PAKAIAN TAK BERNONA

Masih ingat dengan istilah pakaian tak bernona kan? Ya....ini istilah yang dipakai pak Kyai untuk menyebutkan pakaian-pakaian (mulai pakaian dalam, pakaian luar, handuk,sarung, dan lain-lain) yang "tergeletak" yang tidak diambil pemiliknya, sampai pakaian-pakaian itu "membusuk" (hehe...bingung pake istilah apa, untukmenyebutkan pakaian sudah tak terurus,jelek,tapi masih pantas pakai)

Biasanya pakaian tak bernona ini ada di tempat jemuran pakaian, yang dulu masih menggunakan bambu. Teman-teman sering menggeser pakaian yang sudah kering ke pinggir jemuran, kemudian yang punya pakaian ketika menggambilnya masih ada yang tertinggal. Akhirnya pakaian ini terbiar lama di jemuran dan nasibnya kemudian menjadi "membusuk" tadi.

Kala tertentu, pakaian-pakaian ini dikumpul menjadi satu, tertimbun di gudang (eh....dulu gudangnya dimana ya????) kemudian dicuci bersama-sama di kali Pabelan.Konon pakaian-pakaian tersebut diserahkan ke panti-panti asuhan.

Yang kadang membuat malu, kalau ada acara "lelang" pakaian tak bernona, dimana para pengurus memamerkan pakaian tak bernona tadi di depan santri, dan mengembalikannya di depan umum. Aduuuuh...malu banget kalau sampai salah satu pakaian tak bernona tadi milik kita. Makanya daripada dapat malu, lebih baik diam aja ketika proses "lelang"tadi berlangsung. Hehe.....

"Komunitas" terbanyak pakaian tak bernona adalah: celana dalam, bra!!! Hehe...Selain itu, agak sedikit karena sangat mudah dikenali.Jadi walau sudah tercecer di bawah jemuran, kita bisa mengenali dan mengambilnya. Maklum....kuatir kalau masuk "pelelangan" bisa-bisa malu banget kalau sampai ketahuan.

Kemarin waktu ada acara di Pabelan, saya sempat melengok, mencoba melihat-lihat pola santri sekarang menjemur pakaian. Sepertinya lebih baik, dan tidak banyak pakaian tak bernona. Alhamdulillah.......!!!!