Senin, Maret 23, 2009

Guru-Guru IPM

Masih ingat dengan mereka? Bagi kwn2 angera yang sekolah di Pabelan sampai tamat hingga kelas 7 alias ngajar, kayaknya kenal. Mereka adalah guru2 IPM (Institut Pengembangan Masyarakat) Pabelan yang waktu itu diselenggarakan untuk santri kelas 7 (atau peserta luar karena hubungan kerjasama tertentu) yang salah satu tujuannya, menggugah "sensitifitas kerakyatan" santri. Nah bagi kita2 yang pernah diajar mereka, tentu masih terkenang2 gaya dan kekhasan masing2 guru
tersebut. Pak Mukhtar (dulu juga sebagai Lurah/ Kades Pabelan) dengan gaya "sersannya" (serius tapi santai), Pak Suryanto yang selalu senyum, lucu dan super sabaaar, Pak Fandi yang super ramaaah n Pak Jamal yang serius plus pendiam abis. Kemaren (minggu, 22/03/09) pas meeting Ikpp yk di rumah Pak Sur, mereka hadir serempak. Kebetulan Pak Mukhtar yang biasanya berdinas (NGO) di Aceh sedang ada di Yk sehingga bisa hadir. Pak Sur juga di NGO Yk, demikian pula Pak Afandi (di sela aktifitasnya yang lain). Sedang Pak Jamal saat ini lebih banyak ngajar, meski kesadaran kerakyatannya masih kentara. Kalo menerawang ke masa lalu saat kita di IPM, banyak cerita yang bisa dikenang.
Sahabat kita Uus (Uswatun Chasanah Semarang) ketemu jodohnya (Yasrif Tambusay) di Lembaga ini. Yuni akrab abis dg pengajar bhs Inggris wong Londo Jost van Hammel (ehm), Ida Munawaroh, Nuri, Maimun, Misri, I'anah dan aku sendiri ketawa-ketiwi entah kenapa. Diantara kegiatan yang masih kita ingat adalah kunjungan n dialog ke Pusat Pengkajian Pedesaan dan Kawasan UGM (bener gak?) yang waktu itu dipimpin oleh Mubiyarto n Lukman Sutrisno. Kita juga pernah ke desa binaan IPM. Pengalaman setahun berIPM ria, menggoreskan kesan tersendiri, sedalam samudera, seluas angkasa, selebar daun waru Pabelan ajaib, ehm..../f

Label:

10 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

aQ punya kenangan yang tak terlupakan sama pak Pandi, yang pasti aQ amat sangat berterima kasih
atas semua kebaikan n jasanya..
smoga beliau selau di beri kesehatan,amin....
bener kamu Fat...aQ belum pernah ngliat pak Pandi cemberut ato marah,
senyum beliau bisa meruntuhkan hati orang yang melihatnya...hik4567/MS

23 Maret 2009 pukul 19.36  
Anonymous Anonim mengatakan...

Yang aku ingat...malam-malam saat belajar, pak Van-di datang mengajari dan membawakan emping manis.

23 Maret 2009 pukul 23.21  
Anonymous Anonim mengatakan...

Mereka adalah orang2 hebat & dedikasinya tidak diragukan lagi dimata kita, spt pa' Mukhtar Abbas meski sibuk dengan tugas sebagai lurah tapi masih menyempatkan diri mengajar dan berbagi ilmu untuk kemajuan kita, contohnya betapa Beliau dkk. gigih untuk menaikan air sungai pabelan untuk kebutuhan pondok baik untuk mencuci & mandi santri dll, begitu juga dengan yang lain, semoga Allah SWT. memanjangkan usia mereka dalam taat kepada NYA amiiiiin (AR)

24 Maret 2009 pukul 10.26  
Anonymous Anonim mengatakan...

Siapa yang pernah dibawakan emping maniiiz? Pak Van yang mana nih? Hikhik. ftr

24 Maret 2009 pukul 14.17  
Anonymous Anonim mengatakan...

Fat, yuni tuh bukannya dekat dengan van joss (alm) itu. beliau udah nggak ada pas kita IPM. Kalau nggak salah yuni deketnya dengan yang membawa empingmanies itu. Siapa, ya???? Waktu IPM juga Hastin ditaksir dua cowok sekaligus, mudatsir kawan Yasrib dan Abi hurairah. Masih banyak kenangan pas kita jadi mahasiswa IPM. Seru abiz. AKu ingat juga pas aku jadi buronan, usai wawancara lurah jalan ke borobudur itu lho, Blabak ya. Lupa! Seingatku, pak Vandi juga yang nolongin. Aku juga ingin nulis serunya jadi buronan.(nj)

24 Maret 2009 pukul 15.56  
Anonymous Anonim mengatakan...

ayo dong bu nulis soal buronan..seru kayaknya....aku pernah dikerjain sama temen-temen sekelas jaman mau lulus, disuruh ngrayu pak Vandi buat bikin KTP atau keterangan apa gitu lupa... jahil banget manusi-manusia teman sekelasku tuh...huhh!!

24 Maret 2009 pukul 16.02  
Anonymous Anonim mengatakan...

Ya Ampun....ternyata bu RT pernah jadi buronan ? ya sudah bu RT ditulis aja, sekalian aja ditulis bagaimana ketika bu RT menjadi kaka' bagi Ghulam Achmad...kemana DIA ? terakhir saya dengar ada di Sumatra, setelah sebelumnya ada di Bandung, apa ketemu dengan bu RT disana ? ah terlalu banyak kenangan yang harus diuraikan...tapi ini semua bisa menjadikan kita menjadi kita sekarang Ok ! (AR)

24 Maret 2009 pukul 17.30  
Anonymous Anonim mengatakan...

Tu kan? AR juga tau hubunganku dengan Ghulam Ahmad. Siapa dikau AR? Oya, Ghulam sekarang di Batam. Aku pernah ngobrol sama dia dulu. Pas hp ku hilang, nomornya juga hilang. Sejak saat itu nggak pernah kontak lagi.
Saat jadi buronan, setengah hari ngumpet di sawah, bersembunyi ke muntilan jalan kaki dan malamnya baru ke pondok. habis diledekin. Cuma siapa ya temenku itu. Ianah? atau..aku lupa. Tak mungkin sendiri.(nj)

24 Maret 2009 pukul 20.15  
Anonymous Anonim mengatakan...

mba Nuri.....
MEMANG "BANDEL".
Aku pernah dapet bocoran katanya pernah pergi ber dua sama si M....
waktu itu udah ngajar, katanya beli buku tentang apa gitu di magelang dan di baca bergantian se kamar, saking bukunya agak serem, bukunya katannya di sampul ya untuk ngilangin jejak.
wah seserem apaan bukunya sih mba,
he he he/MP

25 Maret 2009 pukul 08.19  
Anonymous Anonim mengatakan...

Kaya,nya mba' Nuri ini multi talenta lho, dia bisa jadi santri yang lugu, bisa lari ke kali mbelan, jadi buronan,mba' guru, dan penulis yang handal, buktinya berkat tulisan itu seorang ibu pernah mendapatkan perahu secara gratis ketika tulisannya itu dibaca oleh seorang ibu pejabat, HEBAT ! katanya sih bakat tulis menulis didapat dari sukanya doi mengisi majalah dinding waktu jadi santri, sesuai pengakuannya waktu pertemuan alumni juni 2008 lalu /AR

25 Maret 2009 pukul 09.26  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda