Santri Peluncur Ensiklopedi Hantusiana
Rudi Utomo: Pelopor penulis skenario mistik yang mulai sadar
(Terbit di Bisnis Indonesia,15/5/87 h.6)
Oleh NURUDIN ABDULLAH (Wartawan Bisnis Indonesia)
Kisah-kisah misteri masih menjadi fenomena menarik di industri hiburan Tanah Air. Hampir semua stasiun televisi menayangkan jenis film tersebut, diikuti sejumlah film layar lebar di bioskop, yang cukup diminati penonton. Fenomena masyarakat menyukai cerita misteri mulai terlihat ketika serial Kismis atau Kisah-Kisah Misteri ditayangkan
RCTI hingga 104 episode pada 1998. Rating iklan dan pemirsanya cukup tinggi.
Seseorang yang punya andil di balik tayangan Kismis itu bernama Rudi Utomo, penulis skenario muda yang mencintai profesinya sebagai mata pencaharian untuk membiayai kebutuhan
hidup keluarganya. Dia optimistis prospek penulis skenario cukup cerah mengingat banyaknya stasiun televisi berskala nasional maupun daerah yang pasti membutuhkan banyak
tayangan untuk menghibur pemirsa setianya.Seiring dengan hal itu, pertumbuhan
perfilman nasional juga menunjukkan peningkatan cukup signifikan, baik film sinetron dan film layar lebar serta film iklan yang mempromosikan produk barang dan jasa. Seluruh proses, menurut lelaki kelahiran Purwokerto, 18 Mei 1968, pembuatan film tersebut membutuhkan skenario yang menjelaskan alur cerita dan dialog para pemerannya Skenario juga menjadi acuan agar jalan cerita yang dibuat tetap berada dalam koridor yang telah disepakati pihak yang
paling berwenang yaitu penulis skenario, sutradara dan produser. Melihat tingginya kebutuhan film, bapak dari dua anak benama Dukatis Zulmi, 9, dan Mahya Bil Qisti, 7, mengaku akan terus eksis menjadi penulis skenario film yang sudah ditekuninya lebih dari
tujuh tahun. Adapun beberapa judul film yang skenarionya digarap oleh Rudi a.l. Kismis
atau Kisah Kisah Misteri diproduksi oleh Millenium Visitama, film TV Misteri (Virgo Putra Film) di TPI (2002), Jejak Kematian (Erna Santoso 2001) di Lativi, Misteri Dua Dunia dan Misteri Ilahi (Genta Buana Paramitha 2006) di Indosiar, serta Suratan Takdir dan Kuasa Ilahi
(Genta Buana Paramitha 2006) di SCTV. Dia juga menggarap skenario film bernuansa
komedi a.l. Sahur Dong Sahur ditayangkan TPI pada 2003-2004, Komedi Kriminal (Komik) diproduksi oleh rumah produksi Indigo yang ditayangkan TPI pada 2006, Stasiun Beos (Indigo/SCTV 2006), Santriwati Gaul (Star Vision) yang sedang ditayangkan TPI. “Saya masih menulis skenario film sinetron Santriwati Gaul yang masih ditayangkan di TPI pada setiap Minggu malam,” kata alumni Pondok Pesantren Pabelan Magelang Jateng angkatan 1981-1989.
Rudi yang senang menyanyi sambil memetik gitar itu mengakui anggapan orang bahwa film Kismis menjadi pionir film sejenis di Tanah Air. Penayangan film Kismis hingga 104 episode telah memicu hampir semua stasiun televisi nasional menyajikan film yang membuat bulu kuduk orang berdiri. Jebolan Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu merasa senang tetapi juga gusar, karena fenomena dari masyarakat yang ditulis dan difilmkan justru berdampak buruk, menjurus pada hal sirik.
RCTI hingga 104 episode pada 1998. Rating iklan dan pemirsanya cukup tinggi.
Seseorang yang punya andil di balik tayangan Kismis itu bernama Rudi Utomo, penulis skenario muda yang mencintai profesinya sebagai mata pencaharian untuk membiayai kebutuhan
hidup keluarganya. Dia optimistis prospek penulis skenario cukup cerah mengingat banyaknya stasiun televisi berskala nasional maupun daerah yang pasti membutuhkan banyak
tayangan untuk menghibur pemirsa setianya.Seiring dengan hal itu, pertumbuhan
perfilman nasional juga menunjukkan peningkatan cukup signifikan, baik film sinetron dan film layar lebar serta film iklan yang mempromosikan produk barang dan jasa. Seluruh proses, menurut lelaki kelahiran Purwokerto, 18 Mei 1968, pembuatan film tersebut membutuhkan skenario yang menjelaskan alur cerita dan dialog para pemerannya Skenario juga menjadi acuan agar jalan cerita yang dibuat tetap berada dalam koridor yang telah disepakati pihak yang
paling berwenang yaitu penulis skenario, sutradara dan produser. Melihat tingginya kebutuhan film, bapak dari dua anak benama Dukatis Zulmi, 9, dan Mahya Bil Qisti, 7, mengaku akan terus eksis menjadi penulis skenario film yang sudah ditekuninya lebih dari
tujuh tahun. Adapun beberapa judul film yang skenarionya digarap oleh Rudi a.l. Kismis
atau Kisah Kisah Misteri diproduksi oleh Millenium Visitama, film TV Misteri (Virgo Putra Film) di TPI (2002), Jejak Kematian (Erna Santoso 2001) di Lativi, Misteri Dua Dunia dan Misteri Ilahi (Genta Buana Paramitha 2006) di Indosiar, serta Suratan Takdir dan Kuasa Ilahi
(Genta Buana Paramitha 2006) di SCTV. Dia juga menggarap skenario film bernuansa
komedi a.l. Sahur Dong Sahur ditayangkan TPI pada 2003-2004, Komedi Kriminal (Komik) diproduksi oleh rumah produksi Indigo yang ditayangkan TPI pada 2006, Stasiun Beos (Indigo/SCTV 2006), Santriwati Gaul (Star Vision) yang sedang ditayangkan TPI. “Saya masih menulis skenario film sinetron Santriwati Gaul yang masih ditayangkan di TPI pada setiap Minggu malam,” kata alumni Pondok Pesantren Pabelan Magelang Jateng angkatan 1981-1989.
Rudi yang senang menyanyi sambil memetik gitar itu mengakui anggapan orang bahwa film Kismis menjadi pionir film sejenis di Tanah Air. Penayangan film Kismis hingga 104 episode telah memicu hampir semua stasiun televisi nasional menyajikan film yang membuat bulu kuduk orang berdiri. Jebolan Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu merasa senang tetapi juga gusar, karena fenomena dari masyarakat yang ditulis dan difilmkan justru berdampak buruk, menjurus pada hal sirik.
Perbaiki skenario
Menyadari hal tersebut Rudi segara memperbaiki skenario berikutnya dengan memasukkan unsur dakwah, mengajak pemirsa menyikapi sesuatu yang mistik secara benar. “Walaupun belum proporsional, tetapi saya ingin membuat lebih berimbang dengan memasukkan unsur dakwah pada skenario film misteri yang saya buat,” katanya.Mantan redaktur majalah Netra, Yayasan Mitra Jakarta, itu mencoba konsisten dengan profesinya sebagai penulis skenario film, terutama yang bernuansa misteri dan komedi. Bahkan Rudi yang telah meluncurkan buku Hantusiana-Enseklopedi Hantu Nusantara (2007) juga berobsesi membentuk wadah untuk menghimpun penulis skenario film agar eksistensinya semakin diakui kalangan perfilman nasional.
Alasannya, masih banyak produsen film (production house/ PH) yang kurang menghargai kerja penulis skenario film dengan memberikan imbalan yang relatif rendah.
Padahal, skenario yang baik menentukan hampir 50% dari keberhasilan suatu film, karena sutradara bekerja berdasarkan skrip yang sudah dikompromikan dengan penulis.
Rendahnya apresiasi itu juga terlihat pada saat berlangsung event festival film atau ajang pemberian penghargaan film. Para penulis skenario seakan tidak punya andil atas film yang masuk nominasi. Padahal, di event serupa yang diselenggarakan di Hollywood, para penulis skenario mendapat penghargaan tinggi dan diberi kesempatan tampil berbicara di podium,
seperti bintang film dan sutradara yang film menang.
Alasannya, masih banyak produsen film (production house/ PH) yang kurang menghargai kerja penulis skenario film dengan memberikan imbalan yang relatif rendah.
Padahal, skenario yang baik menentukan hampir 50% dari keberhasilan suatu film, karena sutradara bekerja berdasarkan skrip yang sudah dikompromikan dengan penulis.
Rendahnya apresiasi itu juga terlihat pada saat berlangsung event festival film atau ajang pemberian penghargaan film. Para penulis skenario seakan tidak punya andil atas film yang masuk nominasi. Padahal, di event serupa yang diselenggarakan di Hollywood, para penulis skenario mendapat penghargaan tinggi dan diberi kesempatan tampil berbicara di podium,
seperti bintang film dan sutradara yang film menang.
Label: Wadah Sharing Profesi Alumni
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda