Wadah silaturahmi Angkasa-Era (angkatan 1981) dan Alumni KMI Pabelan
Kamis, April 30, 2009
MOBIL SEBAGAI PERTANDA KEBERADAAN KYAI.
Semasa Era mulai mondok di Pabelan (tahun 1981) pak Kyai, memiliki 2 mobil, yaitu VW Combi dan Citroen. VW Combi ini biasanya dipergunakan untuk mobilitas santri, membawa santri kegiatan pramuka, membawa santri ke rumah sakit dan berbagai kegiatan lain. Boleh dikata mobil VW Combi ini adalah mobil umum "plat kuning" untuk kita semua.Padahal dasarnya mobil VW Combi ini sebagai bantuan pemerintah sehingga plat nomor polisinya merah.
Rasanya, dengan tulisan "PONDOK PESANTREB PABELAN MUNTILAN-MAGELANG JAWA TENGAH", Kita cukup bangga ketika menaiki mobil ini. Mungkin inilah yang disebut narsisnya kita zaman itu. Enak betul naik mobil Combi itu, walau bunyinya agak keras, tapi tetap nyaman, apalagi saat itu mobil masih mulus dengan cat biru (kalau gak salah). Pokoknya ada gengsinya deh naik mobil itu. Tapi karena mobil ini mobil bersama, maka ada tidak ada mobil ini tidak bisa menjadikan pertanda Kyai berada di lingkungan pesantren.
Mobil Citroen lah yang saat itu bisa menjadi pertanda Kyai ada atau tidak ada. Jika kita mempunyai kepentingan dengan Kyai, pasti salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengintip mobil Citroen. Jika mobil ada, maka kemungkinan pak Kyai Hammam ada di tempat. Tapi jika tidak ada mobil Citroen, maka pak Kyai sedang keluar, sehingga urusan kita dengan Kyai harus tertunda. Ini yang paling repot, apalagi jika kepentingan kita dengan Kyai adalah :izin keluar. Waaah....bisa-bisa gak jadi keluar deh kalau mobil Citroen tak ada di tempat.
Ada lagi pertanda mobil Combi dan Citroen:Kita harus ekstra hati-hati jika berpapasan dengan kedua mobil itu jika keluar dari pondok tanpa pamit. Jika berpapasan di antara jalan Pondok-Batikan, maka satu-satunya jalan penyelamatan diri adalah "mlipir" di antara sawah-sawah, sambil sedikit memalingkan wajah. Jika itu saja belum cukup, maka harus masuk selokan di pinggir jalan untuk ngumpet. Repotnya kalau selokan itu ada airnya.... masuk, berarti basah, tidak masuk alamat terima dapat hukuman deh!!
Di akhir kita di Pabelan, pak Kyai nambah mobil lagi, yaitu mobil Volvo. Ini tak bedanya dengan mobil Citroen, semua jadi pertanda bagi kami. Sayangnya, kak Najib mulai bisa bawa mobil. Jadi kadang kita terbirit-birit "mlipir" dikirain pak Kyai yang di atas mobil, e......tahu-tahunya kak Najib!!! Waduh...mau ngumpat, masa kak Najibnya yang diumpat? Ya udah.......di dalam hati grundel aja: "ah...dikirain pak Kyai, e...tahunya "hanya" kak Najib!!"
Kisah yang di upload di Angera81 tentang ‘Era vs Pak Radjasa…’ menggelitik saya untuk menanggapinya, karena telah mengingatkan kembali sekian banyak cerita ‘lucu-lucu’ tapi penuh makna yang telah lama terpendam dalam ingatan. Selama 5 tahun saya membersamai ‘generasi era’, dari mereka masih imut-imut di kelas III (coba lihat foto mereka), hingga mereka nampak dewasa, cantik-cantik, dan matang, saat mereka jadi guru praktek sambil ‘kuliah’ di IPM dulu. Dalam rentang waktu yang tidak pendek itu, berturut-turut saya masuk kelas mereka tanpa ada jeda (kelas III,IV,V,VI dan IPM). Maka, generasi era-lahyang paling banyak mengukir cerita suka-duka dalam pada dirisaya,dibanding generasi yang lain ketika sama-sama belajar di Pondok Pabelan. Biasanya, saya dan jugaustadz yang lain masuk di kelas yang sama hanya setahun atau dua tahun saja. Ini lima tahun berturut-turut, mungkin hanya bisa disamai oleh Pak Kodrat, guru aljabar yang hampir masuk di semua kelas krn tidak ada ustad lain yang menguasai ilmunya.
Waktu itu, pertengahan th 1980an, saya masih kuliah di IAIN Yk, jadi masih bertemparemen mahasiswa yang tentu saja labil. Biasanya Pak Kyai Hamam hanya menunjuk ustadz yang sdh berkeluarga, atau minimal sdh menggondol gelar SARMUD (dianggap sdh matang) untuk mengajar di kelas puteri. Anehnya, waktu itu saya masih duduk di tingkat dua. Ini beban psikologis yang amat berat. Apalagi dalam mata pelajaran Tarbiyah, pelajaran yang semula langsung dipegang oleh Kyai Hamam sendiri, kemudian dilanjutkan oleh Ustadz Habib Chirzin yang hijrah ke JKT. Kedua beliau adalah sosok guru yang mumpuni dan saya kagumi, sampai sekarang. Saya duga penunjukan saya karena situasi… ‘tak ada rotan akarpun berguna’. Saya pikir ini telah melanggar prinsip ‘the right man in the right place’. Apa boleh buat. Boro-boro bisa membimbing ‘gerombolan’ anak-anak yang lagi puber itu, saya sendiri kayaknya juga sedang mengalami masa puber yang terlambat datang.Bisa dipastikanproses pembelajaran berlangsung penuh dengan ‘konflik’, seru banget….Tahun-tahun pertama, setiap saya akan masuk kelas keringat dingin selalu mengalir di sekujur tubuh…Anak-anak seperti tahu apa yang saya alami, maka mereka selalu menggoda dengan berbagai cara, mungkin mereka senang melihat ‘guru muda’nya salah tingkah… Kalau sekarang saya mengenang masa-masa itu, hanya bisa tersenyum… dan tertawa….. kemudian heran sendiri, kok bisa, ya , dulu begitu ?
Tapi, kesempatan yang diberikan Kyai Haman kepada saya itu sungguh luar biasa, karena dari situ saya banyak mendapatkan pengalaman berharga, sangat bermakna bagi masa depan saya sebagai guru, dan sekarang sebagai dosennya guru-guru dan calon guru. Entah sudah berapa ratus guru yang mengikuti pelatihan saya, dan mahasiswa calon guru yang mengambil matakuliah saya di fak Tarbiyah yang saya pameri beberapa fragmen pengalaman saya di Pabelan tsb.
Cerita yang diupload di Angera81 hanyalah sebagian kecil dari pengalaman dan perploncoan yang saya alami sebagai ustadz muda yang mengajar kelas puteri di Pondok. Pengalaman membersamai generasi era, kumpula anak-anak yang ‘kesepian’ yang haus kasih sayang, dan sedang mencari identitasitu, kalau saya tulis semua bisa jadi novel ‘Laskar Pelangi’ versi pondok, atau Koko Chan versi santri. Sayang, saya tidak bisa menulis novel.
Saya akan perjelas saja apa yang sudah diupload itu, kejadiannya begini; saya masuk kelas III A1 yang dihuni anaka-anak istimewa. Saya sudah siap dengan I’dad yang rapi, tidak keinggalan baju putih berdasi…dengan pikiran; para santri pasti akan memperhatikan saya. Saya berusaha pasang muka serius agar kelihatan berwibawa, e… ternyata jauh panggang dari apai, mereka malah pada rame. Saya coba lebih serius lagi… tidak ada pengaruhnya… Saya ketok-ketok meja, minta perhatian, diam sebentar kemudian rame lagi….Saya kehabisan akal,…. keringat di dahi mulai mengalir, baju pun terasa dingin oleh keringat yg muncul dari belakang. Saya mau lari saja tinggalkan kelas itu, tapi takut ketahuan Pak Kyai. Bagaimana jadinya kalau Pak Kyai tahu saya tidak betanggung jawab, meninggalkan kelas begitu saja. Maka, tidak ada jalan lain, saya harus cari siapa biyang keladinya, akan saya marahi habis nanti di kantor, biar tahu rasa. Saya temukan di baris tengah ada anak-anak yang selalu tidak bisa diam. Sekitar lima anak, yang saya ingatadalah Lily, Yuni, Fatra, Nuri (?), Ida (?), maaf kalau salah sebut. Lalu, saya tunjuk mereka dengan suara yang semantap mungkin,agar mendapat perhatian. Mereka saya instruksi untuk datang ke kantor pada waktu istirahat, nanti. Saya pikir, kalau mereka dipanggil akan takut, dan selanjutnya bisa diam….. Dasar ustadz muda, yang dipikir bagaimana menakuti-nakuti murid.
Mereka memang anak-anak cerdas, wah, saya dikerjain habis….di depan pura-pura takut sampai tidak berani bicara, seperti Yuni itu, mereka tertunduk sopan dan mendengarkan semua apa yang saya katakan ….. Setelah mereka datang ke kantor itu, saya merasa puas, dada merasa lega sudah mengeluarkan uneg2 yang mengganjal, apa yang saya inginkan terkabul. Mereka nampaknya juga puas, aktingnya berhasil, apa yang mereka lakukan sdh bisa meredam kemarahan guru muda sehingga konflik tidak berkepanjangan. Hari berikutnya saya masuk kelas seperti biasa. Tapi masih saja tidak bisa hilang selalu degdegan menjelang masuk kelas. Khawatir akan dikerjain lagi…. Walaupun riak-riak kecil kadang masih muncul dalam interkasi saya dengan mereka …..hari-hari selanjutnya, secara keseluruhan, berjalan dengan penuh tawaria selama lima tahun, ya lima tahun.
Saya sekarang semakin yakin, bahwa anak ‘nakal’ tidak selamanya jelek. Biasanya justeru menyimpan potensi yang besar. Ternyata anak-anak yang saya anggap biang keonaran itu, adalah anak-anak yang berprestasi, mereka meraih nilai dengan predikat ‘positip’ rangking atas di kelasnya. Walaupun tidak bisa mengalahkan, yang saya ingat, si pendiam dan serius; Maimunah dan Nina Muidah tapi tidak mengurangi bobot prestasi yang mereka raih. Kini, setelah mereka jadi orang tua, yang pendiam, yang ramai, yang suka kabur, yang suka melawak, yang ganti-ganti pacar (siapa ya ?) semuanya berkembang dan berproses menjadi orang yang berguna. Mereka telah mengukir sejarah di tempat masing2. Syukur Alhamdulillah.
Saya masih menyimpan banyak cerita tentang generasi Era & Angkasa dan generasi yang lain. Mudah-mudahan bisa saya ceritakan kembali di lain kesempatan.
Sumberadi Asri, 25 April 2009
Angera:
Terima Kasih atas tulisannya. Kami berharap masih banyak lagi coretan-coretan dari bapak untuk kami. Sepertinya pak Rajasa harus dipancing dengan tulisan era "vs" pak Rajasa dulu baru bisa keluar kenangan-kenangan lama kami. Hehe....ayolah pak.... (hehe....sampai sekarang kok masih "bandel" ya pak, masih suka maksa-maksa)
Siapa bilang silaturrahmi hanya membuang2 waktu. Indikator bahwa silaturrahmi dapat "memperpanjang umur", dapat dilihat dari pertemuan ini. Gara2 silaturrahmi, Pak Rajasa bertemu keluarga. Setelah berbagi cerita, telusur punya telusur, ternyata.. embah buyut Tarwoco adalah saudara embah buyut Pak Rajasa…. Andai saja sejak dulu, diketahui, mungkin semua akan berbeda.. Tapi itu hanya masalah waktu, dulu atau sekarang sama saja. Sama2 baik dan indah….
Dalam kesempatan ini, selain kita "berkenalan" dengan alam, kita juga berkenalan dengan santri2 dari Bapak Kyai Abdul Hamid Tarwoco yang solehah2 dan manis2.... selaras dengan manisnya lingkungan Samigaluh Kulon Progo. Selamat dan terima kasih tuk Tarwoco, Selamat "reuni keluarga" tuk Pak Rajasa/f.
Sebenarnya malam belum larut benar. Tapi bulan sudah kembali ke peraduannya. Begitu pula para santri putri, khususnya di Kamar Bougenville. Semua sudah terlelap. Rasanya hanya aku yang belum terbang ke alam mimpi. Aku masih mendengar suara-suara yang muncul dari luar. Suara kodok, suara binatang malam lainnya, termasuk suara para bulis yang samar-samar ku dengar. Mungkin keberadaan mereka di depan kamar ancient, tepatnya di bundaran dekat lonceng besi. Karena sudah malam, suara canda mereka bisa terdengar dari kamar Kalpataru. Aku tak tahu persis kenapa aku belum juga terlelap. Padahal mataku terpejam. Tiba-tiba dari arah kiriku, aku mendengar suara langkah. Langkahnya seperti gadis menggunakan sepatu bertumit tinggi. Tuk...tuk...tuk...tuk....Langkah satu-satu itu terus berbunyi. Aku penasaran. Sungguh! Tapi aku tak berani membuka mataku. Rasa takut langsung menyerangku. Bagaimana tidak takut? Kalau itu langkah manusia, mengapa tak ada derit pintu terbuka, walau sedikitpun? Langkah itu tiba-tiba saja ada. Dan lama-lama makin mendekat, mendekat, mendekat....akhirnya langkah itu tak berbunyi lagi. Tetapi tubuhku terasa berat, berat...sekali. Seperti ada sesuatu yang menindihku. Sialnya aku tak juga mampu untuk membuka mata. Sekali lagi padahal....sumpah mati aku penasaran. Di tengah ketakutan itu, batinku berperang. Buka mata, nggak ya. Buka, nggak. Buka, nggak. Bagaimana kalau aku buka mata, lalu apa yang aku lihat? Hi...serem. Aku tak berani. Tak mau ambil resiko. Tapi ya alhamdulillah...tindihan yang membuatku sesak dan takut setengah koit itu berlalu. Walau begitu aku tak juga berani membuka mata, sampailah aku benar-benar tertidur. Kalau tak salah, pagi harinya peristiwa yang kualami itu aku ceritakan kepada teman-teman. Termasuk Meimun. Kata Meimun dia juga mendengar, ada bunyi langkah tersebut. tapi karena merasa takut juga, tak berani membuka mata. Terus katanya lagi (entah siapa yang ngomong), langkah itu berasal dari makhluk yang wajahnya tua tetapi bertubuh kecil. Untuk membuktikan teori itu, rasanya aku sangat menyesal kenapa tak berani membuka mata. Seingatku, pada tahun kedua berada di pondok, memang beredar cerita-cerita misteri. Ada katanya dari sumur terdengar orang yang menimba di tengah malam. Ada lagi makhluk yang meminta kita minta ditimbakan ketika sedang tidur, ada juga api yang terbang dan cerita misteri lainnya. Tapi yang kuingat juga, ketika adik kelas kita dari lombok, Wardah, yang meninggal di pondok kemudian dikebumikan di kuburan belakang masjid. Kuburannya dijaga selama beberapa malam. Katanya untuk mencegah penganut ilmu hitam yang akan mengambil kapas si mayat, karena mayat yang meninggal itu belum baligh. Aku sempat mengetahui kuburan mendiang Wardah dijaga dan diterangi lampu petromak. Soalnya pernah pulang malam dari Muntilan, pulang-pulangnya melihat kuburan Wardah dijaga. Kemudian aku tanyakan mengapa harus dijaga? jawabannya seperti di atas tadi. Biasanya digali dengan tangan sendiri, tidak boleh menggunakan alat apa pun untuk mendapatkan kapas tersebut.Setelah beberapa malam, barulah kuburan bisa ditinggal, sebab sudah tak berkhasiat lagi. Ih, ada-ada aja ya, cerita seram kita selama Pabelan dulu.(nj)
Iring-iringan empat mobil (26/4/09) menembus jalanpanjangberliku2, sempit beraspal, menyusuri bukit2 terjal, tikungan tajam menaik, menurun, menikung tajam. Sesekali sang pimpinan di mobil terdepan, berhenti yang membuat mobil2 di belakngnya pun berhenti sambil bersuara keras “rumahnya pindah” membuat hati anggotanya resah, karena membayangkan gimana berbalik arah karena salah jalan, padahal perjalanantelah ditempuh kurang lebih satu jam setengah. Ternyata sang pimpinan hanya bergurau, perjalanan dilanjutkan dan anggota pun menjadi lega. Pemandangan sawah, bukit2 hijau dan air terjun kecil indah di sepanjang jalan menggantikan jenuh panjang perjalanan. Beberapa teman nyeletuk, "Ini termasuk wilayah Indonesia juga ya?" (saking jauh dan berlikunya melebihi Gunung Kidul yang selama ini dianggap "terjauh" dari kota Yogya). Setelah kira2 dua jam, iring2an itu berhenti/ parkir di halaman masjid yang teduh oleh rimbun pohon,berdekatan dengan rumah pemiliknya yangbersih dan asri. Kami telah sampai di rumah Tarwoco (Samigaluh, Kulon Progo, Yogya).Semua buru2 keluar, tak sabar ingin istirahat sejenak nikmati atmosfir baru yang segar... Tarwoco sekeluarga (istri dan kedua ortunya) menyambut dengan senyum ramah. Bersalam2an, bercerita sejenak, sebagian menuju masjid, menatap2 lingkungan sekitar, ada yang solat, ada yang terpana sambil mengakui dan merayakan keindahan alam. Jarum jam terus berlajan, pesta makan pun dimulai. Tuan rumah menyajikan lauk pauk yang makin menggugah ... (aneka lalap, urap, sambal pecel, sambal terasi super pedas, ikan mas bakar,daging sapi dari ternak sendiri, susu kambing segar, aneka kue2 khas Kulon Progo dan lain2). Ritual acara “muhadhoroh” langsung dimulai, MC (Vita Vitria) meminta kepada tuan rumah tuk beri sambutan. Tarwoco dengan gaya kombinasi antara seorang kyai, ustadz, guru, muballigh, pelawak (karena lucunya) dan santri Kyai Hamam, berorasi dengan bahasa Indonesia, Arab dan Jawa. Ia “bersay hello” tuk para tamu dan bercerita sedikit tentang sejarah” terdamparnya” dia dan keluarga di daerah ini.Latar belakangnya sangat idiologis yaitu “dakwah” (kontekstual/ bil hal)... Dilanjutkan ucapan terima kasih dari ketua IKPP Yk kak Arif Prajoko kepada tuan rumah dan menegaskan betapa penting dan indahnya silaturrahmi sepertiini, karena tidak saja dapat memperbaharui kebersamaan, tapi juga memperbaharui iman dan Islam kita. Kak Santoso yang multi talenta, sebagai tamu jauh bercerita tentang bidang “terapi” yang digelutinya, tentang keajaiban “sila” dari silaturrahmi hingga ke sila ekonomi. Pak Rajasa menambahkan penjelasan tentang makna silaturrahmi dan menginfokan adanya wacana untuk membuat semacam “pelatihan kepribadian” bagi anak remaja alumni. Dialog dimulai oleh mas Dadin yang peduli dengan keadaan masyarakat Samigaluh yang secara riil sangat memerlukan kontribusi kawan2 (misal, sumber air tuk penuhi kebutuhan masyarakat di musim kemarau). Acara selesai, tapi Tarwoco membagi2kan kantongan berisi makanan khas Samigaluh (lanting, bubuk kopi jahedan buah alpukat). Tarwoco sangat memanjakan tamu2nya. Terima kasih Tarwoco sekeluarga, semoga kelak mendapatkan imbalan dariNya berlipat2 ganda, amin/f.
Baroroh si Aladin Pelahab Buku malu dijuluki ms seperti itu. ''Ms ini ada-ada aja. Malu ah...,'' kata Baroroh sambil menutup wajahnya. Mamah, hastin Nurhayati tertawa dengar komentar Baroroh. Sementara Yayan, adiknya si Taufikawati dari Depok itu, cuek bebe. Terserah mo dijulukin apa. ''Sebenarnya saya lho si pelahab buku itu, bukan Baroroh,'' kata Nuri. ''Bukan ding, si Nuri ngaco! Yang bener tuh emang Baoroh. Jangan percaya, ya!'' Kata Helmi. Sementara Misri yang melempar isu tenang-tenang aja. Lihat aja tuh, wajahnya kayak ngga tau apa2. Lihat, kan yang pake baju lurik garis panjang. Dan Barorohnya hanya bilang, ''terserah kalian aja deh mo ngomong apaan.'' (hik1000x, sambil ngintip kamera angera. Untung kepalanya masih kelihatan. Jadinya kita tahu kalau dia yang diomongin)
Masih ingatkah dengan temen kita mbak BAROROH dari LAMONGAN?, pasti masih lah... ya kan?? menurutku dia itu unik dan cara belajarnya pun unik . Aku punya kenangan unik juga sama dia...hik4567 Inget dia seraya inget wajah lugunya, tapi jangan di tanya dia termasuk murid yang brilliant, rajin, tekun dan selalu masuk di lima besar. Setiap mau memulai ujian semesteran, apa lagi di saat masuk di hari-hari tenang, dia sudah sibuk menjinjing setumpuk buku untuk di lalapnya saat itu juga, dia termasuk hebat dalam soal hafalan tapi yang buat aku terkesan sampe saat ini adalah kegigihan dia untuk menjadi orang yang terbaik. Dia beberapa kali masuk di peringkat pertama, ya wajar aja kalo dia bisa mencapai di peringkat itu dan aku setuju-setuju aja, dan itu memang pantas untuk dia. Saking semangatnya, di waktu masih dalam jam makan, kita-kita yang masih menikmati makan yang ala kadarnya bahkan masih ada yang antri mengambil makan di dapur juga kantin yang masih padat penuh orang, dia sudah mulai strat untuk belajar. Sambil membawa buku dan sajadah untuk alas duduknya, dengan langkah seperti terburu-buru mau nyari tempat untuk mojok belajar. Bisa juga dia berperilaku seperti itu karna takut tempat semedinya keburu di ambil orang lain...hik4567...Biasa kan kalo di pondok siapa cepat pasti dapat. Tapi dimanapun mbak Baroroh belajar aku usahain selalu dapat tempat di deket dia, pasti aku cari dulu keberadaannya. Ya itu karna cara belajar dia unik jadi membuat aku selalu ngikutin kemana dia belajar. Entah dia curiga atau gak tentang aku manfaatin cara dia belajar tapi aku selalu bilang ke dia kalu aku mau belajar sama2..Dan jarang sekali dia belajar di kelas, seringnya di luar dengan menggelar sajadah dan cari di tempat yang teduh dan nyaman. Dia orangnya serius jadi jangan harap ada pembicaraan di sela2 belajar. Gak kayak aku sedikit belajar banyak becanda...hik4567. Oiya dia itu kalo belajar selalu pake suara keras, gak cuma pelajaran hafalan aja, jadi bagi aku itu sangat menguntungkan buat ku. Mungkin bagi orang lain itu amat sangat mengaggu tapi bagi aku gak sama sekali. Jadi setiap menghafal satu pelajaran pasti kan di ualng2 beberapa kali sampe betul2 hafal, aku dengerin aja dia menghafal setiap dia belajar dan aku ikutin trus, lama2 akupun ikut hafal juga....tanpa aku harus membaca buku...hik4567...sekali mendayung 4567 pulau terlampaui...ya gak????, ya itu lah sebagian pengalamanku sewaktu aku di Pabelan, walaupun gak pernah masuk di sepuluh besar tapi kan bisa belajar seperti orang yang di peringat tiga besar...hik4567.../MS
Sekitar bulan Januari 2009, santri Pabelan dan team (yang terdiri beberapa santri dan guru), mengikuti "Madrasah Science Expo" tingkat Nasional di Yogyakarta dan berhasil meraih juara 1 (pertama). Tampak bu Nyai Ulfah (merangkap sebagai guru) menerima hadiah dan medali dengan wajah berseri. Selamat tuk adik2 santri yang cerdas dan kreatif. Selamat juga untuk guru2 yang senantiasa mengabdi, dengan tulus ikhlas demi Pabelan kita tercinta. Bravo Pabelan!/f
1. Beberapa waktu yang lalu, angera pernah memuat berita tentang "tamu tak diundang" yang datang nyambangi rumah teman kita Ilham M. Nur, ternyata sebelumnya (sekitar seminggu sblmnya) hal yang sama terjadi pula di rumah kakak kita Fajar Hidayanto. Kondisi kurang aman di kota Yogyakarta kembali menggejala, ketika baru-baru ini (di bulan April), sepeda motor (yang masih baru/ fresh from toko) milik kakak kita Istiatun (mbak Isti)raib oleh "penggemar tak diundang". Angera dan seluruh teman2 mendoakan, semoga sang penjahat dapat diringkus, yang hilang bisa kembali (meski dalam bentuk lain yang lebih berlipat ganda) dan kepada ketiga kakak kita yang sedang mendapat cobaan, diberiNya kesabaran, amin. 2. Dalam kesempatan ini pula, angera mengajak kawan2 untuk turut mendoakan kesembuhan bagiibundasahabat kita Ilham M. Noor yang setelah menjalani operasi beberapa hari yang lalu, kini mesti menjalani perawatan di ruang ICU Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Semoga kesehatan beliau segera pulih, kembali sehat wal-afiat dan Ilham sekeluarga senantiasa kuat dan sabar, amin. 3. Sejuta doa juga kita himpunkan untuk ayahanda dan ibunda kakak kita Munawir (kak Nawir/ Solo) yang sedang sakit dan saat ini tengah menjalani pengobatan baik medis maupun non medis (herbal/pengobatan alternatif). Dari info yang didapat angera, tadi malam kak Santoso (alumni) dan kawan2, datang dari Jakarta menuju kediaman ortu kak Nawir di Solo, untuk mendoakan dan menyembuhkan mereka. Angera dan semua teman2, mendoakan, semoga keduanya segera diberiNya kesembuhan dan kak Nawir sekeluaga dilimpahkan ketabahan, amin./f
ERA "vs" PAK RAJASA (Salah Satu Kenangan Era dengan Pak Rajasa sebagai Wali Kelas)
Suratan takdir mempertemukan kami anak-anak era. Dari beragam daerah, beragam pola. Kalau yang bersikap dewasa, ada mbak Zul Khomsah. Dengan karakter keibuannya, bisa menentramkan kami. Bisa ngemong kami yang kecil-kecil. Padahal tentunya modal mbak Zul bukan didapat dari Mario Teguh atau motivator-motivator yang sekarang bertebaran. Kedewasaan mbak Zul tumbuh karena menghadapi kami-kami yang lebih muda darinya.
Kalau yang menjadi "pelawak", era juga punya stok. Siapa lagi kalau bukan Isnaeni. Melihat wajah Neni saja sudah bisa membuat orang ketawa. Stok-stok lelucon dari Neni juga gak habis-habis. Ada aja yang diceritakan Neni yang bisa membuat kami terkekeh-kekeh.
Jika Nuri, tentu tak disangsikan lagi sebagai "ratu kabur". Senang banget yang namanya disersi. Celah-celah jalan keluar dari "penjara suci" (begitu sering kita menamakan Pabelan) adalah keahlian Nuri. Mau keluar dari antara bebatuan belakang alamsyah, ok. Mau lewat ruang tamu, terus ke arah utara, bukan hal asing. Apalagi lewat Munawar atau kolam renang, rasanya mata kaki Nuri sinyalnya sangat kuat jika lewat situ.
Sayangnya, karena semua ini karena disersi, alias kabur, maka jangan harapkan oleh-oleh darinya. Ini wajar, karena jika membawa oleh-oleh, tentu bisa menjadi "jejak kriminal", yang bisa membuat bakem menelisik lebih jauh. Maka demi keamanan, tentu dalam hati Nuri selalu berkata: "maaf sahabat-sahabat era, bukan aku tak mau membawa oleh-oleh, tapi keadaanlah yang membuat aku seperti ini. Bisa-bisa aku dipanggil di mesjid jika ketahuan membawakan oleh-oleh bakso mekar sari, padahal aku tak izin ke Muntilan".
Kalau yang gonta-ganti pacar juga ada,tapi tentu tak etis juga kalau kita sebut disini. Yang jelas sepertinya gonta-ganti pacar bagaikan pergantian 4 musim. Kami yang belum pernah atau tak punya pasangan hanya bisa terbengong-bengong. Mungkin dalam hati, ada yang sok suci, tapi tentu juga ada yang minder. "Aduuuh....dia kok laku keras, aku kok sepi dari daya tarik ya?".
Tapi senyatanya, terhadap teman era itu, teman-teman yang jomblo, bisa banyak belajar. Belajar bagaimana bisa mencintai laki-laki, belajar membalas surat cinta, dan tentunya belajar gimana caranya "meeting" alias dan tentu saat-saat yang aman untuk wakuncar.
Ternyata dari teman tadi itu, kita juga bisa tahu "isi pacaran" itu apa aja. Wallahu'alam, apakah yang diceritakan pada kita adalah fakta, atau hanya imajinatif dari seorang santri remaja yang lagi jatuh cinta. Hanya kami-kami yang juga mulai beranjak remaja kadang hanya berucap dalam hati: "hiiii....apa betul emang begitu??". Sssttt.....tapi yang ini jangan terlalu ditafsirkan macam-macam, karena yang diceritakan teman tadi paling-paling tentang salaman an jabat tangan dengan sang pacar.
Nah...kalau yang tekun, lurus, alim, diam, penuh "jaim" (hehe...) ada Nina, Maemun, Yul, Zuma, Ambar Chasiyati. Teman-teman ini, betul-betul istiqomah. Di kelas gak pernah ribut, anteng dan yang jelas bukan biang onar. Tertawa secukupnya, berbicara dengan suara lirih, seakan-akan dengan suara lirihnya semua sudah mendengar. Maka jangan heran kalau catatan mereka rapi, buku mereka lengkap tak pernah hilang. Khusus yang ini, menjadi tempat sandaran teman-teman saat ujian. Dulu belum banyak dan masih susah foto copy, jadi buku mereka menjadi referensi bagi teman-teman yang malas mencatat dan akan mencatat di kemudian hari saat kesadaran belajar muncul.
Bicara biang onar, era gudangnya. Ada Lily (nih ngaku pertama, hehe...), Yuni, Fatra (yang ikut-ikutan), Neni, dan beberapa lagi yang lain. Saking seringnya buat onar, pak Rajasa yang saat itu jadi wali kelas(mungkin sudah sering dapat laporan) memanggil kami-kami ini ke ruang guru. Akhirnya dengan langkah gontai (saat itu nyadar kalau sering buat onar) kami memenuhi panggilan pak Rajasa.
Dengan wajah yang tertunduk antara takut dan sadar kami, pak Rajasa dengan penuh wibawa menasehati kami panjang lebar. Mulai dari kewajiban santri sampai sikap yang baik pada guru. Yuni yang saat itu diam diminta pak Rajasa untuk bicara. Mungkin dalam benak pak Rajasa: "giliran di kelas kamu ribut, giliran diberi kesempatan bicara kok diam aja".Akhirnya pak Rajasa bicara ke Yuni: "Yuni, kenapa kamu diam?" Sudah ditanyakan langsung pun Yuni tetap diam seribu bahasa dan tetap menunduk. Melihat kondisi yang denikian, saya akhirnya nyeletuk: "Maaf pak, Yuni lagi sariawan, jadi sulit bicara".
Saya yakin pak Rajasa yang saat itu sebagai guru Tarbiyah, tahu betul bahwa ini adalah bagian dari keisengan saya. Tapi apa hendak dikata, sebagai pengalaman pertama bagi beliau menjadi guru wali kelas, ini merupakan tantangan terberat. Tapi semua sama-sama belajar. Kami belajar menjadi murid dengan "sok" gagah dan bergaya, pak Rajasa belajar menjadi guru idola dan dicintai murid serta menghantarkan murid-muridnya menjadi manusia berguna.
Akhirnya proses saling belajar itu, termasuk belajar "onar" dan heboh,telah menghantarkan kami anak-anak era menjadi anak-anak dengan beragam profesi dan aktifitas. Insya Allah walau harus melalui "sakit sariawan", jasa pak Rajasa akan selalu kami kenang. Terima kasih pak Raj...ilmu yang bapak berikan telah menjadikan amal jariyah bagi bapak. Amien...... (Ly)
(salam damai...tak boleh marah, tak boleh dongkol. Wajib senyum simetris!!! Kiri dan kanan bibir harus sama. Jika gak sama itu tanda senyum tak ikhlas, hehe......)
Teman-teman...untuk menghargai almarhumah Wati dan keluarga almarhumah, maka komentar-komentar yang semula di ekor article Ziarah Makam Wati (tentang "pengadilan" terhadap Alumni oleh salah seorang alumni) kami beri judul baru "PENGADILAN ALUMNI", di lokasi yang sama (sesudah article: Menengok Nawal di Cikunir). Sementara article Ziarah Makam Wati kami geser dan kami beri judul "Ziarah makam Wati 2". Karena komentar-komentar yang ada tidak seharusnya muncul dalam konteks Ziarah sobat dan keluarganya yang berduka. Untuk selanjutnya kami tim moderator Angera akan menghapus komentar yang justeru bertentangan dengan semangat blog ini yaitu wadah silaturahmi (jalin kasih) alumni. Tetapi karena debat sudah bergulir, kami ingin demokratis,jadi kami biarkan alumni membaca untuk "pembelajaran" bersama. SAlam//Angera.
Siapa diantara kita yang tak kenal Kyai Muhammad Balya? Beliau bukan hanya guru/ ustadz, tapi juga panutan dan idola kita. Nah, beberapa waktu yang lalu beliau mantuan. Sekitar bulan Desember, beliau menikahkan anak pertama (Faisal), kemudian pada tanggal 26 Maret 2009, beliau menikahkan lagi anak ke-2, "Nur Afiati" (dipanggil "Afi"). Afi yang merupakan alumni Pabelan angkatan 1992 dan sarjana UIN Suka Yk, saat ini kembali mendalami bhs Inggris di salah satu PT di Yk, sambil tetap mengabdikan dirinya (ngajar) di Pabelan. Kemampuan berbahasa Inggris yang bagus, membuatnya terpilih untuk wakili guru Pabelan (bersama Bu Nyai Ulfah), mengikuti acara "pertukaran guru" di Amerika beberapa waktu yang lalu. Afi juga merelakan diri bantu2 kita saat gelar acara Launching Buku Kyai kemaren. "Selamat Menempuh Hidup Baru", moga menjadi keluarga bahagia, sakinah, mawaddah wa rahmah, amin. Tampak wajah berseri Afi di samping suami tercintanya "A. Lutfi" (berdinas di UGM). Selamat tuk Kyai Balya. Selamat Berbahagia tuk adik kita Afi & Lutfi. /f.