Rabu, April 22, 2009

ERA "vs" PAK RAJASA (Salah Satu Kenangan Era dengan Pak Rajasa sebagai Wali Kelas)

Suratan takdir mempertemukan kami anak-anak era. Dari beragam daerah, beragam pola. Kalau yang bersikap dewasa, ada mbak Zul Khomsah. Dengan karakter keibuannya, bisa menentramkan kami. Bisa ngemong kami yang kecil-kecil. Padahal tentunya modal mbak Zul bukan didapat dari Mario Teguh atau motivator-motivator yang sekarang bertebaran.
Kedewasaan mbak Zul tumbuh karena menghadapi kami-kami yang lebih muda darinya.


Kalau yang menjadi "pelawak", era juga punya stok. Siapa lagi kalau bukan Isnaeni. Melihat wajah Neni saja sudah bisa membuat orang ketawa. Stok-stok lelucon dari Neni juga gak habis-habis. Ada aja yang diceritakan Neni yang bisa membuat kami terkekeh-kekeh.

Jika Nuri, tentu tak disangsikan lagi sebagai "ratu kabur". Senang banget yang namanya disersi. Celah-celah jalan keluar dari "penjara suci" (begitu sering kita menamakan Pabelan) adalah keahlian Nuri. Mau keluar dari antara bebatuan belakang alamsyah, ok. Mau lewat ruang tamu, terus ke arah utara, bukan hal asing. Apalagi lewat Munawar atau kolam renang, rasanya mata kaki Nuri sinyalnya sangat kuat jika lewat situ.

Sayangnya, karena semua ini karena disersi, alias kabur, maka jangan harapkan oleh-oleh darinya. Ini wajar, karena jika membawa oleh-oleh, tentu bisa menjadi "jejak kriminal", yang bisa membuat bakem menelisik lebih jauh. Maka demi keamanan, tentu dalam hati Nuri selalu berkata: "maaf sahabat-sahabat era, bukan aku tak mau membawa oleh-oleh, tapi keadaanlah yang membuat aku seperti ini. Bisa-bisa aku dipanggil di mesjid jika ketahuan membawakan oleh-oleh bakso mekar sari, padahal aku tak izin ke Muntilan".

Kalau yang gonta-ganti pacar juga ada,tapi tentu tak etis juga kalau kita sebut disini. Yang jelas sepertinya gonta-ganti pacar bagaikan pergantian 4 musim. Kami yang belum pernah atau tak punya pasangan hanya bisa terbengong-bengong. Mungkin dalam hati, ada yang sok suci, tapi tentu juga ada yang minder. "Aduuuh....dia kok laku keras, aku kok sepi dari daya tarik ya?".

Tapi senyatanya, terhadap teman era itu, teman-teman yang jomblo, bisa banyak belajar. Belajar bagaimana bisa mencintai laki-laki, belajar membalas surat cinta, dan tentunya belajar gimana caranya "meeting" alias dan tentu saat-saat yang aman untuk wakuncar.


Ternyata dari teman tadi itu, kita juga bisa tahu "isi pacaran" itu apa aja. Wallahu'alam, apakah yang diceritakan pada kita adalah fakta, atau hanya imajinatif dari seorang santri remaja yang lagi jatuh cinta. Hanya kami-kami yang juga mulai beranjak remaja kadang hanya berucap dalam hati: "hiiii....apa betul emang begitu??". Sssttt.....tapi yang ini jangan terlalu ditafsirkan macam-macam, karena yang diceritakan teman tadi paling-paling tentang salaman an jabat tangan dengan sang pacar.

Nah...kalau yang tekun, lurus, alim, diam, penuh "jaim" (hehe...) ada Nina, Maemun, Yul, Zuma, Ambar Chasiyati. Teman-teman ini, betul-betul istiqomah. Di kelas gak pernah ribut, anteng dan yang jelas bukan biang onar. Tertawa secukupnya, berbicara dengan suara lirih, seakan-akan dengan suara lirihnya semua sudah mendengar. Maka jangan heran kalau catatan mereka rapi, buku mereka lengkap tak pernah hilang. Khusus yang ini, menjadi tempat sandaran teman-teman saat ujian. Dulu belum banyak dan masih susah foto copy, jadi buku mereka menjadi referensi bagi teman-teman yang malas mencatat dan akan mencatat di kemudian hari saat kesadaran belajar muncul.

Bicara biang onar, era gudangnya. Ada Lily (nih ngaku pertama, hehe...), Yuni, Fatra (yang ikut-ikutan), Neni, dan beberapa lagi yang lain. Saking seringnya buat onar, pak Rajasa yang saat itu jadi wali kelas(mungkin sudah sering dapat laporan) memanggil kami-kami ini ke ruang guru. Akhirnya dengan langkah gontai (saat itu nyadar kalau sering buat onar) kami memenuhi panggilan pak Rajasa.

Dengan wajah yang tertunduk antara takut dan sadar kami, pak Rajasa dengan penuh wibawa menasehati kami panjang lebar. Mulai dari kewajiban santri sampai sikap yang baik pada guru. Yuni yang saat itu diam diminta pak Rajasa untuk bicara. Mungkin dalam benak pak Rajasa: "giliran di kelas kamu ribut, giliran diberi kesempatan bicara kok diam aja".Akhirnya pak Rajasa bicara ke Yuni: "Yuni, kenapa kamu diam?" Sudah ditanyakan langsung pun Yuni tetap diam seribu bahasa dan tetap menunduk. Melihat kondisi yang denikian, saya akhirnya nyeletuk: "Maaf pak, Yuni lagi sariawan, jadi sulit bicara".

Saya yakin pak Rajasa yang saat itu sebagai guru Tarbiyah, tahu betul bahwa ini adalah bagian dari keisengan saya. Tapi apa hendak dikata, sebagai pengalaman pertama bagi beliau menjadi guru wali kelas, ini merupakan tantangan terberat. Tapi semua sama-sama belajar. Kami belajar menjadi murid dengan "sok" gagah dan bergaya, pak Rajasa belajar menjadi guru idola dan dicintai murid serta menghantarkan murid-muridnya menjadi manusia berguna.

Akhirnya proses saling belajar itu, termasuk belajar "onar" dan heboh,telah menghantarkan kami anak-anak era menjadi anak-anak dengan beragam profesi dan aktifitas. Insya Allah walau harus melalui "sakit sariawan", jasa pak Rajasa akan selalu kami kenang. Terima kasih pak Raj...ilmu yang bapak berikan telah menjadikan amal jariyah bagi bapak. Amien...... (Ly)


(salam damai...tak boleh marah, tak boleh dongkol. Wajib senyum simetris!!! Kiri dan kanan bibir harus sama. Jika gak sama itu tanda senyum tak ikhlas, hehe......)

Label:

11 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

Pengalamanku ketika diajar oleh Ustadz Rajasa Mu'tasim dg mapel Tarikh Islam fine2 aja ! walaupun berlangsung pada jam ke V, disaat mata mulai terkantuk oleh buaian angin sepoi2 yg masuk dari celah2 kelas waru, dan perut yg keroncongan karna ingin segera diisi, namun dgn semangat yg ditunjukkan oleh Beliau, kita2 yg menjadi murid, bisa betahan dan mampu melewati disaat menit2 krisis tersebut, terima kasih Ustadz, Jazakallah khairon katsiro....AR

23 April 2009 pukul 09.51  
Anonymous Anonim mengatakan...

Ly..senyumku seimbang lho antara sudut bibir kanan dan kiri. Itu tandanya aku ikhlas, malah tak berhenti tersungging terus. Oke, aku fine2 aja dijuluki si ratu kabur. Di banding temen-temen aku akui deh memang sering kabur. Karena temen kaburku suka ganti2. Kalau itu ke itu juga temen kaburku, berarti intensitas kaburnya sama dong.(he..244X) Kapan2 aku buka kartu deh kenapa aku kabur dan ngapain aja. Untuk Pak Rajasa, maaf....atas ulah kami dulu, karena walau sedikit, ada aja keisengan kami terhadap bapak./nj

23 April 2009 pukul 16.57  
Anonymous Anonim mengatakan...

Aku sebenernya ada tulisan ttg kenangan buandelll thd guru-guru...malu mau postingnya.... padahal mungkin pak Rajasa, pak Fuad dll akan terhibur (sambil teringat kekesalan)pada kami saat itu. Tetapi bener, beliau ini yang nggulowentah (merawat dan menumbukan kita) dengan hati yang elastis.... sembah nuwun guruku../yc

23 April 2009 pukul 21.44  
Anonymous Anonim mengatakan...

Maafkan dan ampuni kami wahai guru2 kami. Sesungguhnya kami adalah santri2 dan murid yang baik, taat, patuh dan terpenting kami sangat mencintai kalian..karena kalian adalah guru2 terbaik kami, yang pernah kami temui di dunia ini..ftr.

24 April 2009 pukul 10.25  
Anonymous Anonim mengatakan...

kalau aku boleh mewakili Ustadz Rajasa Mu'tasim, rasanya terbayar sudah kenakalan anak2 Angera dimasa lalu dengan melihat keberhasilan pada profesi masing2 anggotanya hari ini, dan yg bikin trenyuh & bikin hati greges....dah nakal ga karuan tapi belum ada prestasi yg mampu diperlihatkan, bukan begitu Ustadz? Afwan........AR

24 April 2009 pukul 16.33  
Anonymous Anonim mengatakan...

aQ pribadi sih..jujur aQ banyak dosa sama ust Rajasa...banyak salah deh gak terhitung...maaf ya ust???lahir batin..
Ust kan orang nya baek sedunia...
pemaaf, murah senyum...hik4567/MS

25 April 2009 pukul 20.34  
Anonymous Anonim mengatakan...

Bu Kaji, minta maafnya tuluskan..? bukan karna mau ngajak besanan, lalu minta maaf sekarang....HIK 4567 (AR)

26 April 2009 pukul 20.10  
Anonymous Anonim mengatakan...

hik4567....
AR jangan mojokin aQ sepertu itu disini...maluku aahhh...orang2 jadi pada tau...{benernya sih iyyyaaa}

M.........S........

27 April 2009 pukul 07.18  
Anonymous Anonim mengatakan...

gampang bu kaji ! klo tidak mau malu beneran, kan di angera ada jadwal meeting ikpp jogya, datang aja pas lagi ada acara, disitu bu kaji bisa bersalaman sambil mengucapkan minta maaf atas kejadian yg lalu kepada pa' Rajasa Mu'tasim, dan bilang Insya Allah kedepan ga' lagi2 dech pa....! mudahkan.......! gitu ajjah ko repot...AR

28 April 2009 pukul 16.49  
Anonymous Anonim mengatakan...

hik4567.....
Gak usah di tanya masalah pengakuan dosaQ ke pak Rajasa...
sepertinya udah clear tuhhh!!!!
WeeEEkkkKKK.....keceleeee/MS

29 April 2009 pukul 06.56  
Anonymous Anonim mengatakan...

yah....itukan karena kebesaran jiwa & kesabaran Beliau yg tidak ingin memperpanjang masa lalu, aku juga yakin, bu kaji dimasa lalu hanya butuh perhatian dari orang2 yg benar2 mengerti akan pendidikan & kasih sayang dari orang2 yg akan membuat murid2 akan lebih meningkat pengetahuan & Ilmunya....jadi gimana...? masih semangat untuk besanan dengan Beliau ? AR

29 April 2009 pukul 11.22  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda