Senin, Februari 22, 2010

Ibu2 Pembawa Hoki

Ibu-ibu ini habis nyanyi lagu menunggu, karena kelamaan menunggu Ramli yang super sibbuk. Untung nyantai di lobi hotel yang nyaman. Padahal sih setiap lihat jam, risaunya hati tak tertahakan. Datanglah....kedatanganmu (Ramli) ku tunggu...teriak Dewi tapi berbisik.

Lagi reuni kecil sama Dwi Dara dan Ria, tepatnya sedang menikmati masakan Dwi Dara, tiba-tiba Lily nelpon Ria. Kesempatan itu sekaligus memberitahukan ke Lily kalau kami lagi ngumpul. Lily langsung ngasitahu tentang keberadaan Ramli di jakarta. Langsung aja kami hubungi, ternyata Ramli setuju ngumpul malah mau bawa kami ke puncak sampai pagi. Weleh..siapa yang sanggup nolak???
Dari rumah Dewi kami menuju rumah Mpo Ipi di Blok A. Tak lupa kami juga bersilatrahmi dengan Kak Wati dan ibunda yang masih kelihatan cantik. Karena saya belum pamit dengan teman2 sekamar, akhirnya kami sepakat menunggu jemputan Ramli yang katanya lagi rapat di hotel tempatku menginap di kawasan Mangga Dua. Nunggunya terasa la...ma. Padahal sudah tahu kalau Ramli selesai rapatnya jam sembilan. Sempat juga berpikiran jangan-jangan Ramli ga jadi ngajak jalan-jalan malam nih. Lagi menunggu Ramli, kami juga mencoba hubungi pria tampan lainnya, Fauny Hidayat. Sayang disayang, beberapa kali menelpon, sang pangeran tak juga menjawab. Ya...sudahlah, mungkin Fauny sedang sibuk. Tapi sekitar jam sepuluhan malam akhirnya pria tampan yang ditunggu-tunggu datang juga. Rasanya plong banget. Hebat Ramli, jadwal yang begitu padatnya dari pagi sampe malam, masih sempat-sempatnya bertemu dengan kami. Bahkan sedang di dalam mobil mencari tempat makan seafood pun Ramli masih menjalankan profesinya sebagai konsultan politik. Ck, ck,ck....bener-bener deh. Dua jempol untuk Ramli.
Akhirnya kami menemukan juga tempat makan seafood sekitar mangga dua. Semua dipesan, kepiting, udang, cumi, cah kangkung, ikan bakar, jus..hm...yummi deh. Saya lupa nama tempatnya. Yang penting kampung tengah sudah terpenuhi dan siap JJM (jalan jalan malam). Karena sudah malam, nggak mungkin kan harus ke puncak. Akhirnya kami memutuskan ke pantai saja. Kebetulan jarak Ancol cukup dekat.
Di sinilah kami ngalor ngidul sampai jam dua pagi. Tentunya tak lupa kisah-kisah lama di pabelan menjadi perbincangan menarik. terutama tentang kisah cinta. Kok masalah cinta ini ga bosan-bosan ya diceritain? Begitu juga Ria yang juga curhat dan Ramli bertindak sebagai konsultan asmaranya. ''So, profesi saya itu macam-macam. Bisa konsultan politik, advokat juga konsultan asmara,'' aku Ramli. Ya deh, kapan-kapan kita ketemu lagi ya...Pak Ramli. Jangan kapok deh, mudah-mudahan rezekinya lancar. Ngomong2 soal rezeki, Ramli mengakui dapat HOKI yang jumlahnya miliaran gitu, setelah menyetujui ajakan kami. Tuh kan?? Nggak rugi deh bawa jalan-jalan pembawa rezeki. Bagi teman-teman lainnya kalau suatu waktu kita bertemu lagi jangan sampai menolak ajakan kami deh...kalau mau ketiban rezeki nomplok. Ini serius!!!! hik123456X/n

Label:

Jumat, Februari 19, 2010

TK Mbak Asmah Perlu Bantuan














Mbak Asmah (angkt.77 pernah jadi
pendamping kita), adalah pemimpin
sebuah TK Islam "Asyifa"
di Bargas Kidul Kabupaten Semarang.
Dengan segudang idealismenya untuk
mendirikan TK Islam yang berkualitas
tapi menjangkau semua kelas sosial.
Mbak Asmah dan kawan2 berhasil
merealisasikan obsesi mulia tersebut dan
sudah berjalan sekitar puluhan tahun.
Kini sekolah TK yang sederhana itu terus berbenah, menyembangkan diri dengan
pembangunan sarana-prasarana baik fisik maupun non fisik. Dalam rangka pengembangan fisik sekolah tersebut, mbak Asmah mengetuk pintu hati para alumni, memohon doa, bantuan dan dukungan baik secara material ataupun non material. Bantuan secara finansial bisa diinfokan ke angera (fatrawati: 085727190867) atau langsung ke mbak Asmah (081398008052)
atau ke: BRI Unit Babadan no.rek. 6088-01-011054-53-3, an. St.Asmah.
Sementara ini sudah terhimpun bantuan suka rela melalui pertemuan Ikpp di Yogya
dan akan di up date bulan depan, dengan daftar sementara berikut ini:
Daftar Penyumbang TK “ASSYIFA” Bargas Kidul Kab. Semarang. /f.

NO

NAMA

BESAR SUMBANGAN

Rp

KET. / Tgl.

1

Nurcholish SH

10.000

24/1/10

2

Woro Sukesti

20.000

24/1/10

3

Siti Syamsiyatun & Arif Prajoko

100.000

24/1/10

4

Tituk Romdonah

10.000

24/1/10

5

Jamaluddin

20.000

24/1/10

6

Suwangsih Kadarwati

10.000

24/1/10

7

Abdurrohim

20.000

24/1/10

8

“M”

500.000

27/1/10

17

Fatrawati

50.000

28/1/10

18





Jumlah sementara

740.000



Label:

Mbak Ikah dan Pak Kyai Abdurrohim




























Mbak Ikah / Farikhah (alumni angkt. 73) dan Pak Abdurrohim (alumni angkt. 72)
adalah pasangan alumni Pabelan yang selalu penuh mawaddah, sederhana
dan ramah. Pak Abdurrohim yang biasa dipanggil "Pak Kyai" memimpin
sebuah Pondok Pesantren di Yogya dan mbak Ikah adalah salah satu pengajarnya.
Mereka dikaruniai beberapa putra-putri. Ada yang sudah kuliah, ada pula yang masih
di sekolah menengah. Rumah mereka yang sejuk, bersih dan tenang (di wilayah
Purwomartani, Sleman, Yogya), membuat para alumni IKPP Yk betah berlama-
lama bersantai rehat. Pada pertemuan (24/1/10) itu nampak hadir Pak Suryanto
dan isteri, mbak Nurhayati (angkt.75, isteri ustadz Amin Abdullah),
mbak Syafa' (Syafa'atun Al-Mirzanah, ustadzah kita angkt 75), mbak Hidayati
(ustadzah kita, tante Hasnin Rahmawati), Wawang (Suwangsih Kadarwati/ Era),
mbak Tituk (pendamping kita), mbak Syamsiyatun (pendamping dan ustadzah kita),
Pak Basroni, Abdur Rosyid, mbak Nanik Hayati, mbak Woro Sukesti (pendamping kita)
dan anggota Ikpp Yk lain yang selalu setia hadir dan tak mungkin disebutkan satu persatu.
Terima kasih mbak Ikah dan Pak Abdurrohim atas semuanya
(perjamuan, keramahan dan ketulusannya). /f.

Label:

Kamis, Februari 18, 2010

Berkat nama ''Moenada''




Baru saja rasanya ketemu dengan teman-teman yang ''hilang'' di Palembang dan Jakarta, kini saya dikejutkan lagi dengan temuan baru, teman-teman yang secara geografis cukup dekat, sama-sama di Sumatera, tapi baru saja bertemu walau hanya lewat hp. Ceritanya berawal dari Meimun yang sudah 3 semester ini kuliah S3 di Padang. Suatu waktu Kak Busrowi (angkatan?) yang berasal dari Lampung melihat daftar nama mahasiswa S3 tersebut. Tampaklah sebuah nama Meimunah Moenada. Yang membuat tertarik Kak Busrowi ini bukan nama Meimunahnya, tetapi nama Moenadanya. Kalau nama Meimunah banyak pikir Kak Busrowi, tetapi kalau Meimunah Moenada ini yang langka. Maka teringatlah Sama Kak Busrowi Meimun pabelan binti Moenada. Dibawa rasa penasaran, Kak Busrowi mencoba menelusuri si pemilik nama. Maka berjanjilah kedua alumni ini di perpustakaan. Setelah melihat wajah masing-masing, senyum terkembang dari keduanya. Tidak salah lagi. Memang keluarga besar Pabelan. Info dari Meimun disebutlah nama saya dan Kak Odi beserta nomor HP kami. Entah langsung atau tidak, Kak Busrowi nelpon saya. Saya masih lupa dengan Kak Busrowi ini. Mungkin melihat wajahnya saya baru ingat. Makanya saya minta ke Meimun kalau ketemu lagi diambil fotonya Kak Busrowi, biar bisa kita masukkan ke blog. Dalam kesempatan itu juga Kak Bus memberi nomer Hp Hanifah Ikhwati dan Sofyan. Mungkin teman-teman atau yang membaca berita ini ada yang tahu dengan rekan-rekan yang saya sebutkan ini. Kesibukan Kak Busrowi sekarang dosen di IAIN Imam Bonjol Padang. Anak sudah tiga. Nomer HP 085263326959. Hanifah Ikhwati guru Bahasa Inggris di sebuah SMP di Kota Padang. Anak sepasang. Yang besar perempuan kelas 3 SD dan yang kecil laki-laki umur 4,5 tahun. Nomor HP 081267865234.Sedangkan Sofyan guru di SMA I Lubuk Landai Muaro Bungo, Jambi. Memiliki tiga orang anak. Paling besar kelas IV SD dan paling kecil 11 bulan./n

Label:

Senin, Februari 15, 2010

SEPENGGAL CERITA DARI PALEMBANG



Sumringah hatiku saat roda pesawat Garuda Indonesia dengan nomer penerbangan GA-114 menapak mulus di landasan pacu Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, tepat pukul 12.05 siang. hari Rabu, 10 Februari 2010.

Mentari memancarkan sinar cerahnya, kian menegaskan keindahan desain interior dan padu-padan warna gedung bandara yang kini jauh berbeda dengan bangunan lama yang dulu juga pernah menyambut kedatanganku di Palembang, sekitar awal April 2005.

Kedatangan pertamaku di Bumi Sriwijaya untuk mengikuti seminar tentang potensi industri agribisnis Sumatera Selatan, bersama Menteri Pertanian saat itu Anton Apriantono. Dan yang kedua kali ini aku mengcover peresmian Kampoeng BNI tenun songket.

Peresmian perkampungan pengrajin tenun songket di Desa Muara Panimbun, Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir (sekitar 35 km dari Palembang) dilakukan oleh Menko Perekonomian Hatta Rajasa dan Menkop UKM Syarif Hasan.

Kedatangan dua menteri secara bersamaan bukan sesuatu yang baru bagi Palembang. Beberapa hari sebelumnya Presiden SBY diiringi banyak menteri juga ke sana, dalam acara Hari Pers Nasional. Tidak ketinggalan kakanda kita Nurizah Johan yang sambil berburu Iqbal.

Kini Palembang memang berbeda jauh dengan lima tahun lalu. Denyut nadi perekonomian terasa makin bergairah, seiring dengan pesatnya pembangunan infrastruktur kota, termasuk moda transportasi massa busway TransMusi yang rencana dioperasikan mulai 18 Februari 2010.

Pilihan tempat berbelanja juga cukup banyak, walaupun belum ada minimarket Alfamart dan Indomaret, tetapi hypermarket Carrefour dan beberapa pusat perbelanjaan siap memanjakan gairah belanja warga setempat dengan aneka pilihan produk dan tawaran harga istimewa.

Aku menginap di hotel Novotel. Di kamar 1025 aku menyambut kedatangan dua saudara Pabelan kita, Fajri (081388379644) dan M. Wimpi Sugande (081273265781) yang datang sekitar pukul 21.30an. Kebetulan rumahnya hanya berjarak sekitar 15 menit dengan sepeda motor.

Kami asyik ngobrol panjang lebar soal apa saja. Mulai dari suasana Pabelan (sambil melihat koleksi foto-foto suasana Pabelan di notebook), saat tinggal di Cirendeu yang kini luluh lantak diterjang air bah dari danau Situgintung hingga kampus UIN Ciputat dan kota Pelembang.

Perkembangan kota Palembang cukup menarik untuk disimak. Berawal dari saat persiapan menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional XVI pada 2007 terus berkembang pesat dan diperkirakan semakin maju lagi setelah menuaikan tuga berikutnya menjadi tuan rumah Sea Games pada 2011.

Kami bertiga asyik ngobrol di sofa kamar sambil ditemani gemericik air hujan yang cukup deras, jus apel, kacang dan kue wafer rasa stroeberi. Tidak terasa jam menunjuk angka 24.00 WIB ketika hujan mereda. Fajri dan Wimpi pamitan pulang sambil keduanya berpesan kalau datang lagi, jangan hanya dua hari, agar bisa ketemu saudara-saudara Pabelan yang lain.

Sejak sore hari Palembang diguyur hujan lebat. Suatu kondisi yang sempat membikin kami, yaitu aku dan tujuh wartawan asal Jakarta, tidak bisa leluasa menikmati keindahan kota pempek yang memiliki jembatan Ampera.

Padahal banyak orang bilang, belum ke Palembang kalau belum sampai di jembatan Ampera. Tapi sudahlah, dari kejauhan tidak apa-apa. Maka kami memaksakan berhujan-hujan ria ke restoran River Side.

Tentu saja kami tidak kebasahan, karena diantarkan pihak BNI dengan dua mobil Inova yang jalan beriringan. Kemudian sejumlah petugas dari restoran di pinggir sunga Musi itu berhamburan menyambut kami datang dengan membawa payung.

Sambil memandangi sungai yang lebar menyerupai laut dengan latar belakang jembatan Ampera yang dihiasi lampu hias beraneka warna. Pancaran cahayanya menerpa air sungai yang dimain-mainkan riak ombak saat kapal dan perahu motor melintas.

Kami menikmati masakan serba ikan air tawar dan ikan laut ditemani menu spesial bebek saus tujuh rasa. Sungguh sangat mengesankan, seperti juga saat menyaksikan hasil kerajinan tenun songket karya penduduk Desa Muara Panimbun.

Kesan indah yang menyumringahkan hati belum juga pudar, ketika tercium aroma pempek dan kerupuk khas Palembang. Aroma berasal dari kardus kecil yang kujinjing sambil menyusuri garbarata dari pintu Garuda GA-121 ke selasar Bandar Soekarno-Hatta Jakarta. nuruddin

Minggu, Februari 14, 2010

Bertemu Ria, Dwi Dara Dewi (D3), Kak Wati dan Piah



Kak Wati, Ria, Dwi Dara Dewi dan Piah berfoto ria di rumah ibunda Piah kawasan Blok A usai sholat ashar. Lihat aja tuh Piah masih make mukena.

Sebelum pulang ke Pekanbaru Riau, saya dan rombongan IKWI nginap semalam di Jakarta. Karena tujuan ibu-ibu IKWI untuk belanja, kami mencari tempat nginap di dekat Mangga 2, tepatnya di Hotel Le Grandeur yang lokasinya persis disebelah Mangga 2. Saya dan rombongan nyampe di hotel sekitar jam 10-an. Sedangkan check-in nya jam duaan. Dari pada bengong nunggu checkin, saya langsung cabut mau nemuin Ria di Citayam. Berdasarkan petunjuk Ria untuk mencapai ke tempat dia cukup mudah. Dari Stasiun Kota jurusan Bogor, kemudian berhenti di Citayam. Di stasiun Citayam, Ria sudah nungguin. Saya ikuti saja petunjuk Ria karena saya belum pernah ketemu Ria semenjak tamat Pabelan.Ternyata benar, di stasiun Ria ndut yang manglingi (bertambah cantik) sudah standby. Setelah kangen-kangenan, tancap gas ke rumah Ria yang tak jauh dari stasiun. Tadinya saya mau ngajak Ria lagsung ke rumah Piah. Karena Kak Odi nitip makanan khas Palembang bagi kawan2 Jakarta yang saya temui. Karena itu saya harus ketemu juga dengan yang lainnya. Ingatan saya ke Piah bersaudara. Soalnya Yuni pas hari kedatangan saya mau berangkat ke Singapur. Nggak taunya Ria memberi kabar yang cukup menggembirakan, mau mengajak saya ke rumah Dwi Dara Dewi. Wah...surprise banget!!!. Selama ini jejak Dwi Dara seperti di telan bumi. Apalagi katanya Dwi Dara sedang masak untuk makan siang kami. Hm...terpaksa nahan laper biar masakan Dwi diabisin. he.. Setelah istirahat sebentar di rumah Ria yang adem, dikelilingi tumbuhan hijau seperti sawah, pohon rambutan, jambu, dengan mio saya diboncengi Ria mencari alamat Dwi Dara di kawasan Pondok Labu. Setelah tanya sana tanya sini, akhirnya ketemu juga. Reunian kecil deh di rumah Dwi Dara sambil bercerita bla, bla, bla. Maklumlah D3 (Dwi Dara Dewi) ini masih seperti dulu. ceritanya mengalir terus seperti derasnya air. Bukannya bikin bete tapi malah bikin terpingkal. Cerita D3, Ria, sangat asyik dan lucu. setelah puas bercengkrama, kami sepakat ke rumah Piah. Wah...kalau saya tahu akhirnya jadi juga ke tempat Piah, pasti saya sisihkan juga oleh2 saya dan Kak Odi. Maafkan saya ya Kak Odi...pesan Kak Odi hanya mangkal di Ria dan D3, he... Juga untuk Piah, maaf banget..(bersambung)

Label:

Jumat, Februari 12, 2010

Bertemu Odi Palembang

PT Pupuk Sriwijaya tempat kerjanya Iqbal diambil dari perahu motor yang melewati pabrik pupuk terbesar ini saat rombongan Musi Tour menuju Pulau Kumaro.



Ikutnya saya dalam Event Porwanas di Palembang sangat membahagiakan hati. Selain bisa meramaikan acara, tentunya saya bisa memburu alumni pabelan yang ada di Palembang. Yang paling diburu pertama Khodijah yang akrab disapa Kak Odi. Dan yang tak kalah pentingnya adalah Iqbal. Selain satu angkatan, Iqbal merupakan sosok yang paling dirindukan teman saya dari semarang. Rindu teman saya ini adalah ingin melihat bagaimana Iqbal sekarang. Kalau soal komunikasi, jangan tanya deh. Diantara mereka sudah lama saling ber say hello. Padahal bukan temen saya saja lho yang ingin tahu, saya sendiri juga. Dan saya yakin, yang pernah mengenal Iqbal, pasti juga ingin tahu bagaimana Iqbal sekarang. Dari Pekanbaru saya sudah meng SMS Iqbal kalau saya akan ke Palembang dan ingin sekali bertemu dengan dirinya. Iqbal sangat menyambut positif ajakan meeting ini (asal jangan di belakang bagas atau di komplek bupati, wkwkwk). Begitu pula ketika saya sudah menginjakkan kaki di Palembang. Cuma saja meeting kami ini harus disesuaikan dengan waktunya yang kerja per shift. Kadang siang kadang malam. Pas dapet shift siang,Iqbal mau bertemu di rumah Kak Odi sore jam limaan setelah dia pulang kerja. Kebetulan hari terakhir saya di Palembang karena besoknya terbang ke Jakarta. Sayang di sayang, Iqbal yang dirindukan tak juga nongol. Mungkin karena Palembang diguyur hujan sepanjang sore sampai malam. Ya, mungkin belum ada jodoh. Walaupun begitu, saya masih bisa mengabadikan tempat kerja Iqbal PT Pusri (Pupuk Sriwijaya) dari Sungai Musi. Oh Iqbal, walau hanya melihat kantormu dari kejauhan sudah membuat hati ini lega (ini yang sedang rindu siapa sebenarnya??he...).
Selain Kak Odi dan Iqbal, di Palembang juga ada Rowani yang sekarang sudah jadi ustad. Pas dikontak, katanya sedang ceramah di luar kota. Dia juga menyayangkan ngga bisa ketemu. Sementara Sidik Berlian, Damhuri tidak diketahui keberadaannya.
Cerita tentang Kak Odi dan aktivitasnya nanti saya tulis tersendiri. Karena saya juga dibekali foto keluarga oleh kak odi untuk pecinta angera semuanya terutama teman-teman yang mengenal kak Odi. Tak lupa Kak Odi menyampaikan salam rindunya buat semua teman-teman./n

Label:

Selasa, Februari 02, 2010

siapakah mereka???



Latar belakang foto abg 80-an ini berbeda-beda. Yang paling alami di bawah pohon (siapa ya? Indra??) dan di kolam kunci (Kristianti margarini?). Kalau Baroroh dan adik kelas angera berbaju biru (?) dan Mamah sudah jelas di studio kebanggaan santri Pemuda Muntilan. Tapi kok ya Mamah bisa-bisanya berfoto ria di pohon natal si??? Apa waktu itu dia berfoto pas natal ya. He...




Indah sekali kolam kunci ini dimasa lalu. Tempat nongkrongnya santri putri sambil melihat-lihat ikan warna warni berenang dan berebutan kalau santri pas nyuci piring yang masih ada sisa-sisa nasinya. Sekarang....kolam kunci tinggal kenangan...







Ini dia yang namanya Baroroh asal Lamongan. Santriwati yang terkenal kuat hafalannya. Apalagi kalau sedang menghafal, temen2 yang berada disampingnya bisa-bisa ikut hafal juga karena suara Baroroh yang merdu merasuk ke dalam kalbu..

Label: