Senin, Maret 31, 2008

Bapak dan Masjid Kita Yang Hilang

Foto koleksi Alfan
Nyaris setiap 6 bulan sekali, khutbah yang sama tentang etiquete diulangkan oleh bapak tercinta kita"KH.Hamam Ja'far. Tentang segalanya, dari cara makan,jalan,travelling,bertamu,bersahabat,dll. Kalau mengunyah, jangan buka mulut! bayangkan makan pakai telur, mulut terbuka. Kalau naik kendaraan, tidur tutup mulut! jangan smpai "pyoh"kena sampingnya! Kalau minta odol temen, jangan bilang "pinjam odol! itu minta namanya". Lalu kalau jadi tuan rumah harus : saguh (sanggup), gupuh (ramah),suguh (siapkan hidangan). Belum lagi cara beliau brainstorming kita bahwa : "makan yang paling enak adalah lapar", jangan tanggung-tanggung jadi orang, jangan jadi pencopet! jadi perampok sekalian! Lalu kita dibuat PD bahwa santri pabelan jangan sampai bawa map lamar kerjaan! kalian adalah pemimpin! Ya, mengiang terus! Beliau sudah tidak bersama kita secara fisik. Tapi beliau ada dalam nyawa kita, yang membawa kita hidup!
Foto koleksi Alfan
Masjid kuno yang dulu kharismatik dengan kebersahajaannya, tenang menyimpan sejarah berabadnya, dikitari kolam hijau tempat wudlu para sesepuh kampung..sekarang sudah tidak ada. Dibangun menjadi masjid rapi dan biasa! Pak Hamam sosok penjaga sejarah, asrama ancient reot dibiarkan menyambut didepan, masjid dibiarkan apa adanya, kolam kuno sebagai elemen penyejuk, kotor tidak peduli! karena wudlu dlm Islam tidak membersihkan fisik (tayamum kenapa pakai debu?), tapi ritual pembersihan nurani. Ciri khas masjid tua karya wali Songo selalu dengan AC alam kolam yang mengapitnya dengan bukaan lebar (makanya masjid survive kena tsunami). Sekarang ada beberapa yang berubah! Mungkin dirubah karena pertimbangan bijak lain! pasti! Juga alam (sungai pabelan sudah tdk deras lagi,karena Merapi), membuat air tidak sefoya dulu. Dibeberapa sudut tampak lebih rapi, ada juga yang berubah fungsi, ada bangunan baru juga!

Yah..ini sekedar kerinduan pada bapak dan rumah kami, rumah kita bersama. Yang jelas kita bersyukur rumah itu tetap ada, masih kokoh disana! Kita ikut bangga bahwa ditangan penerusnya, KH.Najib Amien dan kak Ulfah (bu Nyai muda), pak Ahmad Mustafa dan pak Balya, Pabelan tetap berjaya dengan warna khasnya. Kami rindu pulang ke Pabelan...kami ingin istirahat nurani, menjadi santri lagi...

Leiden, 30 Maret 07
yunich1@yahoo.com

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda