Urat Guru terulur di kelasku (1)
Tulisan ini dibuat sejak Juli 08, disuatu sudut sepi Leiden saat terharu melihat wajah-wajah sang guru-guru yang maha berjasa dalam foto reuni Angera. Tiba-tiba ingatan dipaksa mengaku malu terhadap kebadungan masa lalu, yang pasti pada masanya menyesakkan banyak pihak tetapi sayang untuk tidak diceritakan sebagai ungkapan rasa bersalah dan refleksi pola edukasi kita semua. Tadinya maju mundur mau mengupload, tapi tulisan dari pak Rajasa menjadikan saya berani mengupload, karena "penerimaan" beliau bahwa murid bandelpun harus dicinta.
Kerudung putih panjang kulilit dua kali, tampak belakang bersilang simetris, tapi tampak depan hanya bertahan rapi semenit, selebihnya mletat-mletok ketarik gerak kepalaku yang susah anteng. Kain sifon kerudung ini semriwing tapi juga manja, minta sering dicuci kalau tidak ingin ada aroma tak diharap. Tanpa tas, tanpa tempat pensil! Buku-buku tak bersampul dipeluk, jalan lewat tangga asrama Mentari, Flamboyant, Anggrek Bulan, turun tangga, dan sampai sudah dikelasku, kelas garasi yang sesekali akur gantian sama VW pak kyai.
Guru? Ini istilah Sanskrit yang bahasa Inggrispun tak mampu menggantikannya. Teacher? Tidak sepadan. Karena guru mucul dalam tradisi membentuk nyawa, sangat spiritual! Tapi kemahaan sang guru, harus bertabrakan dengan titah Tuhan juga bahwa masa remaja adalah masa suburnya pemberontakan, keusilan, over energi, penuh solidaritas dan meranumnya pubertas. Ini cerita-cerita jujur, malu diceritakan saat ini tapi heroik dan sedap dimasanya.
Dalam dua bulan saat itu, 2 guru sudah korbanku. Bulan-bulan berikutnya masih berderet... Kadang gosip “suluk terbalik”sering mengancam juga. Suluk adalah penilaian kelakuan baik, dan kalau sampai terbalik dari angka delapan bahasa Arab yang mirip V tengkurap, menjadi V telentang, alamat stempel madesu (masa depan suram), begitu istilah kami dulu!
Ada satu guru, pintar, lembut, keibuan...tapi alim dan normatifnya itu yang bikin jengah! Nggak klop dengan nyawa remaja kami! Pernah sekali aku teriak bilang nggak suka sama guru itu, persis kayak lawak Srimulat, sang guru dibelakangku! Ups! Pernah juga dia menangkap basah kami yang tengah duduk diatas meja sambil becanda lihat keusilan kelas kami. Ada yang gambar sisir tengkurap dan ditulis : Gigi Neni! Lalu kalau sisir ditelentangin ditulis “alis Aan”. Dua kawan kami itu kocak, dan segar terus kelas ini, kelas A, perpaduan antara santri yang dianggap lumayan atau nggak naik sekalian, tetapi amat sangat asik.
Sekarang cerita tentang guru lain lagi, guru laki-laki pengajar satu mata pelajaran yang mestinya menarik. Beliau datang hanya menyuruh kami gantian baca. Tidak ada keterangan yang berarti yang membuat otak kami terbuka. Lalu aku nyeletuk “kasih pengetahuan luar pak”. Lalu kompak teman-teman juga bersorak mendukung. Gaduh bak demonstran nuntut kenaikan gaji di pabrik Tangerang. Sang guru tak berkutik, lalu mata seram dan telunjuk hitamnya ngarah ke aku..”Kamu”! begitu hardiknya minta aku maju kedepan dan maksa menceritakan pengetahuan luar. Dalam hati, kenapa guru begini dipelihara di pesantren yang hebat ini? Aku minta dijelasin pengetahuan luar karena aku dan teman-teman nggak tahu, kami haus! tapi kenapa malah disuruh balik menjelaskan didepan kelas?. Yah..akhirnya aku cerita tentang Tapurnas (taman Purbakala Nasional Borobudur). Guru itu keluar tanpa salam. Temen-temen memintaku minta maaf kekantor guru. Aku bertahan tak mau! Dalam hati..apa salahku?. Pointku benar, bahwa guru itu harus optimal! tapi mungkin cuma salah cara! Seminggu gelisah seperti istri tentara nunggu suami dimedan tempur, takut dan serba tak pasti. Betul! Hari H pelajaran guru itu seperti pesakitan dapat vonis. Menit ke menit aku hitung…seperempat jam, setengah jam..tidak datang juga. Mata teman-teman memandangku dengan senang karena tidak belajar tapi juga menekan tanpa kata agar aku melakukan sesuatu yaitu: Minta maaf!! Aku bingung antara solider kelas dan merasa gengsi meminta maaf. Tinggi sekali hatiku saat itu! Kacau!! maklum anak ABG. Tapi pikiran remajaku yang meletup-letup saat itu kok merasa susah mengaku salah ! Aku berhak kan ingin pintar ? Aku tidak salah kan berharap guru memintarkan dengan pengetahuan luar karena itu pelajaran IPS (sejarah atau geography)? Sampai minggu depannya lagi, hari H tiba dan guru itu akhirnya datang..aku diam, tidak pernah menatapnya. Dia memaksakan diri untuk menjelaskan pengetahuan luar seperti yang kami tuntut. Dalam hati alhamdulillah...antara kasihan dan aku masih marah!
Satu guru lagi, guru yang kuliah di Jogja yang selalu minta murid-murid yang cantik SAJA untuk membaca. Nama-nama yang sama yang selalu diminta membaca..terus dan terus!! Lalu kebandelanku muncul, karena adaku ibarat tak ada! Jadi pas hari Minggu pelajarannya, aku dan beberapa teman bandel memilih nonton TV dirumah pak Roni belakang gedung Kalpataru. Ada acara TV, Anak ajaib dan Litte house in the prairie, untuk menunggu guru usai mengajar...Tuntas 2 acara itu kami tonton dan si guru tidak pula menanyakan kemana kami pergi. Nyaris hampir satu semester atau satu tahun begitu. Tak pedulinya sama dengan bahagia kami!! Jadi aku punya mata pelajaran tetap untuk hari Minggu! Kabur dan Nonton TV dibalik dinding kelasku. Jadi pelajaran geogafi atau sejarah tidak pernah didapat dari dia, aku dan beberapa temenku membaca sendiri, untungnya nilai rapot tidak jelek!
Keusilanku yang lain terhadap pak Kodrat guru matematika. Dia cerdas, unik dan super misterius. katanya dia hafal nama-nama gang di Amerika Latin..luar biasa!! beliau datang kekelas hanya menulis angka, tanpa salam, lalu diam meminta kita pakai nalar sendiri untuk memahami teka-teki angkanya. Ketika bell bunyi dia berkelebat pergi. Begitu terus..terus. Saking disiplinnya, kata kakak kelas pernah sedang mendiktekan satu kalimat “sungai amazon selebar....”, lalu belum tuntas sudah bell. Pasti murid-murid teriak “selebar apa pak..selebar apa pak...!!. Pak Kodrat bilang “selebar mulut kamu!!!”sambil dia jalan keluar tanpa expresi!.
Awal-awalnya aku bisa menghargai beliau, karena memang sudah sepuh. Tapi praktis nilai-nilai pelajaran yang dipegang beliau membuat nilaiku anjlok . Boleh kubilang hanya satu murid yang ajaib dari Riau yang telaten dan selalu bisa menyelesaikan teka-tekinya. Usilku kambuh! Aku jenuh! Lalu aku mulai nyorat-nyoret kertas bertuliskan macam-macam,lalu kutempel diam-diam dipunggung temen-temenku yang duduk didepan, dan pasti teman dibelakang pada ketawa-ketawa. Aku senang, kelas jadi ceria, muka temen-temen tidak terlipat lagi. Kupikir guruku pak Kodrat akan mematung seperti biasanya. Rupanya beliau langsung keluar! Murka! Dan aku seperti tercekik, merasa malu dan bersalah sekali, tetapi sesekali bicara dalam hati... aku salah bandel saat pelajaran, tetapi aku nggak punya cara untuk mengusir bosan. Tidak minta maaf kok aku disindir teman-teman. Dillema lagi! 2 minggu beliau tidak masuk...dan aku tidak ingat kenapa beliau masuk lagi? Pikirku dan doaku saat itu moga-moga guru ini memperbaiki caranya... karena nilai matematikaku dulu bagus dan anjlok gara-gara pola mengajar super ajaib begitu...Tapi sekarang, menyesal dan pasti minta maaf dengan berlutut. Apalagi beliau sudah tiada...selalu kalau teringat, lirih maaf yang dalam untuk guru yang hebat dan unik ini...(to be continued...)//yc
6 Komentar:
Nonton TV? He...he..bener yc, kita selalu nonton di dekat kalpataru. Namanya Pak ROni, ya? Kalau itu aku lupa. Tapi nontonnya nggak lupa. Karena sering banget, rame2 lagi. Itu jam sekolah ya, ampuuunnn deh, kok bengal banget ya kita dulu. Tapi semua itu menjadi indah untuk dikenang.nj
Membaca satu demi satu kalimat yg ditulis mba Yuni, serasa kita masih saja ada di Mbelan, ada saja kenangan yg memang membuat kita harus berontak dengan keadaan, usil dgn teman...bahkan guru sekalipun, disadari atau tidak inilah yg membentuk pribadi kita, kalaupun kenakalan yg kita ciptakan dahulu, sudah seharusnya kita lebih arif & bijaksana lagi menghadapi kenakalan anak2 kita sekarang ini, betapapun jeleknya itu adalah fotocopy kita dimasa lalu....pokoknya TOP ABIS DECH for mba Yuni, ditunggu tulisan yg lebih menggigit & membuka cakrawala dgn cerita jadulnya, boleh juga pengalaman asmaranya dgn Ainur Rofiq mba....monggo ! (AR)
Kayaknya gantian AR yang musti nulis nih....pengalamanmu bisa ditulis via komentar nanti kita yang upload. Pasti tuh banyak segudang rahasia asmara dan kebadungan dengan aneka guru dll yang harus dibuka untuk nostalgia bareng. Yang nulis bisa salah satu kita, tapi pasti pas mbaca serasa kita juga didalamnya....jadi ditunggu ya..kalau soal dengan AR "mantan"ku...beressss../yc
Ha ha ha ha......tulisanmu lucu, bermutu dan enak dibaca. Seharusnya Rudi Utomo mau mengadopsi 'true story' seperti ini untuk nara sumber pembuatan skenario "Santri Gaul" yang dia tangani. Ayo teruskan ceritamu, Bravo Yunche ! (ZMF)
Kalo "nj" paling ahli buat kita "hanyut", sedangkan "yc" paling ahli buat kita "mabuk", hati naik-turun berdegab-degub, apalagi kalo emang kita ada dalam cerita itu.. Mantap abis! Tuk Guru2 tersay.. Maafin kami...ftr
Thank compliment-nya ya pada...nulisnya pake peeling ..ehh filling..eh feeling....
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda