Minggu, Oktober 26, 2008

NOSTALGIA TARWOCO

KERUPUK TELO

Oleh: Ahmad Tarwoco

Sore itu habis Magrib, biasa setelah dengar dentangan berulang-ulang rel spoor bawah pohon mlinjo depan masjid, irama piring yang dipukul terdengar merdu (bagi yang memukul) dan njengkelke bagi pengurus OPPP sing galak-galak kuwi. Setelah saya mendengarnya, saya lari kencang, takut kehabisan nasi. Ternyata, betul, nasi sudah habis. Bagi yang kehabisan diperbolehkan masuk dapur induk (bagian dalam) menemui Pak Dal (juru masak andalan Pondok) yang saat itu sedang nggodok tewel. Aku pun masuk bersama seorang kawan (lupa namanya) yang senasib (kehabisan nasi). Di dalam pun yang kami dapatkan cuma nasi sedikit sementara sayur habis total. Pak Dal dan kawan2 sesama juru masak sibuk cari sayur, ternyata suara rebut-ribut kecil itu terdengar oleh Romo Kyai Hamam yang kebetulan sedang duduk santai bersama Ibu Nyai di ndalem beliau. Beliau tertawa khas seraya ngendika: “Ono opo, Tarwaca anakku? Belum makan ya? Habis lauknya?”, tanya beliau. Saya yang kecil imut dengan malu dan tawadlu’ menjawab: “Iya..” Lantas beliau masuk ke dalam dan terdengar suara beliau: “Bu.., iki Tarwaca durung maem, kagungan lawuh opo ora?.” Bu Nyai pun menjawab: “Meniko Pak, kantun krupuk Telo”. Beliau pun keluar dengan membawa kerupuk telo dan diparingke saya. “Terima kasih Ustadz.”, kataku pelan menunduk. Aku keluar dapur, langsung lari kencang saking senangnya atas perhatian ayahku itu… Maka acara makan malamku terasa enak, lezat dan istimewa..

Label:

1 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

wah ceritanya fun juga... krupuk telo!! Tulisanmu serenyah krupuk telo lho Tarwoco...lanjut terus dan nulis lagi dong....

27 Oktober 2008 pukul 14.54  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda