Kamis, Juni 25, 2009

Ketika Cinta Bertasbih..
























Ketika cinta bertasbih, Pabelan pun juga...
Selain karena spirit film KCB (Ketika Cinta Bertasbih diambil dari novel karya Habiburrahman El Shirazy, skenarionya ditulis Imam Tantowi dan disutradarai Chaerul Umam) ini menarik, dikemas dengan alur cerita, pemain n gambar2 yang oke punya, film ini juga mengambil setting Pondok Pesantren Pabelan (selain Mesir). Tak heran jika para guru dan pimpinan Pondok tak mau ketinggalan ingin turut nikmati film ini. Sebelum nonton, para guru (yang diangkut dengan 3 bis) rekreasi keliling Yogya, pantai n pusat kerajinan batik. Nampak foto: para guru dan pimpinan pondok (Kyai Ahmad Mustofa, Bu Nyai Nuki, Kyai Najib Amin, Bu Nyai Ulfah, Kyai M.Balya n isteri) dan sekretaris yayasan: Pak Rajasa Mu'tasim n istri (mbak Maria). Dari pihak alumni (luar pondok), nampak mbak Syamsiyatun n mbak Istiatun (meski kesibukan mereka luar biasa tapi menyempatkan diri nonton bareng). Moment yang penuh kebersamaan ini memang sayang untuk dilewatkan. Bravo Pabelan! (fatra).

Label:

17 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

Emangnya ada film KCB settingnya di pabelan? Di bagian mana tuh? trus berapa lama? Jadi penasaran nih. Tadinya ga mau nonton, jadi kepingin deh. Seperti 3 doa 3 cinta, gara-gara syutingnya di pabelan, jadi nonton. Bravo deh untuk Mbelan. Bangga juga, beberapa film menjadikan pabelan sebagai tempat syutingnya. (nuri)

25 Juni 2009 pukul 19.55  
Anonymous Anonim mengatakan...

Membaca judul "Ketika cinta bertasbih" aku langsung ingin "menggugat," tapi urung setelah melihat seluruh foto dan membaca penjelasan dari mbak Patra.

Pasalnya, aku berama Isna dan anak2ku sudah nonton film yang novelnya sudah kami baca. Waktu nanton, anak bungsuku, Ajieb, langsung tahu suasana pesantren yang dimuculkan dalam film itu Pabelan, walaupun baru sekali dia ke sana.

Tetapi, yang kami agak kecewa dan ingin "menggugat" karena nama pesantrennya kok Ponpes Darul Al Qur'an. Dan aku membayangkan, kalau disebut apa adanya, mungkin banyak orang penasaran, kemudian ada yang datang berame-rame ke Pabelan seperti pasca film Al Kautsar dulu.

Bisa jadi ini sensifitas perasaanku saja yang terlalu berharap banyak dan terbawa kenangan masa laluku di Pabelan.

Namun, lepas dari itu semua, aku merasa bangga dengan adanya film itu para asatdiz berkenan jalan-jalan bersama menonton sambil rekreasi. Ingat dulu juga nonton film Al Kausar dan The Massage bareng-bareng usatidz dan para santri bersama kyai kita alm Al Ustadz Hamam Dja'far (baca Al Fatihah untuknya)

Semoga nanti, film "Ketika cita bertasbih" yang kedua akan dimunculkan lagi suasana Ponpes Pabelan, meskipun namanya tatap Ponpes Darul Al Qur'an.
Trimakasih

25 Juni 2009 pukul 21.56  
Anonymous Anonim mengatakan...

Terima kasih Fatra untuk info dan foto fotonya. Walaupun tidak ikut menonton bareng tapi senang lihat fotonya mbak mbak ustadzah.
Ada yang tahu dimana bisa dapat rekaman film al kaustar? ( Rina R)

25 Juni 2009 pukul 22.43  
Anonymous Anonim mengatakan...

Seperti kak Nuruddin, kita semua juga menyayangkan nama pondoknya bukan Pabelan (seperti film 3 Doa 3 Cinta). Kita memang gak tau, kesepakatan apa yang mesti sanggupi jika namanya "Pondok Pabelan Magelang". Rin, karena Rina mengira aku gak ikut nonton, akhirnya ku muat deh fotoku bareng mereka, hehe. Tuk, Nuri, buruan nonton aja, biar tau seberapa lama n kayak apa persisnya. fatra

26 Juni 2009 pukul 00.16  
Anonymous Anonim mengatakan...

beberapa hari lalu kami sekeluarga dah nyampe gedung bioskop, ada 2 pilihan, nonton garuda di dadaku atau KCB. Di depan loket diskusi bentar, saling celetuk: "paling KCB klise ikut-ikutan ayat-ayat Cinta",lalu yang lain lagi bilang , kita lihat karya Mizan yuk, ini pertama kali Mizan buat film Garuda didadaku...yang lain nyeletuk itu aktor ciliknya orang teater, pasti bagus aktingnya. Lalu ada yg nyeletuk lagi, jangan ikut-ikutan orang latah nyerbu KCB ahh.... Akhirnya kesepakatan mufakat nonton garuda di dadaku. habis baca bahwa settingnya Pabelan...rugi juga...pasti kami nonton lagi deh....gak mau kritak-kritik..yang penting Pabelannya! (yu-nich)

26 Juni 2009 pukul 10.35  
Anonymous Anonim mengatakan...

Ya, coba pondoknya disebut apa adanya. Di film 3 doa 3 cinta, juga pondok apa gitu namanya. Kalau langsung pabelan aja napa?? Untung kita tahu situasi pondok kita, kalau yang lain, kan nggak tahu syutingnya di pabelan. Tapi apa pun itu filmnya, kalau syutingnya di pabelan, ya, wajib nonton dong....(nuri)

26 Juni 2009 pukul 16.54  
Anonymous Anonim mengatakan...

Beberapa hari yang lalu aku punya 2 tiket KCB, tp aku inget banget tulisan mbak Yuni tentang memperlakukan pembantu dg segala haknya,akhirnya tiket itu kuberikan ke pembantuku & dia nonton bersama anakku. Aku pikir, nonton bioskop buatku hal yg sdh biasa.Tp kalau tahu shotingnya di Pbln, wah..harus ngantri lagi nih...! (ulun)

26 Juni 2009 pukul 19.12  
Anonymous Anonim mengatakan...

meski saya belum nonton,
dengan riwayat yang cukup mutawatir seperti itu, saya percaya aja dech.
dari pada gak percaya,
mending percaya, he he
(ilyas)

28 Juni 2009 pukul 21.25  
Anonymous Anonim mengatakan...

alkhamdulillah....salut, bangga dan senang sekali. Di Pabelan memang cinta selalu bertasbih...pada Rabb...pada Nabi...pada semua yang ada bahkan flamboyan yang bermekaran ikut menyerukannya. Di sana berlatih, berbicara, bekerja, belajar dengan cinta maka wajar jika kini kita semua dapat berkibar dimana-mana....terimakasih Pabelan di sana aku tumbuh dan berkembang.( Ida Muna)

29 Juni 2009 pukul 09.17  
Anonymous Anonim mengatakan...

aQ bangga jadi alumni Pabelan!!!!


.......*Mys*.......

29 Juni 2009 pukul 14.07  
Anonymous Anonim mengatakan...

Halo..Ida..gitu dong..udah lama angera mengudara, dirimu baru nongol. Kita ikut seneng nih. Gimana, kalau ida mengirimkan ceritanya ke blog. Pasti banyak kenang-kenanganmu di pabelan yang akan diungkapkan. Bukankah begitu??? Selamat bergabung ya...Begitu juga buat bu kaji (mys). Udah bangun dari tidur panjangmu? Atau memang baru umrahan. Kalau iya, doain kita kan di sana?? (nuri)

29 Juni 2009 pukul 16.04  
Anonymous Anonim mengatakan...

Mbak Idaaaa....asikk..gitu dong...jadi walaupun kita tidak ke rumah indah di Purwokerto itu, kita bisa sama-sama menikmati indahnya rumah bersama kita para alumni...bener bu RT tuh..cerita segudang itu perlu di share tuh, biar kita tambah segar/Yun

29 Juni 2009 pukul 17.50  
Anonymous Anonim mengatakan...

Wow.... angera akan bertambah cantik & bertasbih, manakala orang2 cantik ikut bergabung tuk menyemarakkan blog ini, tentu dengan tulisan cantik & menarik, Ayo semangatkan lagi....agar angera terus bergairah, tidak tenggelam ditelan masa, so sweeet gitu loooh.. AbiRizky

30 Juni 2009 pukul 10.33  
Anonymous Anonim mengatakan...

diri-myu (AbyRizky) lah...yang buat angera bergairah!!!!...hik4567


....*Mys*....

30 Juni 2009 pukul 13.14  
Anonymous Anonim mengatakan...

Selamat datang tuk Ida Munawaroh... Kangeeeen ... fatra

30 Juni 2009 pukul 14.15  
Anonymous Anonim mengatakan...

Selamat datang juga untuk Ikhwan / Akhwat yg selama ini hanya berkumpul di artikel guru dgn pantun2nya, Ayo tulislah pengalaman2 yg pernah singgah dibenak & hati kalian, agar rumah Angera ini terus berdenyut & berdaya guna untuk menginformasikan keadaan serta kabar alumni, karena memang dari kita oleh kita, ya... untuk kita juga...AbiRizky

1 Juli 2009 pukul 16.44  
Anonymous Anonim mengatakan...

Buat yang bilang film KCB mestinya nyebut pesantrennya Pesantren Pabelan, di novelnya nama pesantrennya memang Daarul Qur'an. Bahkan sebenarnya latar ceritanya bukan di Magelang, tapi di Polanharjo (Klaten) dan Kartosuro (Sukoharjo).

4 Desember 2010 pukul 22.49  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda