Rabu, Oktober 07, 2009

Kenangan Bersama Mbok Nok


Mbok Nok telah pergi tuk selamanya...
tetapi kenangan bersama beliau belum pergi. Belasan tahun yang lalu.. saat kita menginjak sebagai "santri tua" (senior), kita agak akrab dengan lingkungan sekitar asrama, terutama dengan mbok Nok yang rumahnya di belakang gedung Bupati (gedung kelas 5-6 kita), bersebelahan persis dengan asrama Alamsyah. Saat liburan, saat santri tua mesti "jaga Pondok", saat lapar tak kompromi padahal kantin tutup, maka kaki melangkah menuju rumah mbok Nok, tuk beli pecel, nasi goreng bahkan memasak nasi goreng sendiri... Masak nasi goreng dengan bumbu seadanya: bawang merah, bawang putih, cabe rawit hijau dan garam, menghasilkan nasi goreng super pedas yang saat itu terasa paling lezat di dunia. Saat itu, beliau membiarkan kita berkreasi sendiri dengan penuh senyum dan sabar... Untuk persoalan nasi goreng dan jajanan lezat ini, banyak dari kawan2 Angera (Nuri, Ida Munawaroh, Yuni, Lili, Fatra, Misri, dll.) yang punya cerita sendiri ....








Anak2 beliau yang kita kenal adalah: mbak Zulaikha (ustadzah kita), mbak Nurhalimah (ngajar kita juga) dan mbak Atun (dulu masih kecil imut). Mbak Zulaikha sekarang menjadi guru, menetap di Sulawesi dan dikaruniai seorang putera, mbak Nurhalimah bekerja di Tasikmalaya dikaruniai 3 puteri, yang sulung (kuliah di UNY Yk fak. olah raga, smstr akhir) dan yang ke2-3 nyantri di Tasik. Sedangkan mbak Atun sekarang sebagai guru di Pabelan.
Foto mbok Nok di atas adalah foto saat beliau berhaji bersama mbak Zulaikha, sehingga kita layak memanggil beliau "hajjah".
Selamat jalan mbok Hajjah Nok..... (f).

Label:

6 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

Semoga amal jariyahnya diterima Allah SWT. Semoga keluarga yang ditinggalkanya diberi kekuatan dan ketabahan. by masdar wong wonosobo

7 Oktober 2009 pukul 18.05  
Anonymous Anonim mengatakan...

membaca kabar duka Hj Mbok Nok, ingatan saya masih ragu siapa orngnya. Setelah lihat fotonya, makin memperjelas. Bener fat, banyak banget kenangan kita dengan mbok nok. Bukan hanya nasi goreng dengan kreasi kita sediri, bahkan mengambil bahannya sendiri juga, entah harganya terkurang atau terlebih...bawang merah, cabe rawit, garam, kerupuk dan aneka jajan lainnya. Juga telur dadar yang sangat sering kita masak. telurnya memang pas, karena jelas hitungannya. Satu atau dua butir. Tapi minyak gorengnya, kayu bakarnya, apakah itu dihitung? dan itu bukan sekali, dua kali atau tiga kali. Malah tak terhitung lagi berapa banyak kita memasak di sana. Wallahu alam bisshowab. Semoga semua itu menjadi amal ibadah bagi beliau dan membantunya kelak di alam sana. Allaahummaghfirlaha, warhamha, waafiha, wa'fuanha..AMIN..(nuri)

7 Oktober 2009 pukul 20.46  
Blogger Unknown mengatakan...

Mbok Hj. Nok adlh sosok pribadi ikhlas. Ia mulia di sisi-Nya.
Mbak Nur tinggal di Tasik? Wah, IKPP Jabar perlu melacaknya tuh. Bisa share no kontaknya? Syukran.

8 Oktober 2009 pukul 14.30  
Anonymous Anonim mengatakan...

Kang Dindin, sayang banget, beliau gak punya no.hp, tapi ntar akan coba ku tanya (dengan keluarga)alamatnya yang di Tasik. (fatra)

8 Oktober 2009 pukul 16.30  
Anonymous Anonim mengatakan...

bu hajjah nok....saya paling ingat gorengan getuknya...kok bisa senikmat itu ya.....atau karena langkanya yang bisa tuk fariasi makan....met jalan hajjah nok innalillah....ida muna.

12 Oktober 2009 pukul 23.48  
Blogger wahibi hot spot mengatakan...

Hemmmm..... rasanya bisa di teladani. keuletan berbisnis..... dan akrab terhadap sahabat ...... serta bersahaja.

6 Februari 2011 pukul 16.02  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda