Pencuri Dalam Kendi

Qum..qum..qum!! Kami para anak buah di bangunkan tengah malam tanpa tahu sebabnya. satu persatu bangun..ada yang mengusap mata, ngelap iler dengan selimut, tidur lagi, atau bawa bantal dan melanjutkan tidur di emperan. Kumpul...kumpulll!!! Akhirnya dengan setengah nyawa kami berkumpul. Mbak pendamping dengan suara dalam biar terdengar wibawa, menunggu hening..dan baru meluncurkan suara.
"Kalian tahu kenapa dibangunkan malam-malam?"
"Tidak mbak.." jawab beberapa teman, tetapi mayoritas diam patuh yang penting urusan tuntas dan cepat tidur lagi.
"Ada salah satu kawan kalian yang kehilangan sesuatu. Kami ingin kalian jujur..jadi bagi yang khilaf, tolong menuliskan pengakuan kalian dalam kertas ini".
Sambil ngantuk kami menulis, lalu dilipat dan dikumpulkan. Setelah beberapa saat membaca, mbak pendamping mengumpulkan lagi dengan muka tambah kereng alias serem.
"Rupanya, tidak ada satupun dari kalian yang mengaku!. Jadi kami akan ambil tindakan, menyidang satu persatu kalian!. Sekarang silahkan tunggu diluar".
Sampai jelang subuh kami tidak tidur atau terpaksa gelesotan di emperan menunggu nama dipanggil. Kerap dilanjut esok malamnya untuk menuntaskan sidang ini. Pokoknya, sering sampai beberapa hari tidak ketemu, dan dalam hatiku...bisa-bisanya ya pencuri ini bersikeras? Masing-masing kita mulai lirak lirak teman, yang barangkali mencurigakan. Tetapi tetap takut untuk menuduh...pernah ada teman yang selintas kami curigai, tetapi kayaknya teman ini memang jarang jajan karena wesel telat terus, dan tiba-tiba mulai jajan. Tetapi takut untuk bilang.....jadi tertelan sendiri.
Malam demi malam kami sering bangun. Kelihatannya sidang tidak membawa hasil, jadi kami dikumpulkan lagi...lalu tetap dengan muka seram, mbak pendamping minta kita menuliskan nama kita dalam sobekan kertas kecil, dan menurut mereka akan dipanggilkan mbak Mukaromah, orang kendal yang hafal Qurán, wajahnya kharismatic, alisnya tebal dan bermuka datar cantik sedikit beraroma Arab.
"Kami akan memasukkan satu persatu nama kalian kedalam kendi ini, dan mbak Mukaromah akan membacakan ayat-ayat. Jadi kendi akan bergetar kalau nama orang yang mencuri dimasukkan". Begitu penjelasan mbak pendamping.
Siapapun akan pucat, walaupun tidak mencuri.... Aku termasuk yang berdegup takut, jangan-jangan pas nama kita yang dimasukkan, kendi akan bergetar...ah mistis sekali. Malam menjadi terasa lama dan serasa udara menjadi setrum yang bikin tubuh lunglai panas dingin. Sampai sekarang aku nggak tahu, apakah kendi bisa menangkap atau tidak pencurinya, tetapi teror mental aneh ajaib itu sering diulang walaupun sudah berpindah-pindah kamar. Aku janji kalau jadi pendamping tidak akan mengulang tradisi mistis terkebelakang itu untuk menangkap pencuri.
Bener! Pas jadi pendamping di Anggrek Bulan, dengan beberapa pendamping banting setir strategi. Kami tetap minta semua menulis pengakuan dalam kertas seperti biasa dilakukan, dan kami juga meminta menulis nama orang yang dicurigai. Lalu dari beberapa nama yang dicurigai ini kami panggil secara personal, bukan dikeroyok disidang semua pendamping... yang paling mengharukan, aku pernah panggil satu adik dari daerah jauh. Sengaja aku milih duduk dibawah pohon Buni diatas kursi beton. Karena disitu agak gelap dan terasa wajar seakan sedang ngobrol. Lalu aku mulai dengan mengelus pundaknya dan aku yakinkan bahwa semua anak dipanggil dengan cara ini biar dia merasa tidak tertuduh. Lalu aku bilang: "Aku yakin kamu anak baik, pasti karena terpaksa, seseorang bisa khilaf. Lagipula, kalau mengaku juga tidak akan dikasih tahu ke orang lain, karena membuat orang jadi jujur dan bersikap lebih baik kedepan itu lebih penting ketimbang menghukum". Begitu beberapa kali aku yakinkan dengan aneka bahasa dan nada. Panjang lebar mencoba mengorek kondisi keluarga dan keuangan dia dan pelan-pelan dia cerita betapa akhir-akhir ini keluarganya sangat kesulitan keuangan dan sudah 3 bulan tidak ada wesel. Akhirnya anak ini menangis dan mengaku memang dia mengambil untuk beli tambahan lauk di kantin. Karena nggak enak, teman2nya terus yang sering membelikan.

Aku sengaja tidak cerita ini ke sesama pendamping sekalipun tentang pengakuan anak ini, karena yang penting anak ini membaik kedepan. Yang jelas tidak ada orang sibuk berbangun malam, tetapi orang khilaf tertemukan. Setelah peristiwa dibawah pohon Buni itu, kami malah jadi dekat dan dia sayang banget, bahkan beberapa kali menggelarkan kasurku dan membantu menjemur pakaianku atau membantu mendaftarkan dalam list mandi di konsulatnya. Tatapan matanya sering memelas, tetapi aku tahu dia berbinar bahwa dirinya selamat dan bertobat tanpa kalimat... kuharap adik ini membaca dan tahu bahwa aku merindukannya.//yc