami langsung melahap hidangan super lezaaat yang tersedia (mangut lele, telur ikan, ayam goreng, sambal goreng kentang pedas, tempe kering, pecel n peyek teri). Terima kasih Pak Kyai Balya n ibu.... Di rumah Bu Nyai Ulfah-Kyai Najib kembali kami dapat aneka suguhan.... Terima kasih pula tak terhingga.... Malam besoknya (25/09/09), Yk kedatangan tamu alumni: Ohim asal Yk tapi menetap - berkarir n berkeluarga di Lombok (adik kelas kita, tapi saat ia masuk Pondok sebagai siswa SMA kls 3 n sktr 3 thn nyantri) dan Norrodhi asal Batang Pekalongan (angk 81 n sktr 3 thn nyantri). Besok siangnya Ohim, Norrodhi, Ilham n Ari Iswanto silaturahmi ke rumah teman kita Tarwoco di Samigaluh Kulonprogo Yk. Dalam suasana yang spesial ini, Angera tak lupa mengucapkan (f): SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1430 H MOHON MAAF LAHIR BATIN
Minal aidin wal faizin mohon maaf lahir batin. Selamat berlebaranbuat teman teman.
Bentar lagi aku mudik lebaran walaupun cuman seminggu tapi, hatiku senang bisa berlebaran di kampung halaman.
Seorang teman istimewa dari tempat aku mondok di Pabelan minta aku menulis
tentang Thailand tempat dimana sekarang aku tinggal. Bukan Yuni si hitam manis lokomotif namanya kalo tidak bisa menjadi yang terdepan yang bisa menjadikan orang lain tergerak dan bergerak mengikuti irama langkahnya. Aku bilang menulis itu perlu sepi sedangkan dirumahku sekarang selalu ramai. Bukan prioritasku untuk mencari sepi dan mengunjungi ilham buat menulis sekarang ini. Tapi gara-gara permintaan Yuni aku jadi tergelitik untuk mengetik tulisan lagi. Ilham tidak perlulah aku cari, nanti juga datang sendiri. Yang penting mulai. Sepi, aku bisa kadang kadang berkunjung padanya kalau anak-anak tukang bikin ramai rumah sedang ke sekolah di pagi hari. Maka jadilah aku menyetujui permintaan Yuni untuk kembali menulis dan berbagi cerita.
Teman mantan pacar yang sekarang menjadi suamiku dulu ketika kita masih tinggal di Jakarta sering
memanggilnya dengan “Khun”. Saat itu terdengar aneh untukku dia dipanggil dengan nama depan begitu. Sekarang tidak aneh lagi karena orang sekantornya setiap hari memanggilnya dengan khun juga. Ternyata khun itu semacam “bapak” di negeri asalku, “meneer” di negeri asal suami dan “mister” dinegeri Obama. Dimulai dengan panggilan kesayangannya itu jualah kiranya yang membawa kita terdampar untuk bekerja dinegeri dimana orang orang dipanggil dengan khun. Negeri dimana tuk tuk (semacam bajaj di Jakarta dan India ) masih hilir mudik dengan lincahnya dan bebas asap hitam dengan berhiaskan bel kliningan bergantungan dikaca depan. Negeri dimana rambutan, jeruk pamelo (aku suka sebut jeruk bali ), sawo, lengkeng, longan segala macam pisang dan durian dijajakan dijalanan. Negeri dimana pasar bisa berdampingan dengan indahnya dengan gedung pusat perbelanjaan ber ac yang sering disebut department store atau mall kata orang Jakarta. Negeri dimana rakyatnya bisa makan kenyang karena cukup punya beras dan bisa makan tidak kenyang karena banyak pilihan makanan penutup atau dessert dari cendol, nasi ketan dipakein santan dan mangga, segala macam bubur, kue, kripik sampai es krim. Jangan tanya yang aku tidak suka. Susah sekali menjawabnya. Kalau apa yang aku suka dari Thailand aku bisa bercerita panjang. Kita bisa mulai dengan pasar tempat aku bisa menawar harga. Kalau cuman angka angka aku masih bisa dengan bahasa lokal jadi menawar bukan masalah. Mereka para penjual juga panjang akal, barang yang dijajakan kebanyakan sudah dipasang tulisan harga jadi teman bisa melihat tanpa perlu bertanya. Asal tahu saja sudah enam
tahun aku tinggal di Thailand bahasa yang bisa aku tangkap hanya itu itu saja. Sawadde kaa (khrap kalo yang bicara laki-laki ) dan khap khuwn kaa cukuplah buat menyelamatkan muka. Yang lain ya angka satu dua tiga dan jangan lupa kanan kiri untuk yang suka naik taksi atau tuk tuk.
Pasar di Bangkok yang biasa aku kunjungi lokasinya tidak jauh dari tempat aku tinggal namanya lai lai sap. Kalo diartikan katanya sih semacam tempat (jin kalo di Indonesia) buang duit. Lokasinya ibelakang gedung kantor pusat Bangkok Bank ( Bank besar di Thailand ) di Silom. Jadi kalau mau kesana teman jangan pas jam makan siang. Bisa berdesakan dan saling senggol dengan orang kantor yang bejibun keluar makan siang sambil belanja atau cuci mata saja. Kalau mau pergi pagi saja atau setelah jam makan siang. Aku biasa datang dengan teman atau kawan-kawan pagi jam sepuluh ( itu jam bebas kita sebelum jarum jam menunjukkan angka dua, kita sudah mesti di rumah, siap menjemput sekolah tukang bikin onar kerumah he he…(Tidak semua. Anakku ketiganya laki-laki, mereka perkecualian. )
Oya di Pasar Lai Lai Sap semua dijual, berjejer, dijajakan. Dari segala makanan, bermacam kue termasuk buah buahan, sayuran, mainan, pakaian, pernak pernik, make up, tas, buku tulis sampai sandal sepatu dan tutup rambut juga ada ( itu shower cap yang buat mandi kalau tidak mau rambut basah ). Favoritku dan teman-teman adalah kios ( toko kecil ) pakaian dan kios mainan anak anak. Pakaian dari yang seratus baht tiga sampai yang ribuan baht harganya ada semua. Biasanya mereka jual celana rok kaos baju lokal tergantung musim. Musim tahun baru cina mereka jualan baju krah tinggi warna merah. Musim tahun baru Thailand mereka jualan baju tradisional Thailand kemben kebaya sarung. Musim panas ada perayaan minta air hujan bajunya kembang warna warni semua. Ada merah hijau kuning ( favoritku oranye warna kebangsaan suami tapi mereka tidak pernah punya).
Nah selain pasar yang aku suka tentang Bangkok khususnya adalah soal transportasi. Maklum seumur umur aku tidak pernah nyupir sendiri kecuali sangat amat terpaksa. Contohnya terpaksa itu ya untuk ujian SIM ( SIM sih aku punya dari Indonesia tapi kan punya SIM bukan berarti biasa menyetir di Indonesia ) atau ada yang maksa aku untuk pegang setir alias kemudi. Harap maklum, sewaktu kerja juga aku tahunya diantar dijemput saja. Jadinya penting buatku untuk bisa berkomuter alias keliling kota pergi dari satu tempat ketempat lainnya dengan mudah, lancer dan aman tanpa menyetir kendaraan sendiri. Di Bangkok it’s not a big deal. Taksi di Bangkok bagus, banyak yang baru dan murah dibanding Jakarta ( jangan bandingin sama taksi di Amsterdam ya yang alamak mahalnya ) Yang lebih penting para supir di Bangkok termasuk yang sopan dan tidak pelit kembalian. Mereka hampir tidak pernah dengan sengaja mengajak penumpang keliling kota seperti yang sering terjadi dengan taksi di Jakarta (Dulu jaman aku masih tinggal disana. Mudah mudahan sekarang tidak lagi). Kalau tidak pakai taksi karena jamnya pergi bareng dengan jam kerja dan sekolah alias jam macet kita bisa pake BTS atau Sky Train yang bisa dengan cepat melaju diatas kemacetan kota. Sky train di Bangkok ACnya mak cesss. Masuk kereta langsung dingin. Para turis bule aja yang cuek. Mereka biasanya berbaju ‘you can see’ di Bangkok karena kepanasan. Agak rapet sedikit tertutup kalau sudah sampai Grand Palace yang menyediakan sarung bagi yang berbaju pendek selutut. Dari sky train kita bisa melihat pemandangan hijau kota dari atas termasuk Dusit Golf Club yang ijo royo royo dan Lumpini Park yang banyak pohon rindangnya. Dari metro underground kita cuman bisa lihat tembok gelap tapi cepat dan kadang kadang perlu kita pakaikalau mau ke tempat yang agak jauh dipinggiran Bangkok. Sekarang setelah pindah apartemen ditepi sungai, aku ada pilihan kalau bepergian. Tidak harus pake mobil dan kena macet tapi bisa lewat jalur sungai dengan kapal dan sambung sky train lanjut jalan kaki ke tempat tujuan. Biasanya pintu keluar disambungkan langsung dari stasiun ke pintu mall. Kalau tujuan selain mall ya tinggal cari stasiun terdekat saja. Begitulah cerita sukanya tinggal dan jalan-jalan di Bangkok. Kemana mana gampang, transportasi dan jalannya bagus. Pemerintah Bangkok kan paling rajin bikin jalan dan jembatan. Itu yang aku senang juga. Ke Pattaya yang 180km dari Bangkok tidak sampai dua jam bermobil. Hua Hin yang 200km lebih bisa tiga jam sampai. Lha aku kalau mau pergi dari Kudus ke Jogya yang hanya 180km bisa lima jam baru sampai. Kudus Semarang yang 50km kalau jalan lancar bias ditempuh sampai dua jam. Bagaimana aku tidak betah di Bangkok? Hobiku kan memang jalan jalan dan plesiran. Jadi jangan salahkan aku kalau menjadi betah dan lama tinggal disini.
Oya teman, penduduknya atau orang Thai aku bilang sangat toleran dan santun. Toleran karena mereka tidak keberatan ada pasar bejejer dengan mall. Ada anjing dijalanan mereka tidak keberatan malah dikasih makan (ini yang jadinya diprotes karena menambah angka populasi anjing jalanan di Bangkok) Ada cewek jalan dengan bule juga tidak disuitin apalagi diteriakin he he he.. (pernah lho menimpaku di jakarta dulu ) Ada gay (cowok suka sama cowok) dan lady boy (cowok suka dandan kayak cewek) juga mereka cuek saja tidak berkeberatan dan tidak ada yang demo soal bikin undang undang tata tertib buat mereka. Yang ini sih sudah bukan wilayahku lagi. Soalnya aku bukan penggemar mereka. Kalau artis bollywood semacam Syah Rukh Khan, Hrithik Roshan, Aamir Khan bolehlah aku dikatakan penggemar (dulu sih Amitabh Bachchan sewaktu mondok di Pabelan he he… )
Benar betul orang Thai itu santun. Disamping santun dengan sesama, mereka sangat hormat dengan pemuka agamanya ( monk atau pendeta budha ). Santunnya orang Thai itu cerdas. Contohnya, mereka welcome dengan turis ( farang ) tapi bayar uang masuk tempat rekreasi atau tujuan pariwisatanya bisa berlipat-lipat daripada yang mereka bayarkan ( yang ini sudah diprotes ‘farang’ dibilang tidak fair ). Misalkan di Snake farm kalau orang Thai mau masuk dipungut bayaran karcis 25 baht yang turis bisa 250baht (nominal persisnya aku lupa). Ocean World, Dusit Zoo semua ada dua tarif. Ya harap maklum soal bisnis dan uang, orang Thai pakarnya berhitung. Bagi yang punya ijin kerja di Thailand jangan lupa selalu membawa serta kopinya supaya kalau mau plesir bisa murah bayar karcis masuknya. Cuaca di Bangkok bisa dikatakan ada tiga musim. Musim panas dan kering dari Februari sampai Juni. Hujan, lembab dan basah Juni sampai November dan sejuk, kering bulan November sampai Februari. Maksudnya musim panas itu ya bisa kering tidak ada hujan dan panas sampai 40C. Musim hujan ya sama seperti di Indonesia hujan setia setiap saat. Bisa hujan setiap hari, jamnya saja yang gonta ganti. Yang enak kalau pas bulan November sampai Februari. Angin sejuk berhembus dari Cina dan cuacanya seperti summer di Eropa. Cerah, sekitar 26 celcius suhu udaranya. Bunga bermekaran, kembang anggrek dimana mana dan musim durian juga. (Soal durian nanti kita bahas sendiri saja ya he hehe…)
Sebenarnya kalau mau ditambah di Bangkok itu susah cari orang merokok ditempat umum ( termasuk di Pub/Bar dan restoran ) karena sudah menjadi peraturan dan atau larangan. Penghijauan lumayan digalakkan walaupun belum seperti di Eropa tapi oklah masih ada Lumpini Park dan pohonnya lumayan rindang tidak seperti Monas ( ah tak usahlah aku selalu membanding banding kan tanah kelahiran dengan negeri orang namanya tidak patriotis nanti ). Demikianlah teman ceritaku tentang negeri impian. Nanti kapan kapan aku akan ganti kilas balik cerita sukaku sampai terdampar di negeri orang. Mudah mudahan kelanjutan ceritaku tak sampai menunggu diminta sama Kajol eh si item manis eh yang punya nama Yunich. Bersambung alias to be continued…(RR)
Bangkok, 24 Juni 2009.
Rina
Buka puasa adalah saat yang paling dinanti bagi siapapun yang sedang puasa. Ketika perut bernyanyi2 lagu keroncong dan tenggorokan mengering melebihi gurun sahara kerontang, maka santapan apa aja yang ada di depan mata akan terasa eunaak... Apalagi jika berbuka dilakukan secara bersama2 dengan limpahan makanan yang super lezat, so pasti bisa dibayangkan kenikmatannya.. Kira2 itu yang terjadi pada hari minggu, 6 September '09 di rumah ketua IKPP Yk kak Arif Prajoko dan kanda kita Dr. Syamsiyatun (mbak Atun). Perjamuan istimewa telah memanjakan hadirin. Sebelumnya (ngabuburit), sambutan mbak Atun sebagai tuan rumah sekaligus memperkenalkan beberapa teman2 beliau yang turut hadir (dari manca negara yang merupakan rekan kerja beliau di ICRS UGM, dilanjutkan Pak Fuad Zein (ustadz kita) memberikan santapan otak, tuntunan budi dan bimbingan jiwa tentang "taqwa dan hubungannya dengan iman, Islam dan ihsan". Saat adzan berkumandang, takjil kolak, teh hangat manis dan snack menanti, kemudian solat magrib berjama'ah dan sampai pada acara inti "makan besar" yang spesial. Terima kasih kak Arif & mbak Atun atas semua kelezatannya... Jazakumullah khairan katsiro. (ftr)
Bertahun-tahun aku menyimpan kisah ini tanpa ingin menegoknya kembali.....perjalanan rindu yang kubawa sepanjang jalan dan tikungan...aku semangatkan dalam dada satu keyakinan ia menunggu disana.....Entah untuk yang kesekian kalinya mataku basah.....ketika ada ibu, ayah, opa, omah yang datang dengan anak yang telah pucat pasi kepraktek suamiku.....aku menghindar karena tak mampu melihatnya...tak mampu menterjemahkan perasannya....aku pernah mengalaminya, menghitung hari kepergian seorang anak, sibiran tulang, denyutan nadi dan aliran darah....ANAK.....Siapa yang tidak merasa ANAK adalah segala-galanya.....kalau bisa jangan Anak yang sakit...biar kusunting rasa sakitnya......rasa hati setiap bunda yang telah menyerahkan nyawa saat persalinan....yang memberinya air susu iman....yang ia ingin di tangannya tumbuh Husain ataupun Fatimah Az Zahra.....tapi ketika Allah berkendak lain TanganNya meraih titipan itu.....siapa yang siap....walau saat bayi masih merah...atau sedang lucu2nya atau ketika beranjak jadi pelajar....bahkan sampai anak sudah menikah, orang tua manapun tak siap jika titipan ini diambilnya.....
Seorang resident anak...(calon spesialis anak)....menatap kaku kekasihnya diruang isolasi.....matanya nanar...air mata itu bagai gurun pasir yang menjadi karang....suamiku....aku dengar gemuruh hatinya bagai air yang mendidih.....dia bilang padaku..."maafkan aku...anak kita anemia leukemia ....kalau saja bukan ini yang Allah beri aku masih mampu melalukannya"...tapi penyakit yang menakutkan ini....belum tahu asalnya darimana....radiasi?....radiasi yang mana?....aku tak mau banyak bertanya.....yang penting anakku berhasil menjalani cytotoxica....dengan efek samping yang potensial gawat....hanya ada ini pengobatannya. Aku selalu keluar masuk ruangan dengan badan dan baju steril dengan tutup muka....anakku bidadaraku selalu bilang "kenapa mata ibu basah?" aku jawab....ibu tadi kena debu sayang....jawaban itu yang selalu ia dengar dari alasanku meneteskan air mata......debu-debu dosa....debu-debu kepedihan....debu-debu penyesalan....adakah ini salahku? yang menyuapkan makanan di lambungnya....apakah ini salahku yang membawanya ketempat-tempat berbahaya....apakah ini salahku? salahku?anakku...anakku....anakku...
Dalam bisu, suamiku selalu menyentuh kalbu; "marilah kita berdo'a agar cobaan Allah cukup berhenti disini...jika anak kita harus sakit biarlah Allah memberi kekuatan agar tak merasakan sakitnya"....Allah....muliaNya engkau yang memberiku banyak kekuatan dalam menghadapi musibah ini....hingga aku kini bisa mengenangnya kenangan yang sangat indah.....dan aku katakan pada setiap orang yang mengalaminya dengan keyakinan Allah akan beri kita kekuatan....seberat apapun musibah itu tak dapat kita bayangkan....Sebelas tahun sudah.....sulungku dipangkuan Illahi....aku kini mampu melihat lagi foto-foto kekasihku.......aku pasang didinding rumah....dan aku hadirkan dia ada dan sangat dekat dengan kita....dulu aku meratapinya.....kini aku mengenangnya....aku ucapkan pada Allah Rabbku "TERIMAKASIH YA ALLAH AKU SEMPAT KAU BERIKAN KEBAHAGIAAN BERSAMA GHIYAS RASIF TAMMAM SELAMA DUA TAHUN" dua tahun kebahagiann bersamanya menjadi spiritku untuk bercerita pada adik-adiknya....agar menjadi tauladan untuk matahariku yang lain Almas Rausan Fikri, Asif Humamm Rais dan Athar Zaedan Hafidz.....Mas Ghiyas ada dalam tiada.......lebih baik daripada Ada tapi serasa tiada....Almas,Asif dan Athar kini punya lagu GAAA....Ghiyas yang kumaknai nama itu sebagai sang penolong....betul-betul akan menjadi penolongku kelak....GAAA sejati ada disini kata anak-anakku.....bersama ibu Ida dan bapak mukhson begitu ia bilang....berjuang membela kebenaran.....hmhmhm Allah selalu memberiku kebaikan diatas kebaikan...Rasanya aku kuat menikmati hidup ini karena aku lahir dari ibunda bernama Pabelan.....disana aku tumbuh dan berkembang....mentalku membaja.....kulit tubuhku menebal bagai jemari Fatimah Azzahra....berjuta-juta arti hidup telah kudapatkan.....tuk menjadi teraphy saat masa datang terimakasih pondokku ibuku......
Mengenang Ghiyas Rasif Tamam dipanggil Ilahi tanggal 25 september 1998.Ya Allah jadikanlah dia bagiku sebagai pendahulu, tabungan dan pahala...Amien.
Telah meninggal dunia, ayahanda dari sahabat/ kakak kelas kita (angkt'80) Hastin Nurhayati, tadi malam 7 September '09 pukul 24.00 dan akan dikebumikan hari ini Selasa 8 September 2009 (dari rumah duka Warungboto Yogya) pukul 13.00. Dengan ini, Angera menyatakan turut berduka sedalam2nya dan mengundang teman2 tuk mendoakan, semoga seluruh amal ibadah beliau diterimaNya dan mendapatkan surgaNya, amin.. No kontak: 081381363389 (f)
Kurang lebih Ramadhan 17 tahun silam, ketika itu saya masih jadi guru praktek tahun ke II menempati asaram guru “SANGGAR BAKTI” ( samping rumah kediaman Bp. KH Ahmad Mustafa SH), sedangkan guru praktek tahun I angkatan Sobirin CS menempati asrama NUSA DAMAI depan masjid.
Seperti biasa, setiap ba’da subuh, KH. Hamam memberikan kuliah subuh di serambi masjid yang dihadiri Bapa-bapa, Ibu-ibu,mbah-mbah, sepuh-bini sepuh di sekitar pondok, dan para santri kelas V ( PBR ) &kelas VI yang tetap mukim di pondok selama ramadhan, juga para guru praktek, walaupun mungkin sebagian mereka melanjutkan naum ba’da sahur…
Tema kuliah subuh KH Hamam sederhana-sederhana saja, seputar iman-saum-semoga mencapai derajat takwa (QS Al-Baqoroh 183), namun menurut hemat saya, tema beliau selalu menarik untuk disimak apalagi dengan gaya dan humor beliau yang khas.
Ketika itu Gedung Bupati (Ahmad) sedang dalam perbaikan atap & genteng, dan ternyata KH. Hamam sedang memendam kesedihan yang cukup mendalam. Entah puasa hari yang ke berapa?, (maf lupa), pada saat kuliah subuh, KH. Hamam menangis berurai air mata di hadapan para jamaah. Yah… Beliau menangis, sedih… lantaran rehabilitasi gedung Bupati belim kunjung rampungdikarenakan kekurangan anggaran dana. Beliaupun tidak dapat melajutkan ceramah kuliah subuh, langsung meninggalkan podium dan para jamaah dalam keadaan menangis.
Saya tercengang menyaksikan peristiwa itu. Betapa orang besar seperti KH. Hamampun bisa sedih dan menangis. Hari-hari berikutnya beliau masih mengisi ceramah kuliah subuh.
Kalau tidak salah ingat, kira-kira semenjak puasa hari ke 17, KH. Hamam tidak lagi mengisi ceramah kuliah subuh, dikabarkan beliau sakit dan sedang dirawat di Rumah SakitJogjakarta.
Jujur saja, bagi saya dan mungkin bagi sebagian teman-teman, mendengar KH. Hamam sakit, adalah hal yang biasa-biasa saja.
Akan tetapi RENCANA ALLAH TETAPLAH MENJADI RAHASIA ALLAH namun TAKDIR ALLAH & AJAL ADALAH SEBUAH KENYATAAN YANG TAK TERELAKAN.
Sehabis teraweh malam ke 23 Ramadhan, saya dan teman-teman sedang menonton TV di rumah Bu Empang mendengarkan pengumuman kabinet Pembangunan Soeharto, karena penasaran ada isu KH. Hamam akan diangkat menjadi menteri Agama.. Tiba-tiba datang seorang bapa yang sudah akrab (lupa namanya) yang tinggal di samping asrama Kuwait, memberitahukan berita duka KH Hamam meninggal. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Idza Ja-a ajaluhum la yasta’khiruna sa-`atan wala yastaqdimun. Kaget, seakan tidak percaya, kami langsung menuju kediaman beliau, di sana sudah banyak orang yang berkumpul, terlihat pula Bu Nuki.
Tidak lama kemudian terdengar suara serine ambulance datang membawa jenazah KH. Hamam Suasana haru dan duka, langitpun berduka menyelimuti Pondok Pabelan. (disaat menulis kisah memori inipun hati saya dirundung sedih mengenang peristiwa itu).
Ruang TamuBeliau yang biasa digunakan untuk menerima tamu para pejabat dan berbagai kalangan sudah dibersihkan. Kursi, meja dan perabot sudah diangkat keluar, yang tertinggal hanyalah buffet panjang yang masih menempel di dinding sisi barat Ruang Tamu.
Jenazah KH. Hamam diturunkan dari mobil ambulance dan digotong memasuki Ruang Tamu, dibaringkan di atas lantai yang beralaskan karpet. Tubuh Jenazah beliau memang besar, namun terasa ringan ketika digotong bersama. Saya menyaksikan ketika itu, wajah beliau terlihat cerah dan sedang tersenyum, ada janggut tipisnya. Ya Allah Semoga beliau dalam keadaan HUSNUL-KHOTIMAH Amin ya Rabbal’alamin.
Pakaian yang beliau kenakan mulai dilepas. Saya sempat menggunting baju switer biru muda dan kaos dalam yang beliau kenakan agar memudahkan untuk melepasnya, karena tangan jenazah sudah kaku sehingga agak sulit melepasnya kalau tidak dengan cara digunting.
Setelah semua pakaian dilepas, Jenazah di bawa menuju gang belakang ruang tamu persis di depan pintu belakang ruang tamu untuk dimandikan. Di saat memandikan, saya berdiri di sisi kanan jenazah dekat kepala, dan sempat membersihkan kotoran yang masih menempel di kedua mata beliau dengan penuh hati-hati.
Setelah memandikan, jenazah lalu digotong lagi memasuki ruang tamu untuk dikafani.
Kain kafan, parfum dan kapas sudah dipersiapkan berikut sorban putih penutup kepala jenazah. Saya menyelipkan kapas-kapas itu di sela-sela jari tangan jenazah dengan penuh hati-hati pula..
Setelah tubuh jenazah dikafankan tinggallah wajah & kepala yang bersorban belum ditutup kain kafan guna memberikan kesempatan kepada keluarga untuk melihat terakhir kalinya.
Secara bergantian, muncullah mbah Putri (ibunda KH Hamam) untuk melihat terakhir kali wajah putranya, Akan tetapi mbah Putri tidak sanggup menahan kesedihan dan tidak bisa berdiri lama, langsung mundur ke belakang dengan suara isak-tangisnya.Kemudian muncul lagi ust. Najib dengan wajah penuh kesedihan disusul oleh Ibu Nyai dan kak Faiz dengan wajah yang tenang ikhlas pasrah melepaskan kepergian alm KH. Hamam Dja’far.
Beberapa saat kemudian, wajah jenazah ditutup rapi dengan kain kafan lalu dimasukkan kedalam keranda dan dibawa ke masjid untuk di semayamkan di dalamnya depan mimbar khutbah Jum;at.
Keesokan harinya persiapan pemakaman….
Ba’da sholat dhuhur, Jenazah alm disholatkan secara berjamaah oleh para santri dan sebagian alumni yang sempat hadir serta masyarakat sekitar pondok. Ternyata hadir pula KH. Syukri Zarkasyi dari Pondok Gontor dan beliaupun memberikan sambutan terakhir pelepasan jenazah sebelum dimakamkan. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa: “KH. Hamam sudah mati meninggalkan kita semua dan Pondok Pabelan. Akan tetapiPONDOK PABELAN TIDAK BOLEH MATI.”
Berbicara soal kematian, teringat ketika KH. Hamam masih hidup, dalam beberapa kesempatan ceramah & nasehat dihadapan para santri, beliau mengungkapkan dengan gaya humor yang khas : "kenapa manusia bisa mati??”
Menurut beliau, manusia mati bukan karena sakit atau jatuh dari pohon atau juga ketabrak mobil. Masih menurut beliau: “yang pasti manusia itu mati karena nyawanya lepas dari badan".