Rabu, April 29, 2009

‘PERSETERUAN’ SAYA DENGAN GENERASI ERA

Oleh: Radjasa Mu’tasim

Kisah yang di upload di Angera81 tentang ‘Era vs Pak Radjasa…’ menggelitik saya untuk menanggapinya, karena telah mengingatkan kembali sekian banyak cerita ‘lucu-lucu’ tapi penuh makna yang telah lama terpendam dalam ingatan. Selama 5 tahun saya membersamai ‘generasi era’, dari mereka masih imut-imut di kelas III (coba lihat foto mereka), hingga mereka nampak dewasa, cantik-cantik, dan matang, saat mereka jadi guru praktek sambil ‘kuliah’ di IPM dulu. Dalam rentang waktu yang tidak pendek itu, berturut-turut saya masuk kelas mereka tanpa ada jeda (kelas III,IV,V,VI dan IPM). Maka, generasi era-lah yang paling banyak mengukir cerita suka-duka dalam pada diri saya, dibanding generasi yang lain ketika sama-sama belajar di Pondok Pabelan. Biasanya, saya dan juga ustadz yang lain masuk di kelas yang sama hanya setahun atau dua tahun saja. Ini lima tahun berturut-turut, mungkin hanya bisa disamai oleh Pak Kodrat, guru aljabar yang hampir masuk di semua kelas krn tidak ada ustad lain yang menguasai ilmunya.

Waktu itu, pertengahan th 1980an, saya masih kuliah di IAIN Yk, jadi masih bertemparemen mahasiswa yang tentu saja labil. Biasanya Pak Kyai Hamam hanya menunjuk ustadz yang sdh berkeluarga, atau minimal sdh menggondol gelar SARMUD (dianggap sdh matang) untuk mengajar di kelas puteri. Anehnya, waktu itu saya masih duduk di tingkat dua. Ini beban psikologis yang amat berat. Apalagi dalam mata pelajaran Tarbiyah, pelajaran yang semula langsung dipegang oleh Kyai Hamam sendiri, kemudian dilanjutkan oleh Ustadz Habib Chirzin yang hijrah ke JKT. Kedua beliau adalah sosok guru yang mumpuni dan saya kagumi, sampai sekarang. Saya duga penunjukan saya karena situasi… ‘tak ada rotan akarpun berguna’. Saya pikir ini telah melanggar prinsip ‘the right man in the right place’. Apa boleh buat. Boro-boro bisa membimbing ‘gerombolan’ anak-anak yang lagi puber itu, saya sendiri kayaknya juga sedang mengalami masa puber yang terlambat datang. Bisa dipastikan proses pembelajaran berlangsung penuh dengan ‘konflik’, seru banget….Tahun-tahun pertama, setiap saya akan masuk kelas keringat dingin selalu mengalir di sekujur tubuh…Anak-anak seperti tahu apa yang saya alami, maka mereka selalu menggoda dengan berbagai cara, mungkin mereka senang melihat ‘guru muda’nya salah tingkah… Kalau sekarang saya mengenang masa-masa itu, hanya bisa tersenyum… dan tertawa….. kemudian heran sendiri, kok bisa, ya , dulu begitu ?

Tapi, kesempatan yang diberikan Kyai Haman kepada saya itu sungguh luar biasa, karena dari situ saya banyak mendapatkan pengalaman berharga, sangat bermakna bagi masa depan saya sebagai guru, dan sekarang sebagai dosennya guru-guru dan calon guru. Entah sudah berapa ratus guru yang mengikuti pelatihan saya, dan mahasiswa calon guru yang mengambil matakuliah saya di fak Tarbiyah yang saya pameri beberapa fragmen pengalaman saya di Pabelan tsb.

Cerita yang diupload di Angera81 hanyalah sebagian kecil dari pengalaman dan perploncoan yang saya alami sebagai ustadz muda yang mengajar kelas puteri di Pondok. Pengalaman membersamai generasi era, kumpula anak-anak yang ‘kesepian’ yang haus kasih sayang, dan sedang mencari identitas itu, kalau saya tulis semua bisa jadi novel ‘Laskar Pelangi’ versi pondok, atau Koko Chan versi santri. Sayang, saya tidak bisa menulis novel.

Saya akan perjelas saja apa yang sudah diupload itu, kejadiannya begini; saya masuk kelas III A1 yang dihuni anaka-anak istimewa. Saya sudah siap dengan I’dad yang rapi, tidak keinggalan baju putih berdasi… dengan pikiran; para santri pasti akan memperhatikan saya. Saya berusaha pasang muka serius agar kelihatan berwibawa, e… ternyata jauh panggang dari apai, mereka malah pada rame. Saya coba lebih serius lagi… tidak ada pengaruhnya… Saya ketok-ketok meja, minta perhatian, diam sebentar kemudian rame lagi….Saya kehabisan akal,…. keringat di dahi mulai mengalir, baju pun terasa dingin oleh keringat yg muncul dari belakang. Saya mau lari saja tinggalkan kelas itu, tapi takut ketahuan Pak Kyai. Bagaimana jadinya kalau Pak Kyai tahu saya tidak betanggung jawab, meninggalkan kelas begitu saja. Maka, tidak ada jalan lain, saya harus cari siapa biyang keladinya, akan saya marahi habis nanti di kantor, biar tahu rasa. Saya temukan di baris tengah ada anak-anak yang selalu tidak bisa diam. Sekitar lima anak, yang saya ingat adalah Lily, Yuni, Fatra, Nuri (?), Ida (?), maaf kalau salah sebut. Lalu, saya tunjuk mereka dengan suara yang semantap mungkin, agar mendapat perhatian. Mereka saya instruksi untuk datang ke kantor pada waktu istirahat, nanti. Saya pikir, kalau mereka dipanggil akan takut, dan selanjutnya bisa diam….. Dasar ustadz muda, yang dipikir bagaimana menakuti-nakuti murid.

Mereka memang anak-anak cerdas, wah, saya dikerjain habis…. di depan pura-pura takut sampai tidak berani bicara, seperti Yuni itu, mereka tertunduk sopan dan mendengarkan semua apa yang saya katakan ….. Setelah mereka datang ke kantor itu, saya merasa puas, dada merasa lega sudah mengeluarkan uneg2 yang mengganjal, apa yang saya inginkan terkabul. Mereka nampaknya juga puas, aktingnya berhasil, apa yang mereka lakukan sdh bisa meredam kemarahan guru muda sehingga konflik tidak berkepanjangan. Hari berikutnya saya masuk kelas seperti biasa. Tapi masih saja tidak bisa hilang selalu degdegan menjelang masuk kelas. Khawatir akan dikerjain lagi…. Walaupun riak-riak kecil kadang masih muncul dalam interkasi saya dengan mereka …..hari-hari selanjutnya, secara keseluruhan, berjalan dengan penuh tawaria selama lima tahun, ya lima tahun.

Saya sekarang semakin yakin, bahwa anak ‘nakal’ tidak selamanya jelek. Biasanya justeru menyimpan potensi yang besar. Ternyata anak-anak yang saya anggap biang keonaran itu, adalah anak-anak yang berprestasi, mereka meraih nilai dengan predikat ‘positip’ rangking atas di kelasnya. Walaupun tidak bisa mengalahkan, yang saya ingat, si pendiam dan serius; Maimunah dan Nina Muidah tapi tidak mengurangi bobot prestasi yang mereka raih. Kini, setelah mereka jadi orang tua, yang pendiam, yang ramai, yang suka kabur, yang suka melawak, yang ganti-ganti pacar (siapa ya ?) semuanya berkembang dan berproses menjadi orang yang berguna. Mereka telah mengukir sejarah di tempat masing2. Syukur Alhamdulillah.

Saya masih menyimpan banyak cerita tentang generasi Era & Angkasa dan generasi yang lain. Mudah-mudahan bisa saya ceritakan kembali di lain kesempatan.

Sumberadi Asri, 25 April 2009


Angera:

Terima Kasih atas tulisannya. Kami berharap masih banyak lagi coretan-coretan dari bapak untuk kami. Sepertinya pak Rajasa harus dipancing dengan tulisan era "vs" pak Rajasa dulu baru bisa keluar kenangan-kenangan lama kami. Hehe....ayolah pak.... (hehe....sampai sekarang kok masih "bandel" ya pak, masih suka maksa-maksa)

Label:

24 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

Ustadz Rajasa Mu'tasim, jujur ini satu pengakuan yang belum tentu didapatkan dari Ustadz2 manapun yg pernah mengajarkan kita dengan segala keadaan & situasi, tapi sekarang Ustadz dapat tersenyum lega, karna kenakalan Era & Angkasa Insya Allah sudah terbayar ya Ustad, dengan melihat keberhasilan mereka dibidangnya masing2, jangan lupa Ustadz akupun murid yg pernah diajar Ustadz, walaupun mungkin sudah terlupakan, Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan kekuatan pada Ustadz dalam mencerdaskan kehidupan bangsa & Jazakumullah khairul Jaza'....AR

29 April 2009 pukul 10.45  
Anonymous Anonim mengatakan...

Aduh pak Rajasa, saya awalnya terpingkal-pingkal sendiri dengan rasa campur aduk, rupanya mengundang suami saya untuk ikut membaca..dan kami tertawa ramai... pak Rajasa ini memang ustaz istimewa, sangat demokratis dan melebur sekali..... kalau mau jujur, 1/3 dari diri kita terutama saya pribadi adalah dibentuk dari guru-guru hebat macam pak Rajasa yang menjadi orang tua selama 7 tahun.... luar biasa. Mohon maaf dan penuh hormat saya haturkan terimakasih. Setelah ini saya akan upload betapa bengalnya Era saat itu tehadap guru/yc.

29 April 2009 pukul 12.50  
Anonymous Anonim mengatakan...

Hahaha.....Ustadz, sekarang masih bisa kok ngasih iqob mereka. nanti saya bantu deh... kalau ada reuni kita kerjain yah....
eh...tapi waktu itu diantara mereka gak ada yang ditaksirkan...?he he CECEP S

29 April 2009 pukul 14.54  
Anonymous Anonim mengatakan...

Aduk pak, dari awal saya baca hingga akhir, saya tersenyum bahkan menahan tawa sampai tegang malah perut saya. Saya kira bapak klarifikasi gimana..gitu. E nggak tahunya gaul banget. Nggak jaim (jaga imej). Pengakuan apa adanya. Kami lihat bapak memang seperti itu dulunya, makanya enak banget untuk digodain (bukan ngerjain, maaf...ya Pak). APalagi gaya ngajar bapak yang beda. Pokoknya top banget deh. Kami tunggu lagi ya, penggalan kenangan lainnya tentang generasi kami yang sama-sama kita rasakan, saling menyatu.
Seperti kata kang Cecep, saya yakin pasti ada yang bapak taksir saat itu diantara kami, makanya bapak deg2an, panas dingin. (Pokoknya mbak Mang nggak boleh marah ya?) Jujur pak, ayo ngaku.
Di atas segalanya, lagi-lagi kami sangat berterimakasih atas jasa bapak yang tak terhingga dulu, dan tentunya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kenakalan kami dulu./nj

29 April 2009 pukul 16.18  
Anonymous Anonim mengatakan...

sepertinya yang paling banyak dosa ke pak Rajasa kamu deh NJ...harusnya ketemu langsung sungkem ke rumah beliau loh...buat pengakuan dosa.
jangan lupa bawa oleh2 dari Riau,awas loh jangan tangan kosong...jangan buat aQ malu..hik4567

kalo aQ gak da catatan buruk ya pak???aQ kan murid pendiam, tekun, sholekhah...ya kan???{kita kan pren Pak, jangan di ungkit masa laluQ yang baik itu ya???aQ takut jadi sombong...please deeehhh}hik4567/MS

29 April 2009 pukul 16.36  
Anonymous Anonim mengatakan...

mba Nuri akan minta maaf sambil nangis boombay nanti pada saat reuni menurut rencana th 2010 iya kan mba? klo bu kaji kaya'nya sesegera mungkin, karna mo ngajak besanan, apa perlu aku dampingi....AR

29 April 2009 pukul 17.04  
Anonymous Anonim mengatakan...

sepertinya waktu kemaren ketemu di Pabelan Q uda minta maaf deh n bersalaman sama Pak Rajasa..coba deh nanti di tanyakan kalo AR gak percaya n gak puas...n beliau bilang sih aQ bersih tanpa noda n dosa...karna selalu pake 'so klin' hik4567
malah aQ di kasih duit untuk reuni...tu kaaannn Pak Rajasa baek sama aQ..karna aQ murid baeknya juga...sama2 orang baek gak boleh saling mendahului...{gak nyambung yaaaa}hik4567/MS

29 April 2009 pukul 18.53  
Anonymous Anonim mengatakan...

Terhadap ustadz Rajasa, saya ingat dg motor hondanya. Saya dan Gh Alor suka memanfaatkan motornya bila beliau sedang ngajar. Motornya ia parkir di depan kantor ustadz senior samping Alhamra. Begitu beliau ngajar dan kelas kita ( antara klas 4 dan 5)kosong langsung deh kita manfaatin tuh motor untuk seliweran di sekitar kelas bamboo. Menghidupkannya cukup dg kunci lemari (sunduuqun). Dan dg motor ini pun saya pernah membawa kemuntilan boncengan ber3 (Imron doinya Nurul arab dan Fuad arab jkt) sekitar jam 7 malam dan diempriit ama polisi patroli pake kijang pickup ditengah jalan (sekitar tugu bamboo) mau kemana? mana surat motor dan simnya? tanya polisi. Jawaban saya, ma'af pak kita ada keperluan kerumah sakit dan kita santri pak kyai Hamam pabelan. Pak polisi pun bilang iya udah jalan dan hati2 ya! Alhamdulillah. Motornya masih ada nggak Tadz? CC

29 April 2009 pukul 20.57  
Anonymous Anonim mengatakan...

Ustadz Rajasa bagaimana ga baik coba...? motornya aja dipake tanpa izin aja Beliau ga marah, dan ini sampai mengundang rekan kita yg lagi di Amrik ikut bertestimoni ria tentang kenakalannya, oalah Ceng...! Alhamdulillah itu motor ga dikandangin sama polis, coba kalo dimasukan kandang mo ngomong apa? inilah Ustadz... potret kejujuran santri2 yg pernah belajar dan diajarkan Ustadz baru bisa berbicara sekarang, walau pernah juga terdengar bagaimana Ustadz bisa berlaku keras dengan anak yg suka melanggar disiplin diperiode Ka' Anhar KB, Muaidi Ahmad, Ali Itonangar, Study Rizal dll. selayaknya kita2 yg dulu memiliki kesalahan tidak ada salahnya sambil bernostalgia kita minta maaf direuni 2010 mendatang, terima kasih Ustadz, doa kami menyertai & salam untuk bu Maria Nurhayati....AR

30 April 2009 pukul 10.11  
Anonymous Anonim mengatakan...

Pak Rajasa, pengakuan Cc ini baru dengar atau emang udah pernah dengar? Wah kenakalan ini melebihi kita-kita. Kriminal tuh Cc. Btw udah pernah minta maaf belum sama Pak Rajasa? Walau baru denger, aku yakin pak Raj pasti langsung memaafkan. Salut juga buat Cc, ngekuinnya secara jujur. Apa masih ada lagi kenakalan lainnya yangberhubungan dengan Pak Raj? Ayo Cc, mumpung pintu maaf sedang dibuka selebar2nya. Oya, mana cerita lainnya?nj

30 April 2009 pukul 16.39  
Anonymous Anonim mengatakan...

Pertanyaanya masih nakal juga, ya Nj, Cecep ikut-ikutan lagi? Yang jelas saya gak singan sama Cecep. Saya balik saja, diantara Angera ada kan yang naksir saya? Hayo ngaku…. Soalnya pada suka Caper (Cari perhatian). Satu-satu….. sudah impas sekarang. AR, YC, MS, apresiatif, syukran. Dan CC besuk kalo ketemu di Pabelan, kamu hrs ganti bensinnya….. (RM).

3 Mei 2009 pukul 22.56  
Anonymous Anonim mengatakan...

semyum bapak membuat jantungku selalu berdenyut kencang..bagai genderang...mau perang...hehehe
bahkan saking terlenanya pelajaran lewat saja, tahu2 sudah bel berbunyi...teng..teng...teng..
lho!!!!ternyata pelajaran hari ini adalah menikmati senyum sang guru yang mempesona..hehehe
gimana mau pinter,kalau murid seperti aku semua.
makasih banget bapak Rajasa,bapak sangat berjasa buat aku...B3

4 Mei 2009 pukul 08.19  
Anonymous Anonim mengatakan...

Hahaha..afwan ustadz...saya ikut-ikutan hanya mau adaptasi dengan komunitas 'nakal' saja.... ehem..kalau saya kan ustadz tahu sendiri, santri dengan predikat "terpuji"
o..ya tentu ustadz tdk saingan dng saya, waktu itu kan saya belum puber he he he....
Siiplah ustadz... tulis lagi yg lain. kalau ustadz yg tulis menjadi wajib ain bagi saya untuk ngomentari. Cecep

4 Mei 2009 pukul 10.28  
Anonymous Anonim mengatakan...

suka deh pak Raj ikut gabung di angera, saya jadi semangat untuk ikut berkomentaria...seperti dapat BBM deh...at vitamin...at.....hehehe

4 Mei 2009 pukul 10.37  
Anonymous Anonim mengatakan...

Tulisan Pak Rajasa memancing kita2 yang pernah "berdosa" dengan beliau tuk membuat pengakuan (CC mantap!). Maafkan kami pak Raj, maafkan kami guru2.. Kang Cecep, AR, ayo ngaku juga! hehe. Ftr

4 Mei 2009 pukul 15.09  
Anonymous Anonim mengatakan...

Tu, kan? Langsung ada yang ngaku tuh Pak Raj, B3. Nggak tahu, kan? Maaf ya Pak, kami tak bisa memberitahu. Bapk korek saja sendiri. (Sebenarnya sih kita2 juga nggak tahu, he..135X). Tapi pengakuan B3 itu membuat yang lainnya jadi 'ngeh'. O..ternyata ada juga saingan yang suka dengan Pak Raj. Pantes saja setiap pelajaran bapak semuanya jadi bergairah. Kesetrum dengan teman-teman yang berdegup kencang + bapak yang suka salting. Tapi kami bahagia dan agak kaget juga, pas dapat undangan pesta Bapak dengan Mbak Mang. Kapan pacarannya? Kami hadir lho pada nikah bapak dulu. Nggak ada fotonya ya pak. Kalau ada kita tampilkan yuk di blog, pasti seru./nj

4 Mei 2009 pukul 15.36  
Anonymous Anonim mengatakan...

Oya, Pak Raj, kenapa Cecep ngakunya nggak bersaing dengan Bapak? karena dia udah dapat salah satu dari kami anak Era. Ayo Kang Cep, apa perlu kami sebutkan di sini? Ntar deh, foto berdua aja kami upload ya? Sekalian gitu. Jangan marah lho ya./nj

4 Mei 2009 pukul 17.41  
Anonymous Anonim mengatakan...

Kang Cecep, kura2 dalam perahu Ustadz...! padahal dia yg main mata lebih dulu...tapi ya sudah sekarang kita tunggu aja ke"jujur"annya lebih mendalam.....for mba Nuri, aku ada fotonya waktu acara itu....hanya takut mba meradang, karna dalam posenya mba Nuri memakai konde diatas kepala bukan dibelakang.... gimana mba di scan jangan...? AR

5 Mei 2009 pukul 11.45  
Anonymous Anonim mengatakan...

Ck ck ck.... tulisan ustadz betul-betul memiliki magnit yang lauar biasa. buktinya sampai saat ini masih saja dibaca dan dikomentari. para bloger angera begitu membukanya, kayaknya langsung menluncur ke ekor tulisan ini.wah wah wah..

Tapi benar kata ustadz Rajasa.... anak-anak ini memang nakal dan masih nakal. Seperti politikus ulung mereka bisa memanaskan sesuatu yang adem dan meng-ademkan hal yang panas. kayaknya mereka juga bisa membalikkan opini....dari "perseteruan ustadz dengan generasi angera" menjadi seakan-akan perseteruan ustadz dengan saya. Wah... kita harus segera koalisi nampaknya ustadz...ha ha ha....
masalah siapa no wahid atau siapa wakilnya nanti diatur belakangan. CECEP

5 Mei 2009 pukul 12.45  
Anonymous Anonim mengatakan...

Betul mbak NJ...dengan salting nya pak Rajasa itulah aku jadi "ndlongop"....{bahasa Indonesianya apa ya "ndlongop itu mas AR??? aku wes lali je saking suwene neng kutho jowo...hehehe}
pak Rajasa itu nggemesin gitcu loh!!!!...pingin nyubiiittt deehhh...hehehe
Mas Cecep....
kalo gak salah tebak yo...sampeyan itu kan sama mbak YK itu toh????
bukan Yogyakarta loohhh!!!! YK {PT.Yaya Sakarta yayaya....hehehe}
aku juga punya foto ber_2 sama dianya mas Cecep looohhh....B3

6 Mei 2009 pukul 16.36  
Anonymous Anonim mengatakan...

Pak Raj.... Kita berdamai ya pak???hik4567

Kang cecep...
boleh kan di buka????
kan udah jamannya buka2an????hik4567/MS

7 Mei 2009 pukul 07.37  
Anonymous Anonim mengatakan...

Ya, MS. Kita memang pingin damai, sejatera,.. bahagia selamanya...Tapi, Ini bgmn sih,saya dan angera sdh impas satu satu, kok masih ada yg nohok lagi, (B3)?. Ampuuun. Jangan ngaku lagi, ya....biarlah skor sekarang 2-1. Gak apa-apa. Saya ngaku kalah saja ngadepin angera.... (rm).

7 Mei 2009 pukul 08.12  
Anonymous Anonim mengatakan...

Begitulah Angera pak....tapi swer diriQ lah yang paling sholekhah diantara mereka pak....
buktinya aQ gak pernah kerjain bapak...hanya "mbathin...mbathek"..hik4567

B3...,jujurlah...
jangan buat guru favoritQ gak bisa tidur nih gara2 komentare sampeyan iku...di tunggu 24 jam non stop dari sekarang lho!!!!hik4567

pak Raj...nanti aQ lacaknya deh...aQ kan murid yang sholekhah, baek hati n gak sombong...buat bapak beres deeehh...gak di pungut biaya transport...hik4567/MS

7 Mei 2009 pukul 11.33  
Anonymous Anonim mengatakan...

klo aku disuruh buat pengakauan apa ya....? kayanya aku fine2 aja selama menjadi muridnya Ustadz Rajasa, dan ketika Beliau ngajar waktu itu aku kelas satu dan masih amat sangat polos...jadi belum terkontaminasi oleh hal2 seperti kejadian2 di angera, jujur waktu pertama masuk pondok dan diajar oleh Ustadz, facenya Ustadz itu mengingatkan aku pada familiku, memang ga lama Ustadz mengajar karna waktu itu masa transisi, hanya 3 bulan...begitu lho mba Fatra...for B3 (Bukan Bintang Biasa) apakah dirimu Raffi Akhmad/Dimas Beck/Chelsea Olivia/Laudya Chyntia Bella/ Ayu Sitha ? Ndlongop = Melongo sambil tertegun....AR

7 Mei 2009 pukul 16.52  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda