Selasa, September 08, 2009

Selamat Jalan Anakku...



By : Ida Munawwaroh.

Bertahun-tahun aku menyimpan kisah ini tanpa ingin menegoknya kembali.....perjalanan rindu yang kubawa sepanjang jalan dan tikungan...aku semangatkan dalam dada satu keyakinan ia menunggu disana.....Entah untuk yang kesekian kalinya mataku basah.....ketika ada ibu, ayah, opa, omah yang datang dengan anak yang telah pucat pasi kepraktek suamiku.....aku menghindar karena tak mampu melihatnya...tak mampu menterjemahkan perasannya....aku pernah mengalaminya, menghitung hari kepergian seorang anak, sibiran tulang, denyutan nadi dan aliran darah....ANAK.....Siapa yang tidak merasa ANAK adalah segala-galanya.....kalau bisa jangan Anak yang sakit...biar kusunting rasa sakitnya......rasa hati setiap bunda yang telah menyerahkan nyawa saat persalinan....yang memberinya air susu iman....yang ia ingin di tangannya tumbuh Husain ataupun Fatimah Az Zahra.....tapi ketika Allah berkendak lain TanganNya meraih titipan itu.....siapa yang siap....walau saat bayi masih merah...atau sedang lucu2nya atau ketika beranjak jadi pelajar....bahkan sampai anak sudah menikah, orang tua manapun tak siap jika titipan ini diambilnya.....

Seorang resident anak...(calon spesialis anak)....menatap kaku kekasihnya diruang isolasi.....matanya nanar...air mata itu bagai gurun pasir yang menjadi karang....suamiku....aku dengar gemuruh hatinya bagai air yang mendidih.....dia bilang padaku..."maafkan aku...anak kita anemia leukemia ....kalau saja bukan ini yang Allah beri aku masih mampu melalukannya"...tapi penyakit yang menakutkan ini....belum tahu asalnya darimana....radiasi?....radiasi yang mana?....aku tak mau banyak bertanya.....yang penting anakku berhasil menjalani cytotoxica....dengan efek samping yang potensial gawat....hanya ada ini pengobatannya. Aku selalu keluar masuk ruangan dengan badan dan baju steril dengan tutup muka....anakku bidadaraku selalu bilang "kenapa mata ibu basah?" aku jawab....ibu tadi kena debu sayang....jawaban itu yang selalu ia dengar dari alasanku meneteskan air mata......debu-debu dosa....debu-debu kepedihan....debu-debu penyesalan....adakah ini salahku? yang menyuapkan makanan di lambungnya....apakah ini salahku yang membawanya ketempat-tempat berbahaya....apakah ini salahku? salahku?anakku...anakku....anakku...

Dalam bisu, suamiku selalu menyentuh kalbu; "marilah kita berdo'a agar cobaan Allah cukup berhenti disini...jika anak kita harus sakit biarlah Allah memberi kekuatan agar tak merasakan sakitnya"....Allah....muliaNya engkau yang memberiku banyak kekuatan dalam menghadapi musibah ini....hingga aku kini bisa mengenangnya kenangan yang sangat indah.....dan aku katakan pada setiap orang yang mengalaminya dengan keyakinan Allah akan beri kita kekuatan....seberat apapun musibah itu tak dapat kita bayangkan....Sebelas tahun sudah.....sulungku dipangkuan Illahi....aku kini mampu melihat lagi foto-foto kekasihku.......aku pasang didinding rumah....dan aku hadirkan dia ada dan sangat dekat dengan kita....dulu aku meratapinya.....kini aku mengenangnya....aku ucapkan pada Allah Rabbku "TERIMAKASIH YA ALLAH AKU SEMPAT KAU BERIKAN KEBAHAGIAAN BERSAMA GHIYAS RASIF TAMMAM SELAMA DUA TAHUN" dua tahun kebahagiann bersamanya menjadi spiritku untuk bercerita pada adik-adiknya....agar menjadi tauladan untuk matahariku yang lain Almas Rausan Fikri, Asif Humamm Rais dan Athar Zaedan Hafidz.....Mas Ghiyas ada dalam tiada.......lebih baik daripada Ada tapi serasa tiada....Almas,Asif dan Athar kini punya lagu GAAA....Ghiyas yang kumaknai nama itu sebagai sang penolong....betul-betul akan menjadi penolongku kelak....GAAA sejati ada disini kata anak-anakku.....bersama ibu Ida dan bapak mukhson begitu ia bilang....berjuang membela kebenaran.....hmhmhm Allah selalu memberiku kebaikan diatas kebaikan...Rasanya aku kuat menikmati hidup ini karena aku lahir dari ibunda bernama Pabelan.....disana aku tumbuh dan berkembang....mentalku membaja.....kulit tubuhku menebal bagai jemari Fatimah Azzahra....berjuta-juta arti hidup telah kudapatkan.....tuk menjadi teraphy saat masa datang terimakasih pondokku ibuku......

Mengenang Ghiyas Rasif Tamam dipanggil Ilahi tanggal 25 september 1998.Ya Allah jadikanlah dia bagiku sebagai pendahulu, tabungan dan pahala...Amien.

Label: ,

22 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

Kenanganmu membuat ku larut sedih .... tapi, Ida adalah sosok yang kuat meski ia lembut penuh sayang.. Ida paling pintar menggores pena. Ku tunggu slalu cerita2mu Da, termasuk love story mbelan dulu.. (fatra)

10 September 2009 pukul 11.17  
Anonymous Anonim mengatakan...

Anak adalah Amanah sekaligus permata bagi kehidupan orang tuanya, namun ketika ALLAH YANG MAHA PENYAYANG meminta kembali keharibaan NYA, tidak ada daya dan upaya tuk menjalani ketentuan NYA, cepat atau lambat hati harus tulus mengikhlaskannya, agar kelak menjadi TABUNGAN orang tuanya.....AbiRizky

10 September 2009 pukul 11.28  
Anonymous Anonim mengatakan...

Semoga senantiasa tabah...Allah mengganti dengan yang lebih baik.

10 September 2009 pukul 17.10  
Anonymous Anonim mengatakan...

aku membayangkan pada masanya, pasti bikin tulang seperti kain sutra, lunglai. Tapi kesabaran itu berbuah berlipat. 3 jagoan pintar-pintar dan ganteng-ganteng mengelilingi bunda bidadari. Btw, diantara Almas, Asif, Athar, siapa yg paling mirip Ghiyas?/ yun

10 September 2009 pukul 19.10  
Anonymous Anonim mengatakan...

Diantara 3 jagoannku yang paling mirip Ghiyas rasif tammam....Athar Zaidan Hafidz....wajahnya...tapi karakternya Asif, pendiam, pintar dan ngalahan....kalau Athar suka membanyol....di FB aja namanya Athar jackson.....aku bilang Athar mukhson dong...kata dia hahah nanti dikira orang tua...Ida Muna

11 September 2009 pukul 06.33  
Anonymous Anonim mengatakan...

Ghiyas sangat disayang Allah, krnnya cepat2 ia dipanggil menghadapNya. Anak sebaik itu, mesti segera diselamatkan dari pengaruh kehidupan yang tak lagi jelas mana baik dan mana buruk....
Giyas telah terselamatkan, pada gilirannya nanti ia akan menjemput kedua orangtuanya di pintu surga.
Dan, Ida, kau telah memberi contoh bgmn bisa lulus dengan baik dari ujian yg paling berat bagi orangtua manapu juga..../RM

11 September 2009 pukul 15.36  
Blogger Mamah mengatakan...

Wah ngga nyangka mbakyuku yg lembut dan sll terkesan ceria punya memory dan cerita yg sgt mengharukan...baru menghayati sbg sebuah cerita saja sy sdh kebawa sedih.apalagi mengalaminya!!
Mbak...sy yakin mbak Ida sgt tegar menghadapi apapun aplg ini sdh lewat dlm waktu yg cukup panjang.dan Mbak Ida hanya menyimpannya selama ini...sungguh sebuah ketegaran sikap yg tdk semua org memilikinya..Insya Allah keikhlasan mbak Ida yg akan membawa, menuntun bertemu dg ananda tercinta suatu saat nanti di Surga...bukankah kepergian anak juga tabungan untuk ibundanya kelak di akhirat?? Amiin...

11 September 2009 pukul 20.01  
Anonymous Anonim mengatakan...

Karena itu berbahagialah ida yang sudah punya tabungan akherat. Dia menanti ayah bundanya dengan tangan dan senyum terkembang di jannah naim. Amin..(nuri)

11 September 2009 pukul 20.44  
Anonymous Anonim mengatakan...

Trimakasih teman-teman...do'amu menjadi semangatku. kalau air mata itu masih ada...ia adalah airmata pembasuh keikhlasan dan air mata penguat ketegaran....walau kadang melihat foto-foto lucunya aku masih merasa ia ada di pelukan....do'a kalian gairah bagiku......Amien..Ida Muna.

11 September 2009 pukul 23.17  
Anonymous Anonim mengatakan...

putra pertamaku juga, hanya 2 bulani aku diberi kesempatan menimangnya. tetapi Allah telah menggantinya dengan anugerah 2 orang putri yang tidak kalah cerdas dan cantik.(Alfn)

12 September 2009 pukul 15.17  
Anonymous Anonim mengatakan...

Trims Alfan...Semoga keikhlasan ada dalam diri kita semua...beberapa rekan kita ternyata mengalami hal yang serupa....saling memberi dukungan itulah kekuatan yang bermakna. Ida Muna.

12 September 2009 pukul 21.30  
Anonymous Anonim mengatakan...

Seperti menelusuri jejak kesedihan dan perjuanganmu membaca cerita Ghiyas. Iya aku masih ingat menjenguknya dulu di rumah semarang, syurgamu. Sebagai Ibu engkau begitu tegar. Tgl dan bulannya bertepatan dengan tgl akad pernikahanku jadi kita bisa berdoa bersama untuknya yang dirindukan disana dan untukku yang merindukan disini. Terima kasih Da sudah berbagi... (RR)

14 September 2009 pukul 09.25  
Blogger Diah Rofika mengatakan...

Mbak.....airmataku tak kuasa kutahan membaca cerita ini. Apakah aku bisa setabah dirimu jika kisah pilu ini terjadi padaku? baru membayangkan saja aku sudah seperti orang gila, apalagi jika harus mengalaminya. Mbak sejuta salut untukmu

14 September 2009 pukul 13.14  
Anonymous Anonim mengatakan...

Trims Rina....Doa kita bersama...pernikahan indahmu abadi adanya.....dan ketidak abadian anakku menjadi permata Illahi yang kilaunnya sampai ke bumi,,,,
Dinda Diah....kau juga sangat perkasa dalam bidangmu....perjuangan yang kau semat pada dunia...semoga pengalaman kita berbeda dalam peribadatan yang sama. Trimakasih semuanya...Ida Muna

15 September 2009 pukul 10.19  
Anonymous Anonim mengatakan...

Kepergian orang-orang yang kita cintai, sebenarnya bukan merupakan perjalanan nasib kita, tetapi merupakan perjalanan nasib mereka yang pergi, kita hanyalah teman seperjalanan yang kemudian berpisah di persimpangan jalan.alf

15 September 2009 pukul 14.17  
Blogger ocekojiro mengatakan...

dear ida munawaroh.
tidak banyak kata yang bisa sy ungkapkan di sini, tapi saya tinggalkan hati saya disini, di blog ini.
salam buat seluru keluarga di sampang.

16 September 2009 pukul 10.08  
Blogger ocekojiro mengatakan...

dear ida munawaroh.
tidak banyak kata yang bisa sy ungkapkan di sini, tapi saya tinggalkan hati saya disini, di blog ini.
salam buat seluru keluarga di sampang.

16 September 2009 pukul 10.09  
Anonymous Anonim mengatakan...

Rosyid.....betapa do'a kita semua untukmu....terimakasih kau tinggalkan hatimu disini aku menangis menerima hati yang kau beri...aku mampu menerjemahkan kepedihan dan sakitmu.... Smoga Allah selalu melindungimu...kau hamba yang dicintaiNya sepanjang masa....

16 September 2009 pukul 12.14  
Anonymous Anonim mengatakan...

Semoga engkau tabah mba Ida dan dapat pengganti yang lebih baik.
Yang pergi menjadi tabungan di akhirat.(Novi)

19 September 2009 pukul 15.15  
Blogger Keluarga Makmun mengatakan...

mba Ida, aku turut sedih baca tulisan mba....... oya, kalau boleh tau mba Ida tinggal dimana? ceritanya dulu aku konsul lo.................

25 September 2009 pukul 12.44  
Anonymous Anonim mengatakan...

Titien Trims banyak ya....sekarang saya tinggal di Berkoh Indah C2 no 166 Purwokerto....dekat dengan RSMS Margono suami kerja di Margono....Titien sendiri dimana?...kalau konsul berarti nggak jauh ya dengan Banyumas....mampirlah...Ida Muna

28 September 2009 pukul 22.00  
Anonymous Anonim mengatakan...

Trimakasih Novi do'a tulusmu.....Oce or Rosyid teman diluar angera yang sempat kuberi alamat angera tuk tahu bahwa akupun pernah kehilangan seseorang....Ida muna

28 September 2009 pukul 22.22  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda