Senin, Desember 15, 2008

Meja Pimpong Batu Penuh Kenangan


Memori Meja Pimpong Batu

REUNI Juni 2008 lalu. Saya agak lama memandang meja pimpong batu yang dulu sangat dekat dengan saya. Hampir setiap hari, baik pagi atau sore saya menyentuhnya, mengusapnya jika ada pasir atau sampah yang menempel di meja itu. Kalau tidak begitu, ya, saya susah main pimpongnya. Sudahlah pantulan bolanya nggak begitu nyaring, diganggu pula dengan pasir atau sampah. Mau nggak mau ya harus diusap biar bersih dan siap main. Pas Jumat, kadang-kadang berjam-jam berada di meja tersebut.
Reuni kemaren, Saya perhatikan meja tersebut mungkin jarang dipakai atau memang karena usianya yang sudah duapuluhan tahun, membuat meja batu itu terkesan kusam dan terbiarkan.Untngnya tak dibobol, sehingga meja batu tersebut masih bisa disentuh, dimanfaatkan dan mengurai kembali kenangan yang pernah terukir di sana.
Ingat meja pimpong batu, teringat betapa banyak kenangan yang terukir di situ. Mulai dari tempat bersantai, ngobrol, juga merencanakan sesuatu yang teramat penting bagi kelangsungan dua hati Utara dan Selatan. Biasanya memanfaatkan meja ini untuk duduk atau sebagai sandaran dua tangan menopang ke dagu atau juga hanya menyandarkan badan di meja yang kokoh itu pada malam hari. Kalau siang hari, mana berani nongkrong di situ, kecuali pas liburan, meja ini kita jadikan tempat ngumpul sambil makan-makan.
Untuk urusan dua hati ini saya mempunyai kisah yang tak pernah saya lupakan. Kisah itu sebenarnya ada beberapa buah, tapi yang akan saya ceritakan di sini sebuah kisah penghuni Utara yang sedang naksir berat kepada salah seorang putri ayu di Selatan. Tapi, teman kita yang merasa tak sepadan ini, terutama dari warna kulit yang bedanya memang antara siang dan malam itu, merasa takut, khawatir bakal ditertawakan, di pandang sebelah mata alias ditolak! Tapi rasa yang meledak-ledak bagai genderang perang dalam hatinya tak mampu dia sembunyikan. Semakin rasa itu disimpan, ditutup, makin kuat siksaan yang dideritanya.
Karena itu, rasa yang tak dapat dibendung itu memang harus ditumpahkan. Kebetulan, santri yang sedang jatuh cinta itu memilih saya sebagai salah satu tempat curhatnya. Awalnya saya sempat kaget juga ketika temen sekamar Bagaskara (waktu itu kita mba guru) seseorang memanggil saya dan menunggu di meja pimpong. Tapi rasa itu berubah menjadi rasa geli. Tapi saya berusaha menahannya agar tidak tertawa (menertawakan). Dalam pikiran saya mungkin sama dengan yang dipikirkannya, ada-ada saja, masa bisa naksir si dia sih? Yang bener aja. Tapi itu dalam hati. Saya menghargai perasaannya. Apalagi dia sudah mempercayakan luahan hatinya kepada saya.
Curhat pertama itu menguras pikiran saya. Tadinya saya tak begitu peduli dengan adik kelas yang ditaksir teman ini. Hubungan kami biasa saja. Sejak itu, diam-diam dia menjadi perhatian saya. Selalu saja saya berkata dalam hati, ''kok bisa si Utara naksir dengan anak seayu ini, bagaimana ceritanya, ya?'' Pikiran itu saya bantah sendiri. Itulah cinta, yang tak pernah pandang bulu.
Pertemuan selanjutnya dengan si Utara ini selalu saja di meja batu. Saya sudah bisa mengimbangi hatinya. Saya minta dia gentle. Apapun risikonya, dia harus mengungkapkan hal itu. Bisa lewat surat, bisa juga langsung. Setelah itu barulah kita tahu, apakah ditolak atau sebaliknya. Jika ditolak, harus berlapang dada. Menerima dengan jiwa besar. Walau gagal, tetapi kamu sudah tak punya beban yang selama ini menyiksa kamu. Justru perempuan menyukai sifat laki-laki yang gentle, berani mengungkapkan perasaannya. Nasehat saya ini (mungkin) termakan sama si Utara ini. Saya lupa, apakah pernyataan cintanya itu lewat surat atau langsung. Yang saya ingat saya sempat berbicara dengan si ayu ini, kalau seseorang di Utara sana ingin bertemu. Saya juga takut kalau sebagai mak comblang saya juga ditolak dengan tak maunya si ayu bertemu dengan si Utara. Saya hanya menyampaikan si Utara ingin bertemu pukul sekian di belakang Bagas. Setelah itu, saya pun tak tahu. Apakah mereka bertemu atau tidak. Itu urusan mereka. Toh, saya yakin akan mendapat laporan dari si utara apa hasilnya.
Malam itu juga ketika saya mau beranjak tidur, saya kembali dipanggil si Utara. Langsung saja saya keluar. Ternyata, di depan pintu Bagaskara, si Utara ini sudah menunggu. Melihat kemunculan saya, dia langsung menyalami dan menciumi tangan saya. Terang saja saya kaget. Tapi itu hanya sebentar. Dengan kebahagiaan yang meluap, dia mengabarkan kalau dia diterima si ayu. Saya juga ikut gembira. Biar agak leluasa, kami pun beranjak menuju meja pimpong batu dan duduk di atasnya. Tentunya yang diceritakan bukan lagi kecemasan tetapi sebaliknya, kebahagiaan yang juga mendebarkan dada.
Kenangan di meja pimpong batu itu.....bakal tak terlupakan. Betapa masih banyak kisah yang terukir di sekitar meja itu, termasuk kisah sedih berurai air mata.(n)
(catatan: Tolong masukkan foto pendukung ya, meja pimpongnya. Soalnya pas aku posting ga ada petunjuk apa-apa. Kosong. Ini pernah juga aku alami dulu)
Foto by, ZMF

4 Komentar:

Blogger Unknown mengatakan...

WWWOOOOWWWW.....sip...sip...sip....
ternyata dulu nyambi jadi mak comblang juga yaaaa?????hik4567
klo tau gitu dulu aQ pake jasa kamu ya nur....he4567
yang pasti dirimu amat berjasa karna bisa menyenangkan orang laen....bisa juga "terlalu" kalo yang kamu tolong dulu gak ingat dirimu....hik4567
lv

16 Desember 2008 pukul 10.30  
Blogger angera mengatakan...

Panjengengan ini kalo kasih komentar di blogger, rajiiin tenan. Tapi kalo tak hub HP-nya gak pernah mau angkat. Tuh biar seneng dan khayalan masa lalunya makin brassa, wis tak kasih ilustrasi fotonya. Pertanyaannya, di meja pingpong itu sudah berapa kali / orang dipake meeting? (ZMF)

16 Desember 2008 pukul 12.31  
Anonymous Anonim mengatakan...

sesama pengguna meja pimpong (ilegal) dilarang saling mendahului. Kayak aku dong cari tempat meeting di masjid (warung barat masjid)hik hik hik. Ftr.

17 Desember 2008 pukul 13.38  
Blogger Unknown mengatakan...

ZMF....pengagum...eeehhh....penggemar si "TAHU" pabelan....ternyata dirimu?????aduuuuhhh salah tangkap deeehhh...hik4567.... perlu dirimu tahu aQ hanya pelengkap...perame...pemerhati...palagi yaaaa....he4567...
Woi jangan gitu "ZMF" bukan karna gak mau angkat u punya HP...tau kaaannn aQ kan ISTRI SHOLEKHAH...kalo HP kamu gak Q angkat berarti Q lagi da sesuatu yang lebih penting....contohnya lagi ikut pengajian...lagi sholat...lagi ndarus...lagi ehem ehem....hik4567
Meja pingpong????yaaaa selain buat pingpong ya buat nampang
laaahhh....cari mangsa..he4567
Eeee...bukan mangsa deehh tapi cari belahan jiwa...kalo buat meeting gak laaahhh...masak pacaran disitu yaaa ga asyiiikkk dong aaahhh.. enak yang sembunyi2...yang gelap2....yang sepi2....hik4567...itu yang bilang "ZMF" looohhh...Q sih tinggal "ngopi kata2 dy"....

18 Desember 2008 pukul 05.17  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda