Dari Kupang sampai Tegal berjajar santri polos
Pabelan Nopember 1992
Foto di depan ruang tamu, Rugayah,Wawang,Yuni dan Lily. Foto waktu Lily ditengok mami pertama kali dari Manado. Semua masih imut-imut, masih lugu, pakai kerudung aja masih “menceng-mlenceng” pakai sarung jauh dari kerapian, tapi semua enjoy….karena kalau sampai ada tamu artinya ada buah tangan, dan ada “makanan istimewa” di ruang tamu, plus bisa libur kegiatan ekstra, hehe….ada “legalitas” untuk bolos.
Suwangsih Kadarwati “Wawang”, Gadis Tegal nan hitam manis. Waktu masuk Pabelan, dengan “3 dara” dari Tegal, “Wawang, Mamah (Umi Salamah) dan Atin (Saad Suprihatin). Runtang-runtung bertiga, tapi lama kelamaan bisa juga menerima kami-kami,bahkan lama-lama mereka punya “kelompok sekunder”. Termasuk Wawang bisa gabung dan membaur dengan kelompok multi etnis. Nama Suwangsih Kadarwati menjadi “inspirasi bagi Sarmi Mulyono waktu menjadi “dukun” (saat pentas di kamar)yang akhirnya diplesetkan menjadi: “Suwang-suwang-suwang-kadar-kadar, suwang-wati”
Foto di depan ruang tamu, Rugayah,Wawang,Yuni dan Lily. Foto waktu Lily ditengok mami pertama kali dari Manado. Semua masih imut-imut, masih lugu, pakai kerudung aja masih “menceng-mlenceng” pakai sarung jauh dari kerapian, tapi semua enjoy….karena kalau sampai ada tamu artinya ada buah tangan, dan ada “makanan istimewa” di ruang tamu, plus bisa libur kegiatan ekstra, hehe….ada “legalitas” untuk bolos.
Suwangsih Kadarwati “Wawang”, Gadis Tegal nan hitam manis. Waktu masuk Pabelan, dengan “3 dara” dari Tegal, “Wawang, Mamah (Umi Salamah) dan Atin (Saad Suprihatin). Runtang-runtung bertiga, tapi lama kelamaan bisa juga menerima kami-kami,bahkan lama-lama mereka punya “kelompok sekunder”. Termasuk Wawang bisa gabung dan membaur dengan kelompok multi etnis. Nama Suwangsih Kadarwati menjadi “inspirasi bagi Sarmi Mulyono waktu menjadi “dukun” (saat pentas di kamar)yang akhirnya diplesetkan menjadi: “Suwang-suwang-suwang-kadar-kadar, suwang-wati”
Rugayah , sahabat kami dari Kupang, turunan Arab, kalau cerita bisa heboh bangeeet, suaranya gede! Dan gak segan-segan berteriak. Dan seasrama bisa ketawa lihat ulah Rugayah, termasuk kalau nangis. Dari Rugayah wawasan tentang Timor Timur banyak saya dapatkan. Karena abahnya bisnis di Dili. Rugayah betul-betul bangga dengan Dili. Makanya waktu waktu ada tokoh “Mari Alkatiri” di Timor Leste, aku menduga-duga jangan-jangan ini masih “kerabatnya” Rugayah. Hehe… (ah...moga-moga Rugayah membaca blog kami ini dan bisa menghubungi kami, sehingga komunikasi kami bisa terjalin kembali)
Label: Nostalgia: Keseharian Santri
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda