Selasa, Februari 02, 2010

siapakah mereka???



Latar belakang foto abg 80-an ini berbeda-beda. Yang paling alami di bawah pohon (siapa ya? Indra??) dan di kolam kunci (Kristianti margarini?). Kalau Baroroh dan adik kelas angera berbaju biru (?) dan Mamah sudah jelas di studio kebanggaan santri Pemuda Muntilan. Tapi kok ya Mamah bisa-bisanya berfoto ria di pohon natal si??? Apa waktu itu dia berfoto pas natal ya. He...




Indah sekali kolam kunci ini dimasa lalu. Tempat nongkrongnya santri putri sambil melihat-lihat ikan warna warni berenang dan berebutan kalau santri pas nyuci piring yang masih ada sisa-sisa nasinya. Sekarang....kolam kunci tinggal kenangan...







Ini dia yang namanya Baroroh asal Lamongan. Santriwati yang terkenal kuat hafalannya. Apalagi kalau sedang menghafal, temen2 yang berada disampingnya bisa-bisa ikut hafal juga karena suara Baroroh yang merdu merasuk ke dalam kalbu..

Label:

18 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

di wajahmu ada kesederhanaan
juga keihlasan
jauh dari sikap congkak
jauh dari polesan bedak gincu menipu
di wajahmu ada perjuangan
melangkah pasti ke depan
karena ketakpastian hidup bukan bencana
kesusahan hayat bukan kiamat
di wajahmu nilai-nilai luhur Pak Hamam
terus mengalir mencari alirannya
sendiri-sendiri lalu menyatu kembali
semoga seperti itulah jiwa alumni

by masdar, asli wong wonosobo

2 Februari 2010 pukul 23.40  
Anonymous Anonim mengatakan...

Bagaimana dgn Wajah Mu Kang Masdar? takutkah Engkau dengan kami2 PeCinta & PeNikmat Angera yg selalu menunggu keHadiran Wajah Mu..ditunggu lho !

3 Februari 2010 pukul 08.03  
Anonymous Anonim mengatakan...

photo jadul ini telah bercerita banyak tentang masa lalu...tentang kanting, kolam dll. semuanya tak cukup sajak untuk mengungkap

by darmas asli wong purwokerto

3 Februari 2010 pukul 13.40  
Anonymous Anonim mengatakan...

MEMANG BENAR APA YANG DISAMPAIKAN KANG DARMAS, bahwa kata-kata (baik lisan atau tertulis dalam bentuk sajak, puisi, berita, karya akademik, dll) tidak bisa menggambarkan kenyataan dan fakta apa adanya. Dalam hal itu saya sepakat 1000% (bukan hanya 100%) dengan Kang Darmas. Kata-kata sebagai upaya untuk mengungkap dan mengabarkan fakta, di satu sisi, dan kebenaran fakta apa adanya, di sisi lain, seringkali tidak berhubungan secara simetris (sama dan sebangun).

Agar penjelasan di atas tidak berputar-putar, izinkan saya memberikan contoh. Kata manis, misalnya, tidak bisa menggambarkan perbedaan fakta dari rasa manis gula, pepaya, durian, rambutan, dll. Kita menyebut pepeya yang enak rasanya manis, durian yang enak rasanya manis, rambutan yang enak rasanya manis. Pertanyaannya adalah apakah rasa manis buah-buahan tersebut sama dengan rasa manis gula? Jawabannya pasti tidak sama, Kalau rasa manis semua benda tersebut tidak sama, mengapa kita menggunakan satu kata yang sama, yakni kata manis?

Selain penjelasan di atas, fakta dan kata-kata juga tidak berhubungan secara simetris, karena penutur kata-kata (pujangga, penyair, wartawan, sejarawan, tokoh agama, politisi, guru, pedagang, petani, dll) punya sudut pandang berbeda dalam melihat fakta. Misalnya, fakta tentang peristiwa pada 30 September 1965. Ada yang mengatakan bahwa peristiwa tersebut dilakukan oleh PKI, ada yang mengatakan bahwa peristiwa tersebut dilakukan oleh sebagian perwira Angkatan Darat, ada yang mengatakan bahwa peristiwa tersebut dilakukan dinas intelejen Amerika (CIA). Faktanya adalah terjadinya peristiwa 30 September 1965, tetapi karena perbedaan sudut pandang dan siapa yang memandang, maka penjelasan yang disampaikan berbeda-beda. Lalu mana yang paling benar dari semua penjelasan yang ada? Apakah semua penjelasan yang ada tidak ada yang benar?

Inti dari apa yang ingin saya sampaikan adalah "apa yang dikabarkan tidaklah sama dengan apa yang terjadi sebenarnya". Dalam hal ini saya teringat pelajaran mahfudlot di Pabelan dulu, saat saya nyempat nyantri satu tahun di dalamnya. Bunyi mahfudlot tersebut adalah "laysa al-khabaru ka al-mu'ayanah".

Jika kita sepakat dengan bunyi mahfudlot tersebut, menurut saya, tidak hanya kata-kata yang tidak mampu menggambarkan fakta apa adanya, tetapi gambar atau photo juga tidak bisa menuturkan fakta apa adanya. Gambar seorang laki-laki yang berteria-teriak misalnya, lalu kita menyebutnya sebagai laki-laki pemarah. Apakah benar ia pemarah dan tidak bisa berlaku lemah lembut? Belum tentu! Bisa jadi saat photo tersebut diambil gambarnya, ia sedang latihan sandiwara yang memerankan seorang laki-laki pemarah.

Begitulah penjelasan yang bisa saya sampaikan. Terima kasih banyak. Mohon maaf jika ada tutur kata dan pilihan kalimat yang kurang berkenan dan tidak sopan. salam kangen dan love u full dari masdar, asli wong wonosobo.

3 Februari 2010 pukul 16.44  
Anonymous Anonim mengatakan...

Untuk kang Masdar salam kangen dan love u full juga.
dari DARMAS WONG PURWOKERTO

4 Februari 2010 pukul 11.38  
Anonymous Anonim mengatakan...

Membaca tulisan Masdar Wong Wonosobo....swear saya gak ngerti arah kata-katanya mau kemana? Ibarat naik sepeda muter-muter terus tapi kagak nyampe-nyampe. Piye to Mas? Ha ha ha ha ha.....

4 Februari 2010 pukul 15.58  
Anonymous Anonim mengatakan...

Yang berbaju biru di foto jadul itu kalau gak salah; ATIEK wong Condongcatur Jogja, saudaranya mbak Nunung alias Nur hidayati.
I miss U full Atik & mbak Nunung.
Wassalam: Ida S

7 Februari 2010 pukul 10.11  
Anonymous Anonim mengatakan...

Penjelasan Kang Masdar persis seperti jalan Salaman- Wonosobo lewat pasar Sepuran, wah... menggak- menggok, munggah- medun, bikin sport jantung. Bagi para adventurir, sungguh perjalanan yang sangat mengasyikkan, tapi bagi yang suka lewat jalan tol, wahhh... cape' dech.
Lanjutkan kang...! Man saaro 'alatdarbi washola...

7 Februari 2010 pukul 12.58  
Anonymous Anonim mengatakan...

baju biru..............????
kalo gak salah IMAWATI konsul BANJAR MASIN................angkatanx angera............


ooOOMYSOOoo

9 Februari 2010 pukul 16.33  
Anonymous Anonim mengatakan...

Kawan-kawan permirsa Angera yang budiman,
Ada teman kita, Arfansyah (asal jogja)angkatan masuk Pabelan 1997 (sampai kelas III) ingin silaturahim dengan teman-teman di Jogya, wabil khusus Mas Fauzan (quro ya di Pabelan dulu jago qori')dia minta diusahakan no telpnya.
Telp Arfansyah 081514323497.
Oh ya aku sendiri besok pagi ke Ogam Ilir Sumsel, ikut acara BNI yang dihadiri Hatta Rajasa dan Marie Elka Pangestu. Siapa teman-teman kita di sana. Kabarin aku, siapa tahu bisa jumpa dalam perjalanan dua hariku. Thanks nurudin

9 Februari 2010 pukul 21.33  
Anonymous Anonim mengatakan...

Arfansyah minta bantuan anda semua

9 Februari 2010 pukul 21.33  
Anonymous Anonim mengatakan...

yang Q punya palembang......

@ kak Ody : 08127313077
@ sudiran : 081377961250
@ iqbal : 08153560414
@ emil : 081377543543

sementara baru itu........

ooOOMYSOOoo

10 Februari 2010 pukul 11.43  
Anonymous Anonim mengatakan...

Itu ibu Kaji kalo diminta informasi alumni Pabelan asal Palembang, faseh buanget.....ibarat mesin langsung jossss !!! Maklum ada kisah kasih lusuh dan gak bakalan hilang walo waktu terus membasuh. >ZMF

10 Februari 2010 pukul 13.57  
Anonymous Anonim mengatakan...

maman fauzi................

lama Qt gak perang ya man....????hik
dasar ndut....makannya banyak...
ngoroknya banter kaya suara sepur...
diet uey....jaga kesehatan...!!!
awas ya kalo aQ denger kamyu sakit...gak bakal Q tengok...!!!
kwkwkwkwkwk............


ooOOMYSOOoo

11 Februari 2010 pukul 10.15  
Anonymous Anonim mengatakan...

maman fauzi................

lama Qt gak perang ya man....????hik
dasar ndut....makannya banyak...
ngoroknya banter kaya suara sepur...
diet uey....jaga kesehatan...!!!
awas ya kalo aQ denger kamyu sakit...gak bakal Q tengok...!!!
kwkwkwkwkwk............


ooOOMYSOOoo

11 Februari 2010 pukul 10.15  
Anonymous Anonim mengatakan...

kak nurudin ke palembang ya...sayang ya ngga ketemu. Padahal aku tanggal 10 masih di palembang dan pada hari yang sama ke jakarta. Untuk Kak Nurudin, hubungi saja kak ody./n

12 Februari 2010 pukul 17.29  
Anonymous Anonim mengatakan...

Wah, itu Imma kalimantan, kamar bougenville, aku inget betul dia dikirim rambutan Ache merah besar ranum dan karena nggak sekamar, jadi nggak kebagian. Pada jaman itu rambutan dari kampungku masih barang mewah, hanya bisa dioleh-olehin dari semarang. Nelongso ya. Hai Ima, apa kabar? dimana dikau kini? hayyo pendekar alumni Kalimntan galuh fatra biasanya canggih melacak. Ada icham, Rina, pada kemana ya?/yun

14 Februari 2010 pukul 15.56  
Anonymous Anonim mengatakan...

Sampe saat ini, Ima blm terlacak. Mdh2n besok2.. Kalo Icam kayaknya ada di fb. Foto zaman dulu mmg lucu2. (fatra)

17 Februari 2010 pukul 15.35  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda