Rabu, April 17, 2013

Safari Idiologis Jularso & Cecep


Jika Indonesia sudah bebas dari pejajahan Belanda dan Jepang, maka Banjarmasin masih berada dalam situasi kolonial bangsa "Jularso" dan "Cecep Suheli". Nyatanya di hari Senin, tanggal 15 April 2013, 2 (dua) sosok bangsa itu secara terang-terangan membawa alam kesadaran semua yang hadir kepada sebuah faham baru tentang "ekonomi keberpihakan" sebagai alternatif dari model ekonomi konvensional yang "netral" dan "bebas". Hadirin dibuat termangu, terpaku bak ledakan nuklir menghantam tepat di atas rumah Ihai/ Hairannor (tuan rumah). Perlu kekuatan komitmen, dedikasi dan totalitas agar misi "keberpihakan" tersebut dapat diurai dan diterjemahkan ke dalam bahasa nyata yang mensejahterakan kaum pinggiran (du'afa). Jangan bayangkan limpahan keuntungan (apalagi dalam waktu singkat) untuk misi yang sangat ideologis ini, tapi boleh dibayangkan, banyak energi yang akan terkuras, perlu kesabaran dan ketekunan tingkat tinggi dan pengorbanan yang besar. Jikapun akan membayangkan keuntungan, maka bayangkan keuntungan kekayaan batin dan spiritual yang mengiringi tiap ikhtiar suci para pelakunya. 
 
Aswadi, alumni yang berasal dari Kal-Teng sangat antusias menyambut tawaran baru tersebut. Mbak Sri Winarni yang kini tinggal di Banjarmasin pun menyimak dengan khidmat tiap penjelasan kakak kita Jularso & Cecep. 
Mengendapkan sejenak konsep yang cukup berat dengan berpose bersama. Baik pembesar maupun pengurus, kolonial maupun koloni berbaur dalam sebuah jepretan kamera. Cuakep2 semua.
 Dari rumah Ihai, menuju rumah Ida Syukuri (kebetulan bertetangga) dan disambut hangat oleh Ida dan suaminya (mas Dedi). Teh hangat dan kue "Lam" (khas Banjar) tersuguh di meja ruang tamu Ida yang manis. Perut yang sudah penuh menjadi makin penuh full barokah.
Besok malamnya (Selasa, 16/4) safari ideolois berlanjut ke rumah mbak Sri Winarni. Sebelumnya mampir ke rumah Fatra. Tim Angerapun (ftr) tak ketinggalan ikut ke rumah mbak Sri. Nampak wajah2 sumringah kenyang abis nikmati hidangan makan malam istimewa yang disiapkan mbak Sri & suami, sampe ada yang  full keringat. Rabu pagi tim kolonial pulang menuju Solo & Bandung sambil membiarkan wilayah koloninya menyerap secara alamiah semua konsep2, apakah siap melahirkan BMT atau malah BMW? Jazakumullah khairan katsira. /f

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda