Idul Adha Banjir Air Mata
Idul Adha di pondok???? Ada yang ingat ga gimana kita dulu para santri menyambut Hari Raya Kurban itu. Seingatku, kita dulu menyambutnya dengan takbir keliling sambil nyalakan obor. Memang sih ngga setiap tahun seperti itu. Tapi yang jelas pasti takbiran dong...Nah..yang ku ingat banget setiap takbiran ini. Irama syahdu takbiran membuat rindu melayang-layang ke kampung halaman, mengingat keluarga tercinta. Membayangkan wajah mereka satu-satu, mulai dari bapak ibu, adik-adik sampai ke keluarga dekat lainnya. Tak terasa sewaktu melafazkan kalimat takbir tercekat di kerongkongan, hidung jadi meler, dan...hu..hu...air mata pun berlinang. Sayangnya tak bisa menangis lepas. Bisanya ditahan. Idih... malu juga kalau ketahuan lagi mewek. Huk..huk...
Yang paling ku ingat saat itu aku menyepi di kolam kunci. Kebetulan kolam kunci dikeringkan. Jadinya, Kolam kunci bagaikan taman indah yang memang indah. Aku duduk di dekat tempat pilus yang biasa bermain. Oya pilus/bulus? (bener ga ya itu namanya?) --binatang air yang mirip ular atau belut. Ukurannya cukup besar, kalau ga salah ada dua ekor saat itu. Keberadaan binatang itu membuat kolam kunci bertambah eksotis apalagi bisa bersahabat dengan puluhan ikan mas yang berwarna warni, yang selalu ngumpul saat kita cuci tangan atau piring di peralon. Sambil mejeng alias nampang tentunya, he...Aku yakin teman-teman pasti ingat juga kondisi kolam kunci yang sangat menawan itu. Sayang ya...sekarang rata, hilang sudah tempat bersejarah kita dulu. Huk..huk..lagi deh..
Tapi kenapa ya..Idul Adha yang identik dengan kurban dan makan daging kita ga pernah merasakannya saat itu?? Kita malah makan ikan yang ditangkap dari kolam tengah. Rasanya ikan itu..hm..luar biasa. Tapi alhamdulillah...beberapa hari setelah itu, pak Badrun datang bawa paket yang isinya...ternyata...rendang daging kurban. Akhirnya..bisa juga menikmati manisnya daging kurban yang disembilh dengan melafazkan kalimat takbir. Hm..yummi!!!! (nuri)