Selasa, Agustus 26, 2008

UNGKAPAN SANTRI

Beberapa teman kita, diantaranya Tarwoco menulis beberapa kenangan cerita lucu
sewaktu nyatri di Pondok Pesantren tercinta kita, salah satunya cerita berikut ini:

Prolog dari Tarwoco:
Di rumah (pondok) kecil berdinding bambu depan masjid tua itu, aku tinggal berhari-hari bahkan ngoyot sampai tujuh tahun, di bawah rindangnya flamboyan,
merahnya mekar menawan....
Kenangan itu selalu terbayang, siang, malam, pagi dan sore....

GAUS SAHABATKU
Oleh: Abdul Hamid Tarwoco

Nama ini selalu ku ingat, karena kasus Kang Gaus ini yang menjadikanku dikenal oleh keluarga Kyai. Saat itu kita bertemu dengan beliau (Kyai), kaki ini jadi gemetaran, tidak bisa bilang apa - apa, meski karena kegoblokan kita saat itu.
Sore itu, aku telah necis dengan uniform santri putra, tentu baju rapi, sarung lengkap dengan ikat pinggangnya, kopiah, sajadah tak boleh ketinggalan. Kalo ketinggalan bisa berabe deh bagi santri sepertiku, bisa digebuki. Ketika itu, aku berjalan santai menuju ke masjid untuk solat Magrib berjamaah. Tiba-tiba datang si orang hitam dari Timur lantas ngece (menghina). Aku pun menunjukkan perlawananku. Ku buang saja sajadah orang itu di depan workshop. Dia langsung njotosku (memukulku). E..e, kena mataku sampe (seakan) jatuh ke tanah. Mataku jadi sakit dan jadi perhatian banyak orang. Akhirnya aku pergi berobat ke Dokter Was'an (Muntilan). Sepulangnya dari dokter, di jalan menuju Pondok, ketemu Pak Kyai dan Bu Nyai yang ketika itu entah mau pergi kemana (naik VW) yang melihatku dengan mata lebam. Saat itu beliau / Al-Magfurlah menyapa dan menganalku dengan sebutan khas "Tarwaca anakku". Panggilan itu selalu beliau ucapkan setiap kuliah subuh. Sampai saat ini, panggilan dan kata-kata beliau itu selalu terngiang di telingaku dan menjadikanku rindu pada Beliau Sang Kyai....

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda