Jumat, Juli 25, 2008

Nina Muídah: Guru yang menerbangkan murid2nya juara nasional.

Banjarmasin Post, Sabtu, 24-05-2008 01:43:26

Siswi Banjarmasin Juara Menulis Nasional: Sisihkan 15 Ribu Peserta

"TIGA hari sebelum berangkat ke Jakarta saya terserang demam dan flu. Mungkin nervous dan stres." Kini, penyakit itu tak lagi menyerang Husnul Athiya. Sebaliknya, hati siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri Mulawarman Banjarmasin ini sedang berbunga-bunga.
Deman, flu, stres maupun nervous itu berujung pada kemenangan pada lomba menulis surat di kartu pos yang diselenggarakan PT Posindo dan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Mesjid Indonesia (BKPRMI) di Wisma Graha Wisata TMII Jakarta, 18-20 Mei 2008 lalu. Dia menjadi juara pertama, menyisihkan 23 nominator dari berbagai provinsi.
Lomba ini bertemakan nasihat kepada teman tentang makna Idul Adha. Inilah sedikit cuplikan goresan pena Husnul: "Idul Adha juga merupakan satu pembuktian persamaan derajat manusia. Hal ini bias dilihat Ketika semua manusia berkumpul di sekeliling ka’bah tak ada lagi perbedaan antara kaya dan miskin, pejabat atau rakyat biasa semuanya sama di mata Allah."
Tiap peserta mendapat kesempatan menulis surat selama dua jam. Namun, para peserta menyelesaikannya hanya selama satu jam. "Soalnya tulisannya cukup singkat, " ujar putri bungsu pasangan (Alm) Samhari Arsyad dan Siti Masrah kepada BPost, kemarin.
Tia ,--panggilan akrab Husnul--, mengetahui lomba ini dari guru Bahasa Indonesia di sekolahnya, Nina Muidah. Atas bantuan Nina pula, Tia menulis surat untuk seleksi awal kepada panitia. Ternyata dari 15 ribu peserta, dia masuk menjadi salah satu nominator.
"Saya benar-benar tak percaya ketika mendapat pemberitahuan masuk nominasi. Apalagi seusai lomba di Jakarta, diumumkan menjadi juara pertama," kata Tia.
Nina pun ikut bergembira. Dia mengatakan siswinya itu mempunyai bakat tulis menulis.
"Athiya anak yang sangat berbakat terutama dalam menulis. Namun, saya benar-benar tidak menyangka Athiya lah pemenang juara dengan menggeser 24 nominasi se-Indonesia yang hampir seluruhnya sangat penuh talenta," ujar Nina.))

Begitulah Nina Muidah dan muridnya diberitakan di Banjarmasin Post. Berikut obrolan ringan tapi dalam dengan Nina seorang dosen/guru yang tidak pernah lelah mengabdi. penting untuk dicerna kita semua, teruatma para pendidik-pendidik kita. Ini tutur Nina: "aku dulu pernah pintar karena dapat guru yang benar, makanya aku sekarang pingin muridku pintar dan aku berusaha jadi guru yang benar". Begitulah semangat dan jiwa putih Nina diceritakan kepada salah satu sobatnya. "Sekolah tempat aku dulu mengajar, sering jadi juara ini itu. Pas aku tinggal loyo! Rupanya satu orang kalau kita punya semangat untuk menggerakkan, pasti akan jadi"....Lalu ini kalimat semangat dia yang ditutur dengan teduh: "aku telusuri murid-muridku yang berbakat, lalu aku bina betul sampai di luar kelas sekalipun, terutama mereka yang bakat nulis atau bercerita. Alhamdulillah mereka bisa juara nasional. Aku sampai nggak enak sendiri harus sering ke Jakarta menemani murid2ku ikut lomba. Aku belajar nulis dari dulu kita buat Mading Angera. Aku merasa "Anak-anakku" banyak, walaupun anak biologisku sedang aku perjuangkan, makanya aku pindah sekolah biar tidak terlalu capek". Inilah kutipan-kutipan obrolan dari seorang Nina Muídah disudut warung Bakso Taman Mini disela istirahat menemani muridnya lomba. Satu hal lagi penyesalan lucu dia: "aku nyesal kenapa dulu nggak nakal, rupanya pintar saja tidak cukup! Aku lihat yang nakal-nakal banyak yang jadi. Aku dulu di Pabelan, orang pada kabur-kabur, aku anteng di kamar. Orang pada keluar minta izin, aku yang sibuk bikinkan izin mereka. Nakal itu perlu". Nah lo... Setuju bu guru!! (yc).

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda