Senin, September 07, 2009

Saat-saat Kyai Hamam Wafat



Memory Abu Solor….

RAMADAHAN 1413 H/1993 M

KH. HAMAM DJA’FAR WAFAT...........


Kurang lebih Ramadhan 17 tahun silam, ketika itu saya masih jadi guru praktek tahun ke II menempati asaram guru “SANGGAR BAKTI” ( samping rumah kediaman Bp. KH Ahmad Mustafa SH), sedangkan guru praktek tahun I angkatan Sobirin CS menempati asrama NUSA DAMAI depan masjid.


Seperti biasa, setiap ba’da subuh, KH. Hamam memberikan kuliah subuh di serambi masjid yang dihadiri Bapa-bapa, Ibu-ibu,mbah-mbah, sepuh-bini sepuh di sekitar pondok, dan para santri kelas V ( PBR ) & kelas VI yang tetap mukim di pondok selama ramadhan, juga para guru praktek, walaupun mungkin sebagian mereka melanjutkan naum ba’da sahur…


Tema kuliah subuh KH Hamam sederhana-sederhana saja, seputar iman-saum-semoga mencapai derajat takwa (QS Al-Baqoroh 183), namun menurut hemat saya, tema beliau selalu menarik untuk disimak apalagi dengan gaya dan humor beliau yang khas.


Ketika itu Gedung Bupati (Ahmad) sedang dalam perbaikan atap & genteng, dan ternyata KH. Hamam sedang memendam kesedihan yang cukup mendalam. Entah puasa hari yang ke berapa?, (maf lupa), pada saat kuliah subuh, KH. Hamam menangis berurai air mata di hadapan para jamaah. Yah… Beliau menangis, sedih… lantaran rehabilitasi gedung Bupati belim kunjung rampung dikarenakan kekurangan anggaran dana. Beliaupun tidak dapat melajutkan ceramah kuliah subuh, langsung meninggalkan podium dan para jamaah dalam keadaan menangis.

Saya tercengang menyaksikan peristiwa itu. Betapa orang besar seperti KH. Hamampun bisa sedih dan menangis. Hari-hari berikutnya beliau masih mengisi ceramah kuliah subuh.


Kalau tidak salah ingat, kira-kira semenjak puasa hari ke 17, KH. Hamam tidak lagi mengisi ceramah kuliah subuh, dikabarkan beliau sakit dan sedang dirawat di Rumah Sakit Jogjakarta.

Jujur saja, bagi saya dan mungkin bagi sebagian teman-teman, mendengar KH. Hamam sakit, adalah hal yang biasa-biasa saja.


Akan tetapi RENCANA ALLAH TETAPLAH MENJADI RAHASIA ALLAH namun TAKDIR ALLAH & AJAL ADALAH SEBUAH KENYATAAN YANG TAK TERELAKAN.


Sehabis teraweh malam ke 23 Ramadhan, saya dan teman-teman sedang menonton TV di rumah Bu Empang mendengarkan pengumuman kabinet Pembangunan Soeharto, karena penasaran ada isu KH. Hamam akan diangkat menjadi menteri Agama.. Tiba-tiba datang seorang bapa yang sudah akrab (lupa namanya) yang tinggal di samping asrama Kuwait, memberitahukan berita duka KH Hamam meninggal. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Idza Ja-a ajaluhum la yasta’khiruna sa-`atan wala yastaqdimun. Kaget, seakan tidak percaya, kami langsung menuju kediaman beliau, di sana sudah banyak orang yang berkumpul, terlihat pula Bu Nuki.


Tidak lama kemudian terdengar suara serine ambulance datang membawa jenazah KH. Hamam Suasana haru dan duka, langitpun berduka menyelimuti Pondok Pabelan. (disaat menulis kisah memori inipun hati saya dirundung sedih mengenang peristiwa itu).


Ruang Tamu Beliau yang biasa digunakan untuk menerima tamu para pejabat dan berbagai kalangan sudah dibersihkan. Kursi, meja dan perabot sudah diangkat keluar, yang tertinggal hanyalah buffet panjang yang masih menempel di dinding sisi barat Ruang Tamu.


Jenazah KH. Hamam diturunkan dari mobil ambulance dan digotong memasuki Ruang Tamu, dibaringkan di atas lantai yang beralaskan karpet. Tubuh Jenazah beliau memang besar, namun terasa ringan ketika digotong bersama. Saya menyaksikan ketika itu, wajah beliau terlihat cerah dan sedang tersenyum, ada janggut tipisnya. Ya Allah Semoga beliau dalam keadaan HUSNUL-KHOTIMAH Amin ya Rabbal’alamin.


Pakaian yang beliau kenakan mulai dilepas. Saya sempat menggunting baju switer biru muda dan kaos dalam yang beliau kenakan agar memudahkan untuk melepasnya, karena tangan jenazah sudah kaku sehingga agak sulit melepasnya kalau tidak dengan cara digunting.


Setelah semua pakaian dilepas, Jenazah di bawa menuju gang belakang ruang tamu persis di depan pintu belakang ruang tamu untuk dimandikan. Di saat memandikan, saya berdiri di sisi kanan jenazah dekat kepala, dan sempat membersihkan kotoran yang masih menempel di kedua mata beliau dengan penuh hati-hati.

Setelah memandikan, jenazah lalu digotong lagi memasuki ruang tamu untuk dikafani.

Kain kafan, parfum dan kapas sudah dipersiapkan berikut sorban putih penutup kepala jenazah. Saya menyelipkan kapas-kapas itu di sela-sela jari tangan jenazah dengan penuh hati-hati pula..

Setelah tubuh jenazah dikafankan tinggallah wajah & kepala yang bersorban belum ditutup kain kafan guna memberikan kesempatan kepada keluarga untuk melihat terakhir kalinya.


Secara bergantian, muncullah mbah Putri (ibunda KH Hamam) untuk melihat terakhir kali wajah putranya, Akan tetapi mbah Putri tidak sanggup menahan kesedihan dan tidak bisa berdiri lama, langsung mundur ke belakang dengan suara isak-tangisnya. Kemudian muncul lagi ust. Najib dengan wajah penuh kesedihan disusul oleh Ibu Nyai dan kak Faiz dengan wajah yang tenang ikhlas pasrah melepaskan kepergian alm KH. Hamam Dja’far.


Beberapa saat kemudian, wajah jenazah ditutup rapi dengan kain kafan lalu dimasukkan kedalam keranda dan dibawa ke masjid untuk di semayamkan di dalamnya depan mimbar khutbah Jum;at.


Keesokan harinya persiapan pemakaman….

Ba’da sholat dhuhur, Jenazah alm disholatkan secara berjamaah oleh para santri dan sebagian alumni yang sempat hadir serta masyarakat sekitar pondok. Ternyata hadir pula KH. Syukri Zarkasyi dari Pondok Gontor dan beliaupun memberikan sambutan terakhir pelepasan jenazah sebelum dimakamkan. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa: “KH. Hamam sudah mati meninggalkan kita semua dan Pondok Pabelan. Akan tetapi PONDOK PABELAN TIDAK BOLEH MATI.”


Berbicara soal kematian, teringat ketika KH. Hamam masih hidup, dalam beberapa kesempatan ceramah & nasehat dihadapan para santri, beliau mengungkapkan dengan gaya humor yang khas : "kenapa manusia bisa mati??”

Menurut beliau, manusia mati bukan karena sakit atau jatuh dari pohon atau juga ketabrak mobil. Masih menurut beliau: “yang pasti manusia itu mati karena nyawanya lepas dari badan".


Allahummagfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu.

Label:

12 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

Terima kasih sekali Pak Abu Solor sudah berbagi cerita mengenai saat saat khutbah terakhir Bapak Kita. Bagian yang sesungguhnya ana tertinggal dan tidak banyak tahu. Ana berharap ada cerita cerita yang lain dari teman lainnya.( RR )

7 September 2009 pukul 11.30  
Anonymous Anonim mengatakan...

terima kasih juga kak abu solor, yg sudah menyampaikan hal yg belum saya ketahui tentang pondok pesantren kita tercinta: pondok pesantren pabelan.

by masdar wong wonosobo

7 September 2009 pukul 14.41  
Anonymous Anonim mengatakan...

Infonya menambah pengetahuan kita tentang saat2 akhir Pak Kiyai yang tentunya banyak yang tak tahu, terutama kami para alumni yang jauh2. Terimakasih ABu So;or. (nuri)

7 September 2009 pukul 19.25  
Anonymous Anonim mengatakan...

Abu So;or...??? Wah-wah-wah, ini sengaja salah menulis nama dengan maksud tertentu, atau ada apa ya? Nama orang memiliki nilai dan sejarah tersendiri bagi pemberi nama dan pemiliknya. Di dalamnya juga sering mengandung perjuangan. Misalnya perjuangan bagi ibu yang melahirkan anaknya dan kemudian memberikannya nama nan elok dan punya harapan.

Beruntunglah pemilik nama ABU SOLOR, karena turut menyaksikan jenazah Pak Kyai Hammam Dja'far. Kak Abu Solor termasuk santri yang sangat beruntung.

by masdar wong wonosobo

7 September 2009 pukul 19.47  
Anonymous Anonim mengatakan...

Cerita berharga, ikut larut dalam cerita syahdu itu.buat kami yang tidak bs menyaksikan detik2 terakhir menjadi penting betul memori ini. Yg saya ingat, ketika vikra anak saya bayi thn 93, hbs maghrib or isya, tiba2 kak ulfah bu nyai sekarang, yg saat itu sdg kuliah di uinn, dtang ke tempat saya dan dg wajah pucat penuh teka teki mengabarkan berita duka itu. Kami berpeluk menangis dan banyak diam tak kuasa.kalo saja tidak punya bayi merah,ingin terbang rasanya. Btw, abu solor, yg becandaan gunting tangan itu blh kami edit ya, biar ngepas dg konteksnya.Yun.

7 September 2009 pukul 21.46  
Anonymous Anonim mengatakan...

Ceritanya menjadi sejarah.. Oke banget. Sip. (fatra)

8 September 2009 pukul 07.22  
Anonymous Anonim mengatakan...

Jujur walau peristiwa ini sudah lama, namun ketika saya membaca artikel ini agak merinding bulu kuduk saya... yang memang tidak mengetahui secara detil, bagaimana hari2 menjeleang kepulang Almarhum keharibaannya, sekalipun pada saat SYAWALAN'93 saya hadir disana, dan biasa diadakan tanggal 5, saya kurang mendapatkan info seperti ini, terima kasih Abu Solor...AbiRizky

8 September 2009 pukul 09.31  
Anonymous Anonim mengatakan...

Ketika Jenazah Kyai Hamam siap diturunkan ke liang kubur, tiba2 seorang laki-laki berpakaian hitam2meloncati pagar kuburan sebelah selatan dan langsung menyibak kerumunan para pelayat ingin segera mendekat ke jenazah yg sedang diangkat dari kerenda. Dengan mata berkaca dan bibir bergetar ia bergumam, tapi agak keras; "Dia orang baik! Dia orang baik"! Setelah itu ia terdiam, melihat jenazah pelan2 turun ke alam kubur. Banyak pelayat tertegun, dan memperhatikan orang tsb dg haru. Dialah Emha Ainun Najib, karib Kyai Hamam, yang datang tepat pada saat acara penguburan sedang dimulai. Nampaknya ia sangat terpukul atas kepergian Kyai Hamam yg tak dinyana-nyana itu.....
Itulah sepotong ingatan yang masih melekat dalam diri saya. Allahummaghfir lahu warhamhu wa'afihi wa'fu 'anhu.... Amin/RM.

8 September 2009 pukul 11.53  
Anonymous Anonim mengatakan...

Terimakasih cerita akhir detik-detik itu....bapak telah pergi....tapi masih hidup didada kita semua...ilmu beliau yang ada pada santri adalah pelita bagi santri juga bagi beliau sebagai pahala yang terus mengalir....Amien ya Rabb..Ida Muna

8 September 2009 pukul 12.53  
Anonymous Anonim mengatakan...

Di bulan yang suci Ramadhan ini, Abu Solor telah menebar pahala yang luar biasa, buat dirinya sendiri dan kita semua. Ceritanya menjadikan ingatan kita segar kembali kepada sang motifator ulung yang telah menjadikan kita semua berhasil di bidangnya masing-masing. enz

8 September 2009 pukul 21.13  
Anonymous Anonim mengatakan...

benar!!! abu solor memang hebat karena mengingatkan banyak hal tentang pak kyai kita tercinta.

by masdar wong wonosobo

8 September 2009 pukul 23.26  
Anonymous Anonim mengatakan...

Alhamdulillah kbetulan saya jg pas nyantri d situ waktu itu...kejadian yg mgkn tdak bsa d lupakan...walaupun saya nyantri bru 2 tahunan d situ tp guyonan yg menyentuh dri beliau tdk bsa d lupakan dan mgkn dgn begitu jga lah cra beliau mendidik...how can explain...semoga..husnul khatimah buatnya

22 Mei 2010 pukul 12.01  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda