Selasa, April 28, 2009

Menuju Negeri Samigaluh





















































































Iring-iringan empat mobil (26/4/09) menembus jalan panjang berliku2, sempit beraspal, menyusuri bukit2 terjal, tikungan tajam menaik, menurun, menikung tajam. Sesekali sang pimpinan di mobil terdepan, berhenti yang membuat mobil2 di belakngnya pun berhenti sambil bersuara keras “rumahnya pindah” membuat hati anggotanya resah, karena membayangkan gimana berbalik arah karena salah jalan, padahal perjalanan telah ditempuh kurang lebih satu jam setengah. Ternyata sang pimpinan hanya bergurau, perjalanan dilanjutkan dan anggota pun menjadi lega. Pemandangan sawah, bukit2 hijau dan air terjun kecil indah di sepanjang jalan menggantikan jenuh panjang perjalanan. Beberapa teman nyeletuk, "Ini termasuk wilayah Indonesia juga ya?" (saking jauh dan berlikunya melebihi Gunung Kidul yang selama ini dianggap "terjauh" dari kota Yogya). Setelah kira2 dua jam, iring2an itu berhenti/ parkir di halaman masjid yang teduh oleh rimbun pohon, berdekatan dengan rumah pemiliknya yang bersih dan asri. Kami telah sampai di rumah Tarwoco (Samigaluh, Kulon Progo, Yogya). Semua buru2 keluar, tak sabar ingin istirahat sejenak nikmati atmosfir baru yang segar... Tarwoco sekeluarga (istri dan kedua ortunya) menyambut dengan senyum ramah. Bersalam2an, bercerita sejenak, sebagian menuju masjid, menatap2 lingkungan sekitar, ada yang solat, ada yang terpana sambil mengakui dan merayakan keindahan alam. Jarum jam terus berlajan, pesta makan pun dimulai. Tuan rumah menyajikan lauk pauk yang makin menggugah ... (aneka lalap, urap, sambal pecel, sambal terasi super pedas, ikan mas bakar, daging sapi dari ternak sendiri, susu kambing segar, aneka kue2 khas Kulon Progo dan lain2). Ritual acara “muhadhoroh” langsung dimulai, MC (Vita Vitria) meminta kepada tuan rumah tuk beri sambutan. Tarwoco dengan gaya kombinasi antara seorang kyai, ustadz, guru, muballigh, pelawak (karena lucunya) dan santri Kyai Hamam, berorasi dengan bahasa Indonesia, Arab dan Jawa. Ia “bersay hello” tuk para tamu dan bercerita sedikit tentang sejarah” terdamparnya” dia dan keluarga di daerah ini. Latar belakangnya sangat idiologis yaitu “dakwah” (kontekstual/ bil hal)... Dilanjutkan ucapan terima kasih dari ketua IKPP Yk kak Arif Prajoko kepada tuan rumah dan menegaskan betapa penting dan indahnya silaturrahmi seperti ini, karena tidak saja dapat memperbaharui kebersamaan, tapi juga memperbaharui iman dan Islam kita. Kak Santoso yang multi talenta, sebagai tamu jauh bercerita tentang bidang “terapi” yang digelutinya, tentang keajaiban “sila” dari silaturrahmi hingga ke sila ekonomi. Pak Rajasa menambahkan penjelasan tentang makna silaturrahmi dan menginfokan adanya wacana untuk membuat semacam “pelatihan kepribadian” bagi anak remaja alumni. Dialog dimulai oleh mas Dadin yang peduli dengan keadaan masyarakat Samigaluh yang secara riil sangat memerlukan kontribusi kawan2 (misal, sumber air tuk penuhi kebutuhan masyarakat di musim kemarau). Acara selesai, tapi Tarwoco membagi2kan kantongan berisi makanan khas Samigaluh (lanting, bubuk kopi jahe dan buah alpukat). Tarwoco sangat memanjakan tamu2nya. Terima kasih Tarwoco sekeluarga, semoga kelak mendapatkan imbalan dariNya berlipat2 ganda, amin/f.

Label:

15 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

Enak banget....jadi iri deh nggak bisa ikutan ke rumah Tarwoco. Kapan-kapan ya Tarwooco, kami yang dari jauh-jauh ini diundang. Pengen banget bisa ke tempatmu yang adem, asri, berliku tapi menawan. Dan..yang penting.oleh2mu itu lho (ada maunya ni ye??). Selamat deh untuk IKPP Jgy, semoga silaturahim lebih kuat lagi. Btw, bulan depan di rumah siapa lagi ne?nj

28 April 2009 pukul 18.18  
Anonymous Anonim mengatakan...

Fat, jadi fotografer boleh aja. Tapi setidaknya ada lah foto dirimu. Aku cek semua foto, dikau tak ada. Ikut nggak sih dirimu dalam pertemuan IKPP ini?nj

28 April 2009 pukul 18.40  
Anonymous Anonim mengatakan...

Jelas lah aku hadir. Kalo gak hadir entar gawat kalo dimarahin Tarwoco, hehe. Aku kan tukang foto... jadi lupa minta difoto. Tapi kalo diperhatikan, ada fotoku (kecil banget) sedang moto (difoto orang). Lihat gak Bu? Hehe. ftr.

28 April 2009 pukul 19.03  
Anonymous Anonim mengatakan...

ternyata di balik badan tarwoco yang kecil, tersimpan jiwa yang besar; dengan tulus ikhlas ia mengabdi dan berjuang tuk tegaknya aqidah islamiyah di tanah perdikan menoreh. hebat kau tar, teruskan amal shalihmu, jazakumullah, amin...(ilyas)

28 April 2009 pukul 23.27  
Anonymous Anonim mengatakan...

Dari dulu memang kang Tarwoco udah baek kok...udah bawaan orok...Q bisa lihat dari sikap n tatapan matanya yang sendu penuh arti...hik4567/MS

29 April 2009 pukul 06.12  
Anonymous Anonim mengatakan...

Kopi jahe yang dibawa waktu reuni dulu sedaaap banget lho..gimana kalo bulan depan dirumah Tarwoco lagi?/yc

29 April 2009 pukul 06.39  
Anonymous Anonim mengatakan...

Ternyata perjalanan kemarin gak sekedar reuni,banyak hal baru yang kita dapatkan, contohnya saja, perjalanan berliku yang mendebarkan, perjuangan mas Tarwoco yang yang cukup membuat kita "malu", dan yang siip.. susu kambing etawa yang rasanya beda dengan susu sapi pada umumnya. Enak dan sehat, bisa pesen dong !!vf

29 April 2009 pukul 11.03  
Anonymous Anonim mengatakan...

Siapa yg bisa melihat nasib manusia kedepan ? hari ini aku mendapat pelajaran baru lagi tentang sosok seseorang yg bernama Abdul Hamid Tarwoco, yg waktu di Pondok hanya sosok biasa saja bahkan boleh dibilang tak berpengaruh keberadaannya, angkat topi untukmu Co ! kalau boleh 4 jempol ini layak kutunjukkan padamu ! Selamat berjuang, semoga Allah selalu meridhoi perjalanan kita.....amiin /AR

29 April 2009 pukul 13.32  
Anonymous Anonim mengatakan...

Dia adalah mujanib pertama saya waktu di Mbelan (Kamar Presiden E). Dia pula yg ngajar saya Imla'. Sya pernah dikejar-kejar karna masuk kamar gak pake sendal--padahal dia habis ngepel lantai. Dia adalah Ustad Tarwoco. Pengen juga maen ke negerinya, kalo besok maen ke Jogya. MM

29 April 2009 pukul 14.12  
Anonymous Anonim mengatakan...

Iya, ftr, aku cek lagi foto-fotonya, ada terlihat dirimu.
Temen2, kalo jadilah kita ktm lagi di reuni mendatang, ada acara jalan2nya ya. Misalnya ke Parangtritis, sekalian nyambangi Tarwoco. Gmn?nj

29 April 2009 pukul 18.01  
Anonymous Anonim mengatakan...

sodaraku tarwoco......
Kopi jahe mu emang tuoppp markotop apalagi disruput sambil berha..ha...hi....dgn tmn2 IKPP tambah mak legenderrrrr orang jepang bilang ruarrrbiasa....kpn dong aku dikrimin.......he......smg IKPP Jogja tambah gayeng (Mr)

29 April 2009 pukul 18.48  
Anonymous Anonim mengatakan...

Aku membayangkan (walau pas ngga` ikut nih)perjalanan panjang berliku ke kediaman ustaz Tarwoco dekat sidratul muntaha (jauh gitu loh) pasti kaya`: A WALK IN THE CLOUDS...Mantep banget plus merinding dan tentu menambah semangat Istighfar bersama mergo pingin selamet...he..he..he... Genk Alumni Pabelan memang Moyyyyy...ALLAHU AKBAR!!!ALLAHU AKBAR!!! (Andy Dermawan)

29 April 2009 pukul 20.19  
Anonymous Anonim mengatakan...

masya Allah..., su2 kambingnya co2k buat pengggairah untuk reuni yg akan datang terutama buat yang berkepala 4. ha..ha. manteep..! Miharso-nya kemana ya? CC

30 April 2009 pukul 00.42  
Anonymous Anonim mengatakan...

Mantep Miharsonya ngumpet Ceng ! habis kekasihnya kamu ambil... ya sudah...sampai sekarang ngambek and ga ketahuan lagi dimana rimbanya... kasihan kan....? tanggung jawab lho....! Ceng klo di Amrik belum ketemu juga Mc giver... dari Pabelan ada Mat Pingi...mau ngga ? AR

30 April 2009 pukul 13.51  
Anonymous Anonim mengatakan...

manteb itu jadi naib/penghulu di kampungku sana Baturetno wonogiri/yc

7 Mei 2009 pukul 10.45  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda