Selasa, November 10, 2009

Mengenang saat-saat terakhir Warni

Ini hanya sepenggal memori bersama Warni saat-saat terakhir-nya di Jakarta. Saat pertemuan IKPP kemarin, Meli menyarankan kami-kami untuk segera menengok. Kata Meli: ini tinggal menghitung hari, cepat datang. Aku nggak pernah nangis melihat orang sakit. Tapi kemarin aku bener-bener nggak tega melihat Warni sudah tidak bisa berbaring, harus duduk dan ditumpu bambu punggungnya dan bantal depannya untuk mengurangi sakitnya. Waktu aku datang, dia menangis dan menyebut aku dan tertunduk lagi. Sudah cepat kesana sekarang-sekarang ini". Kami tergetar dg dorongan Meli, akhirnya beberapa dari Angera pingin datang tapi lagi menghitung waktu dan baru realistis 2 minggu lagi untuk menengok Warni ke Banjarmasin. Tapi rupanya pagi tadi sudah ada kabar lain. Ini cerita-cerita mengenang Warni agar kenangannya tetap hidup bersama kami para sahabat-sahabatnya.

Tiba-tiba Warni manggil: "Yun, sini temenin masuk, biar aku nggak sendiri, bisa ngobrol-ngobrol sama mami (therapistnya)". Dalam proses therapy ini, kalau mbak ikun sibuk, dia mendelegasikan ke Titik adiknya yang selalu setia seminggu 3 kali menemani berobat. Sesekali kalau senggang, saya pernah antar atau mampir untuk mengobrol dg warni diantara deretan sahabat-sahabat dia yg lain. Sambil ditherapy (medical herbs di Jakarta), ngobrol banyak dg Therapist-nya, mama Ross dari Papua. Dari obrolan ini beliau cerita, bahwa beliau doktor dari Harvard ahli herbal khususnya tumbuhan dari Papua. Mama ini pernah mengidap kangker payudara stadium terminal juga, tetapi semangat hidupnya luar biasa, sehingga bersikukuh melawan kangkernya dan bisa sembuh total. Saat didalam menemaninya, berkali-kali dia tanya ke therapist: "mama, saya bisa sembuh kan?". Mama bilang, "kamu kesini saat sudah parah sekali, ini ibarat bengkel, mama harus benerin mobil yg sudah rusak, mogok. Jadi memang harus diserahkan sama yang diatas, tapi kita tetap harus semangat sembuh". lalu warni agak marah: "ma, masak mama nggak semangat, kalau mama nggak semangat, gimana saya semangat. Ayo dong ma, yakin saya sembuh, saya jadi juga semangat sembuh". Lalu mama bilang, oke, kita sama-sama semangat ya (6 bulan lalu). Ini pengobatan intensif kedua setelah di Sukabumi. Kekuatan keluarga dan sahabat membuat Warni bersemangat sekali pulih.

Ini makanan yang dikonsumsi, tawar rasa, selalu makan sayur buah dan betul-betul cuma tawar dikukus. Kadang kalau kita nengok, sering kita ledek, "war, makanya sembuh, nih enak kan rendang, mie goreng, somai, dll". Dia paling suka kalau dianggap seperti orang normal, yang sembuh, diledek, diajak bercanda. Tiap mau pulang, sering dia pesan, cepet kesini lagi ya. Sahabat-sahabat sekelasnya dan sekost-nya di Ciputat juga sering menemani hilir mudik di rumah mbak Ikun yang ikhlas mensuport luar biasa saat Warni tengah menjalani therapi.

Saat bu RT Nuri datang, walaupun sakit, Warni bersemangat menjenguk mbak Syarief bersama-sama (2 bulan lalu mbak Syarif sudah pergi selamanya karena jantung). Padahal jarak rumah mbak Syarif di Pondok gede lumayan jauh, tetapi karena becanda sama-sama dengan bu RT dan geng yang ada dalam foto itu, atmosphere dia sakit tak terasa.


Ini saat ditengok kak Amin, Mpok Ipik (Alfiah) dan suaminya, sekalian menyambut bu RT. Ngumpul ramai-ramai menemani Warni makan.

Sebetulnya ada foto yang paling akhir sebelum Warni pulang ke Banjarmasin, saat ada Fatra yang lagi di Jakarta dan menengok bersama-sama juga. Disitu dia sudah merasa bahwa kakinya terasa patah, tidak bisa digerakkan, sehingga harus pakai kursi roda. Tapi pas foto dia pesan: fotonya jangan dilihatin kaki dan kursi rodanya ya, biar kelihatan sehat kalau ditaruh di Angera nanti. (Fotonya sedang dicari).

Selamat jalan Warni.... doa tulus kami. Dua keluarga Angera sudah tiada, Warni dan Wati, keduanya mengidap penyakit yang sama. Semoga kepergiannya membawa pesan untuk kita semua, bahwa kesehatan itu berharga./yc

Label:

3 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

Beberapa waktu lalu ketika berjumpa dgn Almh. dirumah Baikuniyah, ada harapan yg besar akan kesembuhan dari penyakitnya, namun suratan mengatakan lain, tatkala kabar duka itu didapatkan, ta ada lagi yg bisa diucapkan selain doa " Semoga Allah Menghapus sgala Kesalahan & Dosa, Sebab Sakit Karna Tertusuk Duri Kalau Ridho dgn Ketentuannya, Allah Akan Mengangkat Dosa & Kesalahannya, sebagaimana di Ketahui Bersama, Almh. lama sudah menderita penyakit sampai maut menjemputnya, Selayaknya sebagai Saudara Sesama Muslim apalagi mengenal secara Pribadi Almh. mari Saling Mendo'akan Semoga Allah Memberikan Jalan yg Terbaik tuk Almh. Warniaty AZ......amiiiin / AbiRizky

10 November 2009 pukul 15.39  
Blogger Diah Rofika mengatakan...

Mbak Warni..........selamat jalan ya mbak, doaku menyertaimu. Semoga dirimu bahagia di alammu yang baru

11 November 2009 pukul 09.00  
Anonymous Anonim mengatakan...

Semoga amal ibadahnya di terima oleh Allah SWT,amin...jg untuk mba' Ernawati purwaningsih, Alhamdulllah sudah kami umrohkan beliau kira2 2 bln yg lalu mudah2an di terima,Amiin..n mohon info nama lengkap mba'Warniaty binti.... insya Allah bila ada kesempatan akan kami umrohkan jg...(nita Madinah)

25 November 2009 pukul 02.27  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda